Ada baiknya Opa Jappy gak mudah terprovokasi, atau justru dalang provokatif dengan tulisan yang juga memprovokasi massa. Seolah-olah pembakaran gereja itu didukung oleh semua umat muslim di Indonesia. Padahal banyak yang tidak mendukung aksi itu, termasuk SAYA nggak suka kalau main bakar-bakar.
Kebakaran hutan saja belum usai, kenapa harus bakar Gereja Opa? Kalau orang tua seperti beliau ini reaktif, maka muncullah sentimen SARA lagi. Padahal kita berusaha untuk mendudukkan setiap persoalan pada porsinya. Dan serahkan saja pada mekanisme peradilan dan aturan di negeri ini.
Opa Japy Panik?
Begitu seriusnya menulis tanpa disertai bukti-bukti, karena itu justru dapat memperkeruh suasana saja. Coba tengok saja facebook di beranda saya, karena banyak juga yang tidak mendukung tindakan itu. Termasuk presiden Jokowi nggak suka kalau umat Islam sukanya bakar-bakar, gak baik membalas dendam, meskipun masjid di Tolikara sudah dibumi hanguskan. Itu nggak baik pagi pendidikan ketoleransian.
Mbok ya jangan mudah panik to Opa, maaf di usia yang mulai senja itu harusnya banyak menenangkan diri dan bijak ala Pak Tjiptadinata Effendi, saya salut dengan beliau karena tidak terpengaruh terhadap konflik yang diawali oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab itu. Kalau terlalu banyak emosi dan panik, saya khawatir darah tingginya kumat. Padahal di usia senja itu harus banyak bermunajat agar kehidupannya sehat wal afiat dan kehidupannya lebih terhormat. Kata mbah saya urip ki seng sabar, ben atine jembar, rezekine tambah lancar.
Mbok yo jangan ekstrimis begitu, lebih baik mbois dan modis biar hidup lebih eksis.
Cobalah tengok komentar di bawah ini, dua orang yg Indonesia banget, jadi komentarnya selalu saja membuat adem suasana. Gak justru merusak suasana.Â
[caption caption="Komentar paling bijak di abad ini (kompasiana.com)"]
Â
Salam dari mantan eksrimis
Baca