[caption caption="Selamat Hari Guru Nasional"][/caption]
Hari ini, tepatnya 25 November 2015, di seantero bumi Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Hari di mana diperingatinya sebuah pengorbanan dari seorang yang berjasa bagi pendidikan di negeri ini. Para generasi muda terdidik yang sejatinya sudah banyak ditelurkan oleh pengabdian guru secara maraton, menjadi para pemimpin yang membangun persada bumi pertiwi.
Pada hari ini juga, ketika semua cerdik pandai, para tokoh di negeri ini serta semua masyarakat dari berbagai kalangan memperingati hari bersejarah ini, seyogyanya mendoakan para guru tersebut, agar mereka terus berkarya, berbenah dan bercermin diri demi memperoleh kualitas seorang profesional yang tidak dipandang sebelah mata.
Bangsa ini boleh bangga, karena para pemimpin hebat telah terlahir di negeri ini, seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono, dan presiden ke tujuh ini Joko Widodo adalah sederet nama-nama tokoh yang mendunia dan mengharumkan bangsa Indonesia di kancah international. Serta tokoh-tokoh lain yang jumlahnya tidak terhitung lagi.
Mereka terlahir dari para ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya, dan mereka terlahir dari kawah candradimuka yang dibangun oleh para guru. Waktu yang teramat panjang guna melahirkan tokoh-tokoh bertalenta itu. Dan tentu saja pengorbanan dan jasa-jasa yang tak bisa dinilai dengan materi jika melihat betapa berharganya peran guru bagi kesuksesan mereka.
Namun demikian, sudahkah kita menatap para guru ini dengan penuh cinta? Atau sekedar membela mereka tatkala mereka dirundung kesusahan?
Para guru tak semestinya hanya dipuji-puji selayaknya benda bertuah, dan tak hanya disanjung-sanjung nilai sejarahnya seperti sebuah arca. Mereka lebih dari sekedar bangun materi yang tersimpul antara kulit, tulang dan daging. Tapi mereka adalah sosok-sosok yang akan menjadi sumber cahaya bagi lahirnya generasi terbaik di negeri ini. Bahkan seandainya orang-orang kaya dan pemimpin ini melupakan guru, niscaya cahaya pengabdian tulus guru tetap terukir indah di relung jiwa penghuni bangsa ini. Mereka adalah kepanjangan Nabi, karena pendidikan karakter dan sosok yang akan membangun bumi ini terlahir dari mereka.
Guru, Ketika Muridnya Tertawa, Para Guru Seringkali Menangis
Pernahkah kita sadar, sebagai generasi muda yang telah dididik, kita seringkali mengabaikan nasib guru? Betapa sulitnya perjuangan guru untuk kita para generasi muda, hingga kita benar-benar menjadi sosok yang berguna bagi nusa dan bangsanya. Di saat diamnya, para guru senantiasa mendoakan kesuksesan para anak didiknya, dan dikala marah, hakekatnya karena mereka sadar bahwa pundak bangkitnya negeri ini ada di tangan kita.
Kita selalu saja wajib menuntut para guru bekerja dengan semaksimal mungkin, tapi kita lupa di tengah jerih payahnya perjuangan mereka, deraian air mata seringkali menjadi bumbu wajib perjalanan mereka dalam pengabdian. Hujan panas menghampiri, lelah dan kucuran keringat membasahi tubuhnya, tapi mereka tetaplah seorang guru yang pantang mengeluh di hadapan para anak didiknya.
Pun tatkala para anak didiknya telah meraih kesuksesan, ternyata para guru inipun seringkali hidup dalam kesusahan. Mereka tak menghitung lagi betapa cucuran keringat sudah tidak berharga lagi dibandingkan kesuksesan yang akan diraih anak didiknya.