Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Guru Mesti Netral, Tapi Bukan untuk yang Ini

1 Juli 2014   21:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:57 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun setiap guru harus memilih, sesama gurupun sejatinya tidak boleh memaksakan kehendak atau menggiring guru lain untuk memilih capres-cawapres tertentu. Karena memilih atau tidak adalah hak dan harus dihormati serta dihargai.

Kedua: Guru memilih dengan hati nurani dan pikiran yang realistis dan akal sehat

Netralitas guru memang diwajibkan, tapi ketika guru harus memasuki bilik suara untuk memilih capres dan cawapresnya semestinya harus sesuai hati nurani. Karena hati nurani tak kan pernah bohong karena di dalamnya mendapatkan cahaya Ilahi. Cahaya kebenaran yang selalu menghiasi hati manusia. Jika pilihan kita sesuai dengan hati nurani, maka sedikit banyak kita telah menentukan pilihan sesuai dengan keyakinan diri dan bukan semata-mata karena emosi sesaat.

Selain menggunakan hati nurani, sepatutnya para abdi negara ini menentukan pilihannya berdasarkan logika yang sehat dan realistis. Adalah kesalahan jika kita terlalu percaya pada sebuah kampanye atau orasi yang luar biasa, tapi kita melupakan logika yang realistis, faktual dan dapat diterima akal (logis).

Dengan cara ini tentu saja kita tidak memilih seperti membeli kucing dalam karung, dan tidak memilih seperti menebak-nebak angka judi. Karena jika kita memilih karena menebak selayaknya tebak angka dalam undian tentu saja kita akan mudah ditipu dengan slogan-slogan dan janji-janji yang sama sekali jauh dari kebenaran.

Ketiga: Guru mengajak saudara-saudaranya agar tidak golput

Seperti halnya pada poin pertama, ketika guru ingin Indonesia mengalami perubahan dan karena cita-cita guru ingin mendapatkan kesejahteraan, maka tidak ada kata lain kita menentukan pilihan, sepatutnya mengajak para guru lain dan saudara-saudaranya untuk menyalurkan aspirasinya sesuai dengan hatinurani dan akal sehatnya.

Karena amat bijak, jika guru bisa memberikan teladan dan mensupport para calon golput agar tersadar bahwa pilihan golput adalah sebuah kesalahan. Selain mengajak saudaranya untuk mencoblos, tentu saja tidak menghalang-halangi atau melarang saudaranya ketika memiliki pilihan berbeda.

Keempat: Guru menolak money politik dan kampanye hitam

Di masa menjelang pilpres, tentu saja ada banyak timses yang berkeliaran menyebarkan isu-isu yang menyesatkan. Selain menyebarkan isu yang menyesatkan para timses ini berusaha mengadu domba bangsa ini dengan cara-cara kotor. Mereka menggunakan informasi yang tidak akurat untuk menjatuhkan lawan politiknya. Sehingga sepatutnya guru pun harus proaktif melaporkan tindakan curang (money politik) serta melaporkan jika ada kampanye hitam yang justru ingin menyesatkan dan memecahbelah persatuan bangsa demi meraih kemenangan.

Akan sangat kontra produktif jika para abdi negara ini ingin menegakkan demokrasi, justru menjadi fasilitaor kecurangan dalam Pemilu (pilpres). Karena tindakannya justru akan mencoreng nama baik guru sebagai sosok yang sepatutnya digugu dan ditiru oleh masyarakat di lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun