Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meminta Maaf, Sikap Florence Sihombing Cukup Ksatria

29 Agustus 2014   16:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_356145" align="aligncenter" width="544" caption="Kicauan Florence di Twitter (https://twitter.com/florencj_)"][/caption]

Saya tertarik berita akhir-akhir ini terkait adanya pernyataan seorang mahasiswa S2 yang dianggap melecehkan Provinsi Yogyakarta dengan sebutan yang tak pantas dalam akun Pathnya.

"Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal Jogja," tulis Florence.

Dan saya berusaha tidak turut campur terkait pemberitaan yang berkembang. Karena kesalahan ucap ini, akhirnya Florence Sihombing mesti berurusan dengan masyarakat Jogyakarta, khususnya pihak Universitas Gajah Mada yang menjadi institusi di mana ia saat ini tengah menempuh pendidikan S2-nya.

Tapi terlepas dari tindakan "ngawur" dan "khilaf" tersebut saya menduga mahasiswi ini memang terbiasa tak sabar melihat betapa antrinya pengisian BBM di salah satu SPBU di propinsi ini.

Karena tindakan khilaf, saya katakan khilaf karena beliau adalah manusia biasa yang sama seperti penulis kompasiana. Kita semua yang nimbrung di blog bersama ini, dan tentu saja semua rakyat Indonesia pun pernah khilaf dan mengucapkan kata-kata yang tak patut.

Semua kembali pada tabiat manusia sebagai makhluk yang tak sempurna. Seandainya kita yang merasa tersakiti dengan kata-kata itu maka amat wajar meluapkan emosi dan kembali memaki apa yang dilakukan Flo, tapi kembali kepada sifat dan jatidiri manusia adalah tidak lepas dari kesalahan. Ketika saat ini kita salah dan disudutkan karena kesalahan tersebut maka esok hari akan jadi pelajaran berharga.

Begitu juga dengan orang-orang yang "memaki-maki" secara sporadis maka orang-orang tersebut "boleh jadi" akan mengalami nasib yang sama tatkala "keceplosan" mengucapkan kata-kata yang tak sepatutnya. Kita yang awalnya mengatai dengan kata-kata buruk, esoknya bisa saja kita yang akan dimaki. Itulah konsekuensi hidup yang seringkali kita jalani dan tak dapat diprediksi.

Florence sudah melakukan kesalahan karena telah menghina Jogya dan sekaligus masyarakatnya. Tapi yang saya pahami masyarakat Yogyakarta, seperti juga keluarga saya keturunan Yogyakarta yang tinggal di Sumatera, tidak pernah membalas makian seseorang dengan sadis, tapi justru masyarakat Jogja selalu berusaha menjaga silaturrahmi dan menjalin pertemanan kepada siapa saja. Bahkan seandainya kami dihina pun akan kami jawab "yo wes ben seng waras ngalah" itu saja yang biasanya kami katakan dan tidak membalas apa yang diperbuat orang yang telah menyakiti kita.

Lalu bagaimana dengan ungkapan yang menjelekkan kota yang menurut saya masyarakat Yogyakarta amat ramah dan berbudaya luhur itu? Tentu saja kembali pada persoalan bahwa tidak ada makhluk yang sempurna. Entah siapa saja pasti suatu saat merasakan bagaimana mendapatkan celaan dari orang lain. Meskipun kita sudah melakukan yang terbaik tapi seringkali kita harus mendapatkan hinaan.

Sikap Florence Benar-benar Murni Wujud Kesatria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun