Mohon tunggu...
Surya Maldini Alfarizi
Surya Maldini Alfarizi Mohon Tunggu... Lainnya - Penstudi Hubungan Internasional

An ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Politik

Afrika yang Tak Lagi Sama: Studi Kasus Ethiopia

1 Agustus 2023   11:18 Diperbarui: 15 April 2024   09:06 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.boombastis.com/kemajuan-ethiopia/251208

Dalam sejarahnya, Ethiopia pernah tercatat mengalami bencana kelaparan dari tahun 1983 hingga 1985 yang disebabkan oleh situasi politik yang tidak menguntungkan dan kekeringan yang berkepanjangan di negara tersebut. Tidak hanya di antara tahun-tahun itu, negara di Afrika Timur ini juga pernah menghadapi hal serupa di tahun-tahun berikutnya, yang dimana tercatat ada 400.000 warga Ethiopia yang dilaporkan tewas akibat adanya bencana kelaparan. 

Selain kelaparan, bencana perang saudara dan konflik kekuasaan juga sering terjadi disana. Pada tahun 2002 misalnya, Ethiopia sebagai sebuah negara di tanduk Afrika pernah tercatat sebagai negara termiskin ketiga di dunia dengan pendapatan per kapita hanya sekitar 350 dollar. Hal tersebut kemudian telah menyebabkan Lebih dari separuh populasi di Ethiopia hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga banyak dari para pengamat yang meyakini bahwa Ethiopia akan menjadi negara yang bangkrut.

Namun, Ethiopia kini telah mulai bertransformasi menjadi negara republik dan telah banyak berpartisipasi aktif dalam aktivitas kerja sama internasional. Hanya dalam satu dekade saja, Ethiopia telah mengalami sebuah perkembangan yang sangat pesat,negara dengan ibukota Addis Ababa ini kini telah bangkit dari yang status sebelumnya negara termiskin di dunia berubah menuju kemakmuran, dan mulai menunjukkan citra negara yang semakin positif di mata dunia setelah berstatus sebagai negara miskin selama beberapa dekade terakhir. Melalui upaya untuk mengurangi kemiskinan, ekonomi Ethiopia telah mengalami peningkatan yang signifikan, dimana ekonomi Ethiopia telah mengalami pertumbuhan lebih dari 10% setiap tahunnya sejak tahun 2004.

Produktivitas dan kesejahteraan petani kecil, bersama dengan inisiatif pembangunan telah memungkinkan pencapaian semua ini selama sepuluh tahun terakhir antara tahun 1995 dan 2015. Selain itu, Ethiopia juga telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya dengan rata-rata dari 45 persen menjadi 23,5 persen. Investasi dalam input pertanian dan industri benih sangat meningkat karena hasil pertanian riil meningkat secara menakjubkan sebesar 7,6 persen per tahun. Negara dengan populasi lebih dari 10 juta orang ini, telah berhasil memiliki ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia antara tahun 2003 hingga 2018 berdasarkan data dari Bank Dunia. Selain itu, sejak tahun 2003 harapan hidup di Ethiopia telah meningkat dan angka kematian bayi baru lahir telah berkurang hingga 50% berdasarkan statistik dari Indeks Berkelanjutan Pangan (FSI) . Bank Dunia juga telah menempatkan  Ethiopia di urutan ke-12 sebagai negara adidaya pertanian dan ketahanan pangan, dengan Amerika Serikat berada di urutan ke-11  tepat satu tangga setelah Ethiopia, sedangkan Indonesia berada di urutan ke-64.

Di Ethiopia, sektor pertanian menyumbang hampir 80% dari PDB negara, mengubahnya dari negara termiskin di dunia menjadi negara agraris. Pengembangan infrastruktur perkotaan di Ethiopia menjadi perkembangan pesat lain setelah sektor ekonominya, dengan Addis Ababa yang merupakan ibukota Ethiopia telah mengalami perekmbangan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Dibawah Pemerintahan perdana menteri Abiy Ahmed yang telah berkuasa sejak tahun 2018, Ethiopia telah memulai beberapa proyek mega perkotaan. Konstruksi adalah salah satu sektor industri terbesar di Ethiopia dan merupakan penghasil lapangan pekerjaan terbesar kedua setelah industri pertanian. Konstruksi di negara ini tumbuh dan menawarkan pasar hijau melalui berbagai proyek mega yang sedang berlangsung di Ethiopia baru-baru ini. Ethiopia kini telah berhasil membangun proyek luar biasa termasuk proyek pembangunan perkotaan, jembatan, bendungan, dan proyek industri lainnya.

Lantas faktor apa yang membuat Ethiopia berubah menjadi negara yang berkembang?

Berikut adalah faktor-faktor yang membuat Ethiopia menjadi negara berkembang. Pertama, Ethiopia memiliki keterbukaan dalam menerima bantuan asing untuk membangun infrastruktur di dalam negeri nya. Terdapat banyak Kebijakan dari pemerintahan Ethiopia yang memberikan izin terhadap investor asing untuk masuk ke dalam negeri nya. Sebagai contoh  adalah dengan melakukan kerja sama dengan China untuk melakukan pembangunan proyek LRT (jaringan kereta api ringan), lebih lanjut Ethiopia juga mendapatkan bantuan dari negara Israel dan organisasi nirlaba bernama fair planet, yang berimplikasi terhadap perkembangan pesat industri pertanian di Ethiopia. Kedua, Ethiopia banyak menginspirasi kaum mudanya untuk berkreasi di berbagai industri. Mereka mendorong pekerja mudanya untuk melakukan inovasi di bidang teknologi. Karena pemerintah Ethiopia cenderung memfokuskan terhadap bidang teknologi untuk saat ini. Faktor ketiga,  Ethiopia telah mendorong banyak solusi teknologi untuk mengatasi masalah di negara tersebut.

Negara-negara di kawasan Afrika saat ini tidak lagi sama seperti yang dahulu, yang seringkali digambarkan sebagai kawasan dengan tingkat kemiskinan tertinggi di dunia, hal ini ditunjukkan melalui data dari Bank Dunia yang menyoroti bahwa selain Ethiopia, negara-negara di Afrika juga memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Enam dari sepuluh negara dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi pada tahun 2018 diatas 6 hingga 8 persen berada di kawasan Afrika.

Semoga Bermanfaat, Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun