Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satono, Bupati Lampung Timur yang Disanjung dan Dicaci

29 Agustus 2013   16:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gambar : Satono mantan Bupati Lamtim /akilmochtar.com

Benar kata pepatah bahwa tidak ada gading yang tak retak tidak ada manusia yang bisa lari dari kodrat akan kelemahan dirinya. Bagaimanapun juga status sosial, banyaknya harta dan seberapa tenarnya seseorang akan tidak bermakna manakala harus berhadapan dengan takdir Yang Maha Kuasa. Karena, dengan kekuasaanNya sepandai dan sehebat manusia berusaha lari dari kenyataan maka ikatan takdir tidak akan lepas dari setting dari Pencipta. Jika, kita hendak menilai siapa sih Satono itu? Tentu saja banyak orang yang mungkin sedikit awam dengan satu tokoh yang fenomenal ini, dengan gayanya yang merakyat dan amat disegani orang-orang disekitarnya menjadikan dirinya amat dikagumi dan dicari oleh masyarakatnya. Tidak saja ketika beliau menjadi bupati Lampung Timur, akan tetapi sebelum beliau menjadi Bupati pun kiprahnya amat mengikat hati masyarakat di Kabupaten yang pernah dipimpinnya. Dengan perawakan sederhana ternyata kehadiran Satono cukup menarik perhatian, karena ketika diundang dalam acara apapun di daerah yang akan beliau pimpin ternyata tidak segan-segan untuk hadir meski dapat dibilang tidak biasa bagi orang yang berstatus menengah ke bawah. Ini tidak saja ketika beliau mencalonkan dirinya, akan tetapi ketika beliau masih menjabat Bupati tidak segan-segan untuk meluangkan waktu bertakziah ke masyarakat yang tertimpa musibah. Namun demikian meskipun sikap dan langkahnya sudah amat baik ternyata berbanding terbalik dengan apa yang kini dialaminya. Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, ketika hampir diujung masa pengabdiannya sebagai seorang petinggi di kabupaten ini, ternyata muncul tuduhan dan sangkaan bahwa beliau telah menggelapkan dana daerah yang nilainya cukup fantastis, menembus Rp 119 miliar rupiah. Hal ini terjadi lantaran beliau melakukan kerjasama dengan Bank Tripanca yang waktu itu dipimpin oleh Sugiarto Wiharjo alias Alay untuk menyimpan uang daerah tersebut ke salah satu Bank Suasta tersebut ternyata menjeratnya menjadi tersangka dengan ancaman 15 tahun penjara yang sampai saat ini dicari oleh Kejaksaan Tinggi (KEJATI) dan Polda Lampung karena melarikan diri tatkala hendak diekskusi dengan kesalahan yang telah dilakukannya. Meskipun kesalahan tersebut baru terungkap ketika Bank Tripanca dilaporkan mengalami pailit padahal uang yang begitu banyak sudah diinvestasikan pada bank tersebut. Namun demikian, kesalahan sebenarnya adalah ketika menganggap Satono sebagai pelaku utama penggelapan dana daerah tersebut padahal dalam sistem pemerintahan tidak akan pernah lepas dari persetujuan orang-orang yang berada dalam lingkup pemerintahannya. Sehingga mau tidak mau akan banyak orang yang bertanggung jawab atas hilangnya uang negara tersebut, sebagai akibat dari kesalahan berjamaah yang dilakukan oleh pejabat daerah ini. Jika mengamati blunder yang terjadi di kalangan birokrat di kabupaten ini, tentu saja tidak dapat lepas dari sisi politik yang melingkupinya, di antaranya Satono sebagai masyarakat Lampung keturunan Jawa ternyata cukup sukses memperoleh suara untuk memenanginya di kancah perpolitikan di Lampung, khususnya Kabupaten yang berada di paling timur di propinsi ini. Di mana beliau sempat memimpin AMPI Lampung Tengah dan menjadi ketua Pepadi (Perhimpunan Pendalang Indonesia) Provinsi Lampung dan pernah menjadi Sekretaris Kabupaten Lampung Timur periode 2001-2005 serta beberapa jabatan lain yang strategis yang menjadikan beliau sebagai sosok yang dikenal dan disegani. Sehingga mau tidak mau, jika tidak bisa dikatakan sendiri, Satono berusaha berjuang di antara orang-orang yang tentu saja berbeda latar belakang politik, oleh karena itu dapat dimungkinkan ada unsur sentimen yang cukup kental untuk menyingkirkan Satono dari panggung politik, apalagi waktu itu suara masyarakat cukup responsip dan mendukung kepemimpinan beliau. Suami dari Rice Megawati yang lahir di  Pekalongan, 8 Juli 1953 dan pernah tinggal di Pekalongan Lampung Timur ini kini seperti menelan pil pahit, maja kejayaan dan karier politik serta pemerintahan yang dirintisnya sejak lama harus hangus terbakar oleh politik elit di kabupaten ini dan tentu saja karena Satono kurang hati-hati dalam menjaga uang negara yang begitu banyak dengan terlalu berambisi untuk memperoleh keuntungan semata tanpa memilirkan akibat yang akan didapatkannya. Akibat kasus yang menimpanya, banyak kaum awam yang tidak memahami taktik dan intrik politik akan langsung mencela dan mencaci bahwa beliau benar-benar orang yang berhak dicaci padahal sebenarnya hanya sosok yang ikut menjadi korban kejahatan politik dari orang-orang yang telah bersama-sama berjuang hingga meraih suara terbanyak pada proses pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten tersebut. Meski saat ini Satono sudah diputuskan bersalah dengan hukuman 15 penjara dan saat ini masih buron, akan tetapi blunder dalam kasus Satono yang menjerat Bos Tripanca dan mantan Bupati Lampung Timur ini menjadi masalah yang semestinya diselesaikan dengan sikap arif dan kepala dingin, sehingga sikap berani Satono untuk menunjukkan diri dan tidak bersembunyi akan membuktikan bahwa beliau adalah orang yang berhak disanjung karena sikap berani dan jujur mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki demi kebaikan masyarakat Lampung. Berharap sikap gentlemen Satono menyelesaikan kasus lampung dan mengembalikan semua uang negara dan membangun kembali Kabupaten Lampung Timur agar pembangunan berjalan baik dan masyarakat menjadi masyarakat yang harmonis dan menuju Lampung Timur yang lebih baik. Sumber : http://paratokohlampung.blogspot.com/2008/11/satono-1953-bupati-yang-mendalang-dan.html http://www.tribunnews.com/regional/2012/05/25/mantan-bupati-lampung-timur-satono-masih-buron

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun