Mohon tunggu...
Komala Sari
Komala Sari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya perempuan biasa, berkarir di dunia kecantikan, menyukai buku dan kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Jodoh Bukanlah Jodoh

28 September 2014   19:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jodoh itu seperti hantu, datang gak ngetuk pintu,  pulang gak pamit dulu”

Orang bilang jodoh itu sama juga dengan rejeki. Yang namanya rejeki kan bisa datang dari pintu mana saja asalkan kita rajin mencarinya. Nah, kalau gak dicari-cari, gak bakal ketemu dong?

Berbicara soal jodoh, dari zaman Nabi hingga zaman modernisasi kayak sekarang, tetap saja selalu jadi perbincangan hangat, bikin panas kuping para ibu-ibu yang punya anak gadis/bujang belum dapat jodoh.


Saya gak mau mengupas tuntas  soal jodoh karena tidak punya kewenangan membahas  perjodohan :).
Yang berkecamuk di dalam pikiran saya dan masih membuat saya suka geleng-geleng kepala (soalnya kalo mengangguk-angguk nanti dikira kutilang), masih banyak para orang tua (terutama kaum ibu) yang punya anak perempuan, lebih menginginkan punya menantu pria dari suku Jawa.
Wow.....ada apa dengan lelaki Jawa?
Ibu saya bilang, pria Jawa adalah pria yang ulet, setia, pekerja keras, penyayang istri. Dan pendapat tersebut diaminkan oleh para saudara-saudara saya (amin berjama'ah pula). Padahal ibu sendiri menikah dengan ayah saya yang asli lelaki keturunan  Jawa Barat (Cirebon, dan tentu saja bersuku Sunda).
Padahal juga, satu kakak perempuan saya yang menikah dengan lelaki Jawa yang asli Yogya harus kandas karena suaminya selingkuh dengan perempuan lain (hayoo...mana dong faktanya kalau lelaki Jawa itu setia?).
Lagi dan lagi, banyak pula teman-teman perempuan saya yang menikah dengan pria Jawa yang pernikahannya pun kandas dengan faktor yang berbeda-beda. Ada yang suaminya selingkuh, ada yang gak kerja-kerja dan mengandalkan sang istri yang menjadi pencari nafkah, ada pula yang suaminya kasar dan sang istri mengalami KDRT.
Dan banyak pula saudara dan teman saya yang berjodoh dengan pria di luar suku Jawa yang pernikahannya langgeng, aman, damai, bahagia.

Satu teman perempuan saya “terbebani’ dengan keinginan orangtuanya yang menginginkan bermenantukan  sesuku (Jawa). Hingga Sang Ayah kemudian meninggal dunia, sang teman ini bertahan tidak menikah sebelum bertemu calon suami sesuai kriteria orangtua, dan amanat sang ayah sebelum meninggal yang menginginkan putrinya hanya menikah dengan lelaki jawa. Maka beberapa jalinan percintaannya selalu kandas di tengah jalan karena keraguannya menikah sebab sang pria tidak satu suku dengannya. Berkali-kali dia mengadukan gundah hatinya kepada saya, keinginannya berbakti pada keluarga dan ketakutannya jika menikah dengan lelaki yang tidak satu suku dengannya akan membuat keluarganya kecewa yang akan  meyebabkan ketidak-berkahan dalam pernikahannya kelak.

Yang selalu saya katakan padanya, bahwa jodoh itu sudah tergariskan oleh-Nya, dari suku mana pun, jika ia memang sudah tertaqdirkan menjadi jodoh kita, maka tak kan ada siapapun yang bisa menolaknya, termasuk orangtuanya sekalipun.

Kini, sang teman sudah dikaruniai satu orang putra yang lucu dan tampan hasil pernikahannya dengan pria Palembang.

Saya sering berbincang-bincang dengan sesama teman, baik lelaki atau perempuan, terutama yang bersuku Jawa, rata-rata orangtua mereka memang berkeinginan punya menantu sama-sama keturunan Jawa. Jika berbicara sikap atau karakter, sebenarnya saya tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan segala hal yang berkaitan dengan dengan suku(apa pun). Langgeng atau tidaknya sebuah pernikahan bergantung pada kedua belah pihak. Dan karakter seseorang tidakbisa dikaitkan dengan asal sukunya.

Maka buat yang belum menemukan jodohnya, yakinlah bahwa yang datang dari-Nyadan pada waktu-Nya adalah yang terbaik.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun