Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setuju dengan Kang Pepih Nugraha, Akun PK gak Usah Diberangus

15 Oktober 2015   10:15 Diperbarui: 15 Oktober 2015   10:43 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum mencak-mencak ke saya lantaran saya menulis pembelaan kepada Kang Pepih Nugraha alias PN, sebaiknya dibaca dulu sampai selesai ya... ini baru judul, isinya entah menarik atau tidak. Yang pasti saat ini yang legi HOT adalah kasus Gayus Tambunan yang ternyata diusut dan diselidik ala film detectif conan adalah seorang nara pidana korupsi kelas kakap. Jadi wajar sampai saat ini kompasiana semakin dibuat guncang ala gempa bumi. Yang dulu sempat bertemanan sampai kopdar2an di kompasianival sekarang seperti Tom and Jerry, saling gebuk-gebukan.

Mana yang Tom dan mana yang Jerry tergantung sudut pandang masing-masing. Lantaran kedua kelompok yang berseberangan baru sebatas sepertinya, kayaknya, diduga dan terduga. Belum sepenuhnya melibatkan pemilik akun yang sebenarnya. Lalu siapa yang bisa menebak dengan tepat? Apakah admin kompasiana atau kepolisian. Kalau admin ternyata tidak bisa mengungkap siapa seseorang dibalik topeng PK dengan alasan keterbatasan kemampuan teknis, maka serahkan saja kepada pihak kepolisian yang jago mencari penjahat sekelas hacker dan pembobol bank. Meskipun akunnya anonim akan bisa dilacak. Nah kalau masih juga gak bisa kelacak nyari aja dukun di seluruh jagat ini, siapa tahu ada yang bisa mencari jejak pemilik akun PK itu.

Tapi sangat aneh jika admin kompasiana di bagian IT justru bingung mengungkap siapa sosok di belakang topeng itu. Karena fakta menunjukkan status verifikasi PK terverifikasi hijau, yang notabene verifikasi itu jelas siapa orangnya, dokumen yang digunakannya juga "dianggap" asli. Meskipun bisa saja dimanipulasi alias palsu.

Terlepas dari itu semua, saya setuju akun PK gak usah dihapus, dengan dasar jika benar PK itu GT maka biar saja GT berbicara ngalor ngidul di kompasiana. Tujuannya satu, siapa saja yang ikut menikmati uang "haram" hasil korupsinya akan terungkap. Bisa saja kan kompasianer yang cipika cipiki dengan PK (GT)  hakekatnya menjadi penadah uang curian dari GT itu sendiri. Maka akan ada banyak kompasianer yang bisa dijerat pasal korupsi karena ikut menerima uang GT dengan menggunakan uang tersebut untuk bisnis. Dan nggak hanya kompasianer yang tertangkap, karena pasti akan ada pejabat di atasnya yang juga terungkap dan ditangkap tangan lantaran sama-sama menikmati uang gak bener itu.

Dan ada banyak uang negara yang dikembalikan ke kas negara untuk keperluan yang lebih penting. Seperti misalnya untuk membantu menyelesaikan kasus kebakaran hutan yang saat ini sudah terjadi. Atau kalau bisa dimanfaatkan untuk membeli media pembelajaran di daerah-daerah pedalaman, wal bil khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang sampai saat ini masih membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.

Pokoknya jangan hapus akun PK, jika ia adalah GT, dan biarkan saja si GT itu mengobral informasi terkait kasus korupsi itu. Sama saja dengan M Nazaruddin yang mau terbuka dan blak-blakan tentang kasus wisma atlet beberapa waktu lalu, dan terbukti semua org yang terlibat akhirnya banyak yang dijebloskan ke penjara. Meskipun ada  yang "katanya" masih bebas, tapi minimal membuat kecut nyali sosok-sosok di belakang PK itu. Dan mudah-mudahan kapok untuk melakukan aksi yang sama.

Ya sudahlah, mudah-mudahan saya nggak ikut dibuly lantaran menentang penghapusan akun seorang yang "terduga" koruptor itu.

Salam dari wong ndeso

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun