Sampai detik ini mungkin di forum dalam negeri masih saja mencuat kontroversi anak-anak muda berbakat indonesia yg menciptakan karya perdana mereka. Ada yang pro ada yang kontra tergantung dari sisi mana mereka melihat dan sedalam apa mereka memahami bidang tersebut dimana akar permasalahan terjadi. Dunia IT khususnya programming kita bicara tidak hanya tentang variabel, konstanta, deklarasi termasuk alur logaritma yg berjalan tiap baris programnya. lebih jauh sama halnya dengan novel ataupun roman picisan dalam prosa, semuanya adalah hasil karya buah pikiran seorang penulis dalam hal ini seorang programmer. Programmer juga penulis, programmer juga manusia, dimana tiap tulisannya itu terlindungi oleh copyright-hak cipta. Apa dan bagaimana bentuk hak cipta tersebut tergantung ketentuan dan kebijakan sang penulis itu sendiri apakah open source atau tertutup.  Apa saja yg perlu diperhatikan, check this out : - Open source sendiri punya policies dalam hal penggunaan, modifikasi/sunting dan pendistribusiannya jadi tidak serta merta menggunakan source code lantas mengklaim jika itu adalah ciptaannya. saya lebih setuju itu adalah pengembangan. - menggunakan source code tersebut kemudian tidak memenuhi kebijakan dari ketentuan sang maker, contoh saja sudah jadi rahasia umum bagi siapa saja yg menggunakan source code av open source maka harus menjadikannya sub program yg juga open source, tidak untuk komersial/mengambil keuntungan pribadi dan tidak menghilangkan informasi source pembuatnya. sampai sini saya juga memperhatikan perekembangannya karena proses belajar memang butuh panutan dan saya mensupport sekali pembelajaran basic programming sejak usia dini. yang mengganjal banyak orang seperti pembuat ARTAV dimana saya membaca dari posting dia di forum2 bahwa pernyataan bersikeras dia tidak menyunting source code AV lain(al & Avigen) kecuali dari engine qurantine saja padahal tidak ada engine disini, tapi fungsi sederhana API windows yg sebenarnya bukan fungsi AV secara khusus. memanfaatkan kondisi tersebut untuk melangkahi policies akan kebijakan penggunaan open source milik orang lain itu yg rancu.  Respon pemerintah agaknya kurang memahami point open source diatas, makanya banyak praktisi IT yg bertanya2. yg harus dipahami setiap orang, sah-sah saja menggunakan atau tidak menggunakan source code cheksum milik av sebelumnya dan bisa diganti cource code cheksum2 yg lain (crc32, md5, SHA-1) dan bisa memfungsikannya sebagai scan engine saya pikir tidak masalah karena itu source code cryptography umum.  kita disini tidak disuruh menciptkana rumus trigonometri dan phytagoras baru karena source code generator ini memang bukan cuma untuk pengembangan Antivirus dan ini tidak ada gunanya kalo gak dibuat fungsi API nya. toh paling berapa baris script code scan engine standarnya itu wajar karena lebih jauh script diluar scan engine jauh lebih panjang. namun dari pantauan saya melihat decompiller+report pengguna, pemerhati bahkan developer salah satu av yg digunakan cource codenya yaitu AVIGEN, menemukan komparasi yg sama. kemudian dibanding Al AV diperkirakan 65% > menggunakan module + class module + user control, sound warning yg sama bahkan bisa dibilang tidak diedit dan langsung copy dan ditambah form saja yang mungkin tidak memahami dependencies setiap script dan fungsinya jika script itu dimodif, edit,rename atau delete termasuk nama av sebelumnya seperti avigen yg belum sempat dihapus dibuild ulang tanpa menyebutkan nama asli pembuat dan mengaku membuat 100% dari awal coding tersebut. Ini sama saja mengamini  mahasiswa yang tidak membuat skripsi sendiri namun membelinya dari orang lain dan mengklaim kalo itu adalah skripsi buatan dia untuk memanipulasii dosen, teman, orang tua dan diri sendiri. Jadi menurut saya bukan masalah plagiatisme, hanya cara mensikapi policies dalam memasuki dunia open source IT. pesan saya terus pelajari basic dari sisi techinalnya , tapi tetap masalah kebijakan copyright dari maker sebelumnya tentang open source yg terdistribusikan perlu diperhatikan. Yang senior silahkan dukung dari sisi technical dan sikap tanggung jawab. Kelak mereka akan tahu begitu berharganya setiap baris script yg terciptakan. Berhenti mensikapinya secara berlebihan.... Apresiasi tinggi saya kepada orang-orang yg justru menemukan dan membuat scan engine (cheksum) dari nol. SUSTLE - Organisasi Kriptografi ASLI Indonesia - dari kontribusi orang crytography seperti mereka ini lantas banyak AV Maker yg memanfaatkan sebagai inti dari sebuah scan engine AntiVirus karena saya tau mereka murni berkiblat pada ilmu pengetahuan. karena mereka juga bagaimana keakuratan deteksi, kecepatan deteksi AV bergantung. sayang kontribusi mereka dipandang sebelah mata ama pemerintah yg hanya melihat sesuatu yg siap pakai....credits kepada mereka yang berjuang dengan checksum Cenarok-2 : Adam Pahlevi B Dara Nilam Awtian Akbar Fariskhi Vidyan Muhammad Nur Pratam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H