Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Generasi Indonesia "Mulai" Gila?

18 Agustus 2014   04:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertarik membaca tulisan mas Agus Japloens yang berjudul Wabah Penyakit Gila Rakyat Indonesia yang kebetulan diganjar HL oleh Admin Kompasiana.

Tulisan tersebut mengkritisi tentang prilaku masyarakat Indonesia secara umum dari kalangan pejabat sampai masyarakat bawah yang sudah "tergila-gila" menggunakan teknologi. Sehingga kesan yang dapat saya tangkap (semoga saja tidak keliru) hakekatnya generasi Indonesia sudah tersesat dan salah karena menggunakan teknologi muktahir. Boleh jadi mereka tersesat karena sudah tak ingat lagi bahwa di lingkungannya ada banyak manusia lain yang mesti di ajak bersosialisasi.

Pertanyaannya, apakah benar generasi muda kita sudah mulai "gila" karena teknologi? Sehingga dalam hati saya sedikit banyak bertanya-tanya dimanakah letak kegilaan. Dan apakah semua generasi muda kita menjadi gila karena teknologi. Padahal kita sendiri di Kompasiana ini tengah memanfaatkan teknologi.

Meskipun sarkasme dalam artikel tersebut amat nyata. namun untungnya artikel tersebut dilabeli oleh admin dengan tagline yang cukup lunak dibaca yaitu Tingginya Pengguna Ponsel di Indonesia, sehingga dengan tagline tersebut seakan-akan ceritanya sangat familier dan begitu ramah bahwa saat ini pengguna ponsel di Indonesia memang sedang boomingnya, namun tak menunjukkan jatidiri tulisan tersebut bahwa judul tersebut mengesankan bahwa generasi Indonesia memang "gila", alias tidak waras karena sudah menggunakan teknologi.

Saya mafhum, mudah-mudahan admin juga berpendapat sama dengan saya bahwa tujuan tulisan tersebut lebih diarahkan pada prilaku konsumtif rakyat Indonesia karena telah menggunakan beragam teknologi. Padahal menurut hemat saya, saat ini akan sangat ketinggalan jika kita tidak mengikuti kemajuan teknologi, karena teknologi adalah ciptaan manusia yang tentu saja amat dibutuhkan dalam kehidupan mereka.

Paling tidak teknologi tersebut memberikan ruang yang lebih sekaligus menjembatani komunikasi antara warga bangsa dan memberikan kesempatan seluas-luasnya agar mereka dapat berkomunikasi dengan manusia lain dari belahan bumi manapun. Bahkan tidak hanya di belahan bumi, karena saat ini di bumi pun sudah bisa melakukan komunikasi dengan manusia lain di luar angkasa.

Itulah teknologi, namun memang kenyataannya saat ini kita sudah semakin menikmati -meskipun ada di antara kita yang menjadi korban teknologi- lantaran tidak sedikit yang harus mendadat bercerai, tiba-tiba masuk bui dan lebih parah lagi yang mendadak terbunuh karena update-an di internet. Tentu saja ada yang salah dengan update-an tersebut.

Akan tetapi, jika menelaah betapa hebatnya kemajuan teknologi di dunia - lebih khusus penggunaannya di Indonesia-ternyata tidak dibarengi oleh kemampuan memanfaatkan teknologi tersebut pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang menggunakan teknologi justru lebih banyak digunakan pada hal-hal yang "mubah", bahkan cenderung "makruh" dan "haram". Itu semua lantaran salah dalam menggunakan teknologi.

Lalu, apakah kita mesti meninggalkan teknologi dan kembali ke jaman purba atau jaman batu? Padahal dunia ini berputar dan berjalan seiring dengan kemajuan peradaban manusia, bukan?

Satu contoh sederhana, betapa bahagianya kita memiliki laptop, hp smartphone dengan berbagai versi software (meskipun di antara teknologi tersebut ada yang belum saya miliki) dan betapa bahagianya kita karena adanya laptop, hp smartphone, modem, internet dan media kompasiana, kita dapat berbagi (sharing) dan terhubung (connecting).

Setiap hari tanpa kita susah payah berkirim tulisan lewat selembar surat yang membutuhkan waktu lama untuk sekedar menulis dan mengirimkan, dan rentang waktu pengiriman yang juga akan lama. Kini semua amat mudah, dari belahan bumi manapun kita dapat menjalin persaudaraan - meskipun persaudaraan maya- dan instant karena tak seberapa perlu untuk bertemu di dunia nyata, tapi kita bisa menjalin persaudaraan dan pertemanan, jodoh.  Bahkan lebih dari itu, ada di antara mereka yang tak sengaja menemukan keluarga mereka yang raib beberapa tahun silam, karena mereka berbagi cerita di dunia maya.

Selain itu kita dapat menjalin kerjasama bisnis misalnya, tukar menukar pengalaman dalam berbagai hal, dan tentu saja dapat berbagi ilmu yang bentuknya bermacam-macam tergantung selera masing-masing.

Itu semua adalah berkat kemajuan teknologi yang kita (bangsa Indonesia) tinggal menggunakannya dengan sebaik-baiknya, karena akan butuh berapa lama lagi kita bisa menciptakan teknologi jika pandangan hidup kita selalu saja berkutat pada hal-hal yang tak penting, pola pikir kita selalu gelap (black mindset) yang justru menjerumuskan gaya hidup kita menjadi egois dan munculnya egosentrisme yang berlebih-lebihan.

Bahkan yang lebih naifnya lagi, kita justru menjadikan diri sebagai kelompok "penting" jadi kesannya hanya bergaul dengan orang-orang tertentu yang dianggap se level, tak mau bergaul dengan anak kampungan. Apalagi kog mau bergaul dengan anak bau ingus dan penulis pemula di Kompasiana. Padahal para penulis pemula tersebut mereka mencari sosok-sosok yang dapat dijadikan teladan dan dimanfaatkan ilmunya bagi kemajuan dalam hal tulis menulis.

Terlepas dari dampak positif dan negatif dari teknologi, hakekatnya apapun teknologi tersebut seperti yang para pengamat katakan sebagai mata pisau, akan diapakan tergantung yang memilikinya. Ingin digunakan pada hal yang bermanfaat atau justru kejahatan.

Jadi menurut saya, tak ada yang salah dengan teknologi dan bagaimana warga bangsa ini menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya.

Nah, jika kita hanya bisa menggunakannya tanpa bisa membuatnya, berarti saat ini kita mesti belajar bagaimana bisa menjadi pesaing para produsen teknologi dengan menciptakan teknologi baru yang akan bersaing di kancah Internasional, minimal persaingan di kancah regional.

Salam Kompasiana!

Kota Metro, 17-8-2014

Ilustrasi : gwtechsolutions.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun