Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bapak Marwoto, 25 Tahun Mengabdi Kini Dapat Hasilnya

26 Agustus 2015   14:49 Diperbarui: 26 Agustus 2015   14:49 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hati saya kecut, kenapa para honorer saat ini selalu saja memperbincangkan kebijakan pengangkatan PNS bagi mereka. padahal ketiak saya telusuri, ada di antara mereka yang baru saja lima tahun mengabdi dengan honor yang saya yakin jauh lebih besar dari gaji pak Marwoto. Tapi honorer tersebut justru selalu menyampaikan keluhannya di medsos. Tanpa tedeng aleng-aleng mencela kebijakan pemerintah terkait pengangkatan honorer dan seakan-akan pemerintah telah salah kenapa mereka tak juga diangkat menjadi PNS.

Saya maklum, karena memang tak mudah jadi honorer. Lantaran saya sendiri mengalami pahit getirnya menjadi honorer dengan gaji 150 rb dengan menghidupi satu orang istri dan satu orang anak kala itu. Bahkan ada sahabat saya yang dengan 300 rb menggantungkan hidup keluarganya dari dana BOS yang notabene teramat kecil. Padahal di antara mereka ada yang memiliki 3 atau 4 orang anak.

Tapi, sayang sekali, dengan gaji tak seberapa itu, mereka para honorer tidak mencari penghasilan lain yang bisa mencukupi kebutuhan harian selain honor yang tak seberapa. Ya misalnya bekerja atau membuat usaha sampingan yang lebih pasti daripada terlalu menggantungkan diri pada honor tersebut.

Namun demikian, jika melihat begitu gigihnya bapak Marwoto ini, tentu para honorer akan malu dan paling tidak mawas diri, ternyata ada yang lebih sulit menghadapi pekerjaan sebagai honorer dibandingkan diri mereka sendiri. Tak hanya menghujat kebijakan pemerintah, tapi harus menimbang situasi bahwa menjadi honor memang benar-benar mengabdi. Bekerja dengan menyumbangkan tenaga dan pemikiran bahkan biaya demi negeri yang tengah membangun ini.

Menjadi honorer, tidak semestinya patah arang

Tak mudah memang menjalani kehidupan sebagai honorer dengan gaji kecil, apalagi masa pengabdiannya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, ada yang hingga puluhan tahun bahkan dua puluh lima tahun dijalani demi ingin diangkat sebagai PNS.

Seperti halnya bapak Marwoto yang sejatinya boleh jadi pernah merasakan getirnya menjadi honorer, dengan menjalani masa-masa sulit itu ternyata tak menyurutkan langkahnya demi mengabdi sebagai penjaga sekolah. Dan alhamdulillah di tahun 2014, beliau diangkat dan saat ini bekerja sebagai staf administrasi di sekolah yang selama ini beliau mengabdikan diri.

Selamat bekerja tuk bapak Marwoto, semoga dengan status sebagai PNS ini menjadikan Anda semakin bersemangat lagi, dan dapat menikmati jerih payah yang selama ini dikerahkan demi menjalani proses pengabdian yang cukup panjang.

Semoga saja, para honorer lain bisa belajar dari beliau dengan tetap bersemangat membangun negeri ini meski dengan ilmu dan tenaga yang tidak sedikit. Yakinlah bahwa usaha mereka mendapatkan balasan yang setimpal di hadapan Tuhan. amiin

Salam

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun