Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Nak, Jangan Panggil Aku Ayah!

3 April 2016   16:31 Diperbarui: 25 Oktober 2017   07:23 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, dia Rida, yang dulu Bapak tinggalkan dengan wanita lain." 

Pemilik pohon tak menyangka, seorang anak yang mengambil mangga miliknya ternyata adalah anaknya sendiri. Ia menyadari telah terjadi kesalahan. Kini sang anak telah terbujur lemah karena menjadi korban pemukulan para pemuda itu.

"Kenapa Rida dipukuli sampai begini? Apakah kalian ini buta? Apakah bapaknya tega membunuh anaknya sendiri?"

"Anakku!"

"Kenapa kamu tidak pernah memberi tahu?

"Bapak yang tidak mau tahu! Bapak tega membiarkan aku dan anak Bapak  ini jadi gelandangan. Kau biarkan kebahagiaan kami terebut wanita jalang itu. Bapak lupa, bahwa Engkau adalah ayahnya yang seharusnya menjaga dan mendidiknya hingga dewasa. Kenapa Bapak ini, kenapa kini Bapak sudah berubah!"

Semua tampak menyesal, tak tertinggal pemilik pohon yang ternyata ayah Rida sendiri. Ia tidak menyangka bahwa yang dipukuli hingga babak belur adalah darah dagingnya. Anak yang begitu menderita itu adalah anak satu satunya yang ia tinggalkan karena mencintai wanita lain. 

Matanya tampak nanar, rasa menyesal tertumpah bersama bubarnya para pemuda. Sang ibu tampak menangis pilu. Di sela itu, suara gelegar petir memecah suasana, hujan sebentar lagi jatuh.

Sang pemilik pohon berjalan gontai, ia nampak masih menyesal, tangis pilu tak lagi menolong kepergian anaknya untuk selama-lamanya. "Aku benar-benar bukan sosok ayah yang baik. Aku benar-benar bukan ayahmu!"

Gambar

Metro Lampung, 3/4/2016  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun