Dan yang lebih membuat saya miris adalah tatkala pemerintah memberikan Bantuan Siswa Miskin (BSM) justru para orang tua menggunakannya untuk keperluan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pendidikan anak-anaknya. Seperti membeli keramik, pakaian dan lain-lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan pendidikan bagi anak-anaknya. Kontan saja, meskipun setiap tahun anak-anak ini mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui sekolah, justru orangtuanyalah yang banyak menikmati ketidak mampuan anak-anaknya. Mereka menganggap anak-anak mereka sebagai alat pencetak uang dan sedikit sekali tanggung jawab mereka terkait bantuan dari pemerintah ini. Wajar saja setelah saya amati anak-anak ini masih saja terlihat kumuh, ada saja siswa yang tidak berganti pakaian dan buku-buku serta alat belajarmereka yang selalu saja tidak tercukupi.
Fakta inilah yang membuat saya prihatin, tatkala pemerintah sudah memperhatikan kondisi anak-anak disabilitas justru para orang tua memanfaatkan anak-anak mereka untuk memperoleh kekayaan. Dan lebih dari itu mereka menganggap anak-anak disabilitas ini sebagai anak yang bisa dimanfaatkan tenaganya demi meringankan pekerjaan mereka.
Semoga saja kedepannya para orang tua penyandang disabilitas tetap memanusiakan mereka seperti anak-anak sebayanya. Memberikan mereka kesempatan untuk berkembang dan bersosialisasi tanpa diberikan beban yang melebihi kemampuan mereka.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H