Mohon tunggu...
Malikus Senoadi Widyatama
Malikus Senoadi Widyatama Mohon Tunggu... -

Wirausahawan sederhana, mudah, rajin menabung, kreatif, cepat tanggap, cerdas cermat, mudah dicari di toko terdekat.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kearifan Lokal untuk Menyelamatkan Sungai Citarum (Bagian kelima)

27 April 2011   02:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa yang Lo Mau, Sungai Citarum Serba Ada

Persaingan usaha Toko Serba Ada dengan sistem franchaise tidak terelakkan di wilayah darat. Sedangkan pada aliran sungai, kebiasaan orang-orang yang membuang sampah ke sungai ditambah dengan perkembangan permukiman penduduk dan industri di sepanjang
Sungai Citarum yang tumbuh pesat dalam 20 tahun terakhir. Hanya dalam sekejap membuat sungai seperti Toko Serba Ada untuk urusan sampah. Aliran sungai seperti tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Demikian gurauan salah seorang teman kami. Mengenaskan memang. Jika anda bersama kami dalam kegiatan Susur Sungai Citarum ini dan berhenti sejenak di pinggir sungai di wilayah Sungai Bojong Citepus salah satu anak sungai Citarum, anda akan melihat barang-barang yang mengambang. Botol-botol plastik, bungkus rokok, bungkus sabun, kemasan makanan dan minuman berbagai macam merk, tidak ketinggalan sandal jepit, sepatu, kain dan ban bekas, botol kaca, dan barang-barang Toko Serba ada lainnya.

Ketiadaan tempat pembuangan sampah di tingkat RT disebut oleh warga menjadi penyebab kebiasaan membuang sampah ke sungai menjadi tumbuh subur. Hal tersebut sudah menjadi prilaku yang dianggap biasa oleh masyarakat. Tetapi prilaku dan kebiasaan dapat dirubah dalam waktu yang singkat apabila ada komitmen dari banyak pihak untuk merubah.

Membuang sampah di aliran sungai memang terlihat praktis, karena dalam sekejap, sampah akan hilang bersama aliran air. Namun jika sungai yang bertanggung jawab atas sampah yang dibuang ke alirannya dan sudah merasakan “kekenyangan”, yang terjadi kemudian adalah bencana.

Perlunya komitmen dalam bentuk program Selamatkan Citarum yang mengajak seluruh komponen masyarakat di seputar DAS Citarum, diyakini akan membantu menempatkan sampah pada tempat yang semestinya. Tidak menjadikan sungai Citarum sebagai tempat pembuangan sampah berarti telah bergabung dalam program Selamatkan Citarum dan menyelamatkan Sungai Citarum untuk generasi mendatang.

Semangat Ingin Sungai Bersih Lagi

Matahari bersinar sangat terik siang itu, panasnya terasa begitu menyengat kulit, sehingga beberapa ibu menggunakan payung untuk melindungi wajah mereka. Tetapi beberapa orang lelaki terlihat sibuk mengambil sampah plastik yang ada di aliran Sungai Citarum dengan menggunakan perahu kayu. Perahu seperti tidak terlihat, karena penuh dengan gunungan sampah plastik itu. Sampai-sampai teman saya teriak: “Mang hati-hati kalau di tengah sungai jangan hanya menggunakan kayu balok saja”. Teman saya pun tidak menyadari kalau salah seorang lelaki itu ternyata menggunakan perahu dan bukan hanya sekedar kayu balok saja.

Kami berada di daerah Cilampeni, kami lalu diajak bertemu dengan Kang Dodi, seorang pengepul plastik yang berasal dari daerah sekitar sungai dan di aliran sungai. Dahulu beliau bekerja di pabrik plastik, sejak di PHK dia memutuskan untuk menjadi pengepul plastik.

“Ada jenis-jenis plastik yang harga jualnya berbeda-beda”, jelas Kang Dodi. Misalnya plastic bening besar lembaran akan berbeda harga jual per kilogramnya dengan jenis plastik kresek yang biasa untuk berbelanja. “Jika sudah dicuci, plastic jenis Highdensity polyethylene harga perkilogramnya Rp.6000. Sedang plastik Polypropylene perkilogram dalam keadaan bersih Rp.4000”, terang Kang Dodi seperti seorang selesman produk plastik saja.

Mencuci plastik dilakukan Kang Dodi di Sungai. “Dahulu saya mencuci plastik di aliran limbah di pabrik tekstil yang berada di pinggir jalan”, sambil Kang Dodi menunjuk suatu tempat. Menurutnya dengan mencuci di buangan air limbah dalam waktu singkat lebih cepat bersih kalau dibandingkan dicuci di aliran sungai. Hal itu karena zat kimia pada buangan limbah lebih cepat membersihkan. Tetapi resikonya gatal-gatal dan iritasi kulit.

“Lalu kalau terkena iritasi cara mengatasinya bagaimana Kang”? Tanya saya spontan. “Ya kalau sudah gatal, jangan pernah digaruk, akan semakin parah. Biarkan saja dan nantinya ditaburkan bedak saja”, jelas Kang Dodimemberikan tips untuk kami.

Tetapi itu dahulu ketika pihak pabrik yang menjadi konsumen kami belum menanyakan dimana plastik-plastik itu kami dicuci. Konsumen pabrik sudah mengetahui kalau plastik dicuci di air bersih atau tidak dari tingkat kejernihan plastik. Kini kami mencucinya di Sungai Citarum, karena harga jualnya sedikit lebih tinggi”, kata Kang Dodi semangat.

“Saya membuka lapak usaha pengepul plastik ini, saya dapat mempekerjakan banyak buruh lepasan. Lumayan bisa memberi rejeki kepada orang lain. Keinginan saya sebenarnya agar Sungai Citarum bisa lebih bersih lagi dari apa yang anda lihat itu”. Itulah sebersit komitmen dari Kang Dodi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun