Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Memuji Anak Berlebihan dapat Berdampak Buruk?

1 April 2014   01:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Benarkah memuji Anak Berlebihan dapat Berdampak Buruk?

Hidup ini jangan serba terlalu, bisa pusing kepala. Sebait sair lagu dangdut dengan judul Sedang-sedang saja ini hakekatnya dapat memberikan pencerahan pada kita semua. Bahwa seyogyanya segala sesuatu jangan dilakukan secara berlebih-lebihan. Jangankan menyukai sesuatu membenci sesuatu pun sepatutnya saja.

Ibarat ketika kita melakukan sesuatu yang dianggap buruk, ternyata dampaknya justru akan menghujam pada diri kita sendiri. Karena sepertinya sudah menjadi kebiasanya, ketika membenci seseorang, kita pun sepertinya sudah tak simpatik lagi bahkan antipatik. Bahkan kitapun sepertinya tak mau lagi berbicara apalagi menatap wajahnya. Ketika melihat sosok yang kita benci maka spontan muka akan cemberut dan mlengos alias memalingkan wajah kita. Jangankan mengingat wajahnya, mendengar namanya disebut saja seperti mau muntah. Kebangetan bukan?

Karena kebencian kita yang "terlalu" itulah sejatinya kita telah membunuh karakter dan kejujuran hati dan cahaya (nurani) dalam hati kita. Cahaya yang selalu terpancar bening meskipun wajah kita terlihat hitam. Cahaya yang akan terang benderang meskipun wajah kita terlihat gelap. Dia akan memancarkan kebenaran meskipun lingkungan dipenuhi keburukan.

Begitu pula ketika kita mencintai seseorang dengan "terlalu", maka yang terjadi kita menganggap seseorang itu seperti "dewa atau Nabi" yang tak memiliki salah apapun. Bahkan secara tidak sengaja kita telah mendustakan kelemahan manusia bahwa siapapun orangnya akan mempunyai kesalahan pun diri kita sendiri. Bahkan menganggap orang-orang tersebut seperti Tuhan yang tak memiliki sifat kesalahan dan kelemahan barang sediktpun.

Seperti adakalanya kita membenci seseorang yang berbuat jahat atau seorang koruptor sekalipun. Maka biasanya kita akan gelap mata, gelap hati dan fikiran kita seperti tertutup tirai yang amat tebal. Itulah egoisme yang berlebih-lebihan. Membenci seseorang hanyalah perbuatan yang sia-sia tatkala kita kembali pada diri kita sendiri yang penuh dengan dosa.

Seorang melakukan kesalahan hakekatnya karena kekhilafan dan butuh pencerahan. Kadang ia melakukannya karena di saat itu Tuhan telah menguji mereka dengan kelemahan, lemah fikir dan lemah iman. Sehingga pantas saja perbuatan keji pun akhirnya mereka lakukan. Membenci seseorang yang bersalah hakekatnya adalah kesia-siaan karena kebencian yang sebenarnya pantas diberikan adalah pada perbuatannya yang keliru dan mesti diluruskan serta diperbaiki dan bukan pada pribadinya.

Kembali pada persoalan sesuatu yang "terlalu" itu nggak bagus. Bahwa memuji kecantikan anak juga tak perlu berlebih-lebihan karena anak Anda akan semakin tertuntut untuk tampil cantik dan menghabiskan waktunya untuk bersolek ria. Bahkan karena terlalu berlebih-lebihan, sang anak menjadi terlalu percaya diri "over confident" dan biasanya tinggi diri. Tidak ingat lagi bahwa derajat wanita bukan hanya kecantikannya, tapi pada keindahan budi pekerti dan kecerdasan fikir mereka.

Sebagaimana dilansir oleh Kompas.com (31-3-2014) membahas buku yang ditulis Lisa Bloom, buku yang bertajuk Think: Straight Talk for Women to Stay Smart in a Dumbed-Down World. Menurutnya motivasi anak perempuan zaman sekarang untuk selalu terlihat cantik dan sempurna dikarenakan kemajuan teknologi yang memberikan akses informasi hiburan tanpa batas, baik pada media televisi, cetak, maupun online. Dan lebih dari itu anak-anak perempuan 15-18 persen usia anak di bawah 12 tahun mulai merias wajah dan memakai lipstik, dan seabrek peralatan kosmetika yang sebenarnya belum sepantasnya dijadikan ornamen wajib bagi wajah mereka. Bahkan jaman sekarang anak-anak perempuan tersebut lebih bangga jika wajah mereka dipenuhi make-up seperti seorang model.

Lebih dari itu, kecenderungan seorang ibu memuji anak-anak perempuan dengan berlebih-lebihan karena kecantikan wajah dan bukan pada kecantikan hati dan kecerdasannya.

Faktor memuji yang berlebih-lebihan tersebut berdampak pada sikap yang merasa paling "ter" dan menganggap anak-anak lainnya lebih jelek dari dirinya. Dampak berbahaya lagi adalah anak-anak tersebut tumbuh menjadi generasi sombong. Jika anak sudah memiliki sikap tersebut maka anak-anak ini akan mengasingkan diri dari lingkungan yang "dianggap" buruk. Dan hanya bersosialisasi pada kalangan anak-anak berkelas dan dianggap memiliki kecantikan yang sepadan dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun