Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Kisahku) Guru Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

3 Juni 2015   03:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

____________

Kembali kepada judul artikel ini, kenapa saya membahas tentang latar belakang guru non PLB kog mau-maunya menjadi guru SLB? Gak salah jalur tuh mas? Apakah Anda gak merasa tersesat dan sulit beradaptasi?

Pertanyaan demi pertanyaan tersebut memang sering saya dapatkan. Bahkan sampai saat ini pertanyaan itu masih saja menggelayut dalam benak saya. Kog bisa-bisanya saya yang lulusan agama justru menjadi guru SLB?

Awalnya saya sempat tak percaya dengan apa yang terjadi. Tapi, setelah saya renungi dan rasakan lagi ada rahasia dan hikmah apa yang sebenarnya diberikan Allah padaku, ternyata semua karena Allah ingin memberikan kesempatan padaku mendapatkan ilmu, pengalaman serta pahala yang berlimpah tatkala mau benar-benar mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.

Bagaimana mungkin guru yang biasanya mencari jalan aman dan nyaman, kog bisa-bisanya mau mengajar dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus yang notabene penuh kekurangan? Entah kekurangan fisik maupun psikis.

Tapi sekali lagi, ini adalah rahasia Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang menitipkan anak-anak istimewa ini kepada saya supaya saya mau mendidiknya dengan sepenuh hati. Meskipun tak mudah memang mendidik dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus.

Dan bukan bermaksud pencitraan, karena apalah artinya pamer prestasi jika faktanya nol besar. Apalagi yang berkaitan dengan pekerjaan yang seringkali dianggap remeh, meskipun amat berat. Ialah guru sekolah luar biasa. Guru yang sehari-harinya dihadapkan dengan anak-anak yang mempunyai kelebihan atau kekurangan di sana-sini. Tapi semangat tak akan pernah padam demi membangkitkan semangat untuk maju, berkembang dan mandiri. Guru bagi anak-anak disabilitas, di satu sisi dilecehkan dengan predikat bermacam-macam, kadang mereka menduga mendidik anak penuh kekurangan dianggap sepele, seperti misalnya ucapan heleh cuman ngajar SLB aja....!?, atau Lah murid cuma enam apa susahnya, Pak? Saya hanya bisa menggeleng-geleng kenapa ada saja yang begitu naif dan sinisnya para komentator berkomentar sinis tersebut.

Meskipun di antara mereka yang melecehkan dan sinis, adapula yang menaruh penghargaan yang tinggi kepada para guru-guru yang juga luar biasa ini. Meskipun di antara mereka yang peduli pun hanya sebagian saja yang mau peduli akan nasib guru-guru bagi anak-anak disabilitas.

Tidak hanya faktor lingkungan, dalam dunia kedinasan pun kadangkala cemoohan dan sikap merendahkan seringkali terlontar dari para penyelenggara negara. Seakan-akan mereka tahu bagaimana sulitnya mendidik anak-anak yang penuh dengan kekurangan. Jangankan pernah menyentuh, berusaha memahami kekurangan merekapun acap kali sulit dilakukan.

Yang pasti, mendidik anak-anak ABK tak hanya berbekal kepandaian semata, tapi kesabaran, keteguhan, ketelatenan, kesabaran dan tentu muka tembok, lantaran tak semua orang menghargai guru-guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Dan alhamdulillah dengan kesabaran dalam mendidik dan melatih mereka, sedikit demi sedikit kebiasaan yang kurang baik dari anak-anak ini bisa diatasi. Bermacam-macam keterampilan juga dapat saya berikan meskipun tak seratus persen selayaknya anak-anak pada umumnya. Dan alhamdulillah juga sudah beberapa kali anak-anak yang saya bimbing mampu tembus juara lomba dan bisa naik podim yaitu bidang sains IPA, Fisika dan Puisi dengan perolehan tropi juara 1 sd 2 dan mengantarkan saya dan siswa saya bisa berangkat  ke tingkat nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun