Shalawat Gabengan merupakan salah satu kesenian tradisional lokal yang mulai dikembangkan kembali dengan versi kolaburasi dalam pengembanganya untuk melestarikan, agar kesenian tradisional lokal tidak pudar digilas arus globalisasi. Dan kembali bisa diminati khususnya para generasi yang pada umumnya masih cinta akan kebudayaan seni warisan leluhur.Menurut literature yang penulis peroleh, kesenian tradisional gabengan mulai muncul sejak jaman dahulu. Dimana dipakai dalam acara-acara religu maupun sakral dengan memanfaatkan alat musik unik dari bambu gabeng.
Mulai hilangnya kesenian ini di tengah-tengah masyarakat sebenarnya adalah hal yang cukup memprihatinkan karena Shalawat dengan iringan alat musik seperti gabengan merupakan salah satu kekayaan seni yang patut dipertahankan.
Shalawat gabengan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari alat yang digunakan sebagai sumber musik untuk mengiringi syair-syair yang didendangkan, yaitu semua terbuat dari bambu khusus dengan aneka kreatif sederhana oleh para pendahulu, dimana bisa dimainkan dengan hasil nada khas yang unik.
Dan alat tersebut juga memiliki nama dan fungsi yang berbeda-beda dengan gaya memukulnya. Terdiri dari, Gambangan, Kentong, Sawatan, Tretek, Kepyak, Jagulan, Cengklung dan Jengglung. Namun, seiring perkembangan, saat ini hanya Gambangan dan suling yang dipakai dengan dikolaborasi dengan alat musik gamelan tradisional lainnya. Untuk menarik minat serta lebih mempermudah krasi lagu yang ada sesuai tuntutan minat yang menjadi selera penggemarnya.
Seperti penuturan Pemerhati Budaya Lokal yang ada disana Mas Ade, mengatakan " Kita bisa saja membuat atau mengajarkan cara memainkan alat musik ini. Akan tetapi kitajuga harus tanggap bahwa di era sekarang sudah sangat sulit sekali mencari generasi penerusnya.
Memakai alat musik tradisional saja sudah sulit apalagi alat kuno yang sederhana seperti yang ada pada gabengan. Berulang saya mencobapun peminatnya uda jarang dan semakin hilang, maklumlah generasi memang sudah beda kita harus mengerti itu". Ungkap Seniman Pecinta Seni, Sejarah dan Budaya Tradisional dengan Komunitasnya yang mereka namakan Kompi Mandalakawi Pujon -Malang.
Namun demikian, seperti keindahan dan keelokan seni tradisional yang tak pernah lekang akan keunikan-keunikan dari para penciptanya. Maka akan selalu ada dan tumbuh bagaimanapun kemajuan jaman mengikis kepedulian generasi yang seharusnya membanggakan serta melestarikan warisan adiluhung  bangsa dimanapun berada.
Seperti juga halnya Gabengan. Biarpun dengan bentuk penyajian yang beda dan kolaborasi alat musik yang berbeda pula, masih ada pelestarinya. Yang memandegani agar kesenian tradisional tidak punah dan selalu diminati para generasi penerus.Â
Sebut saja Den Bagus, dengan semangat dan motivasinya. Kembali den bagus merangkul muda-mudi serta pecinta seni untuk bersama-sama uri-uri kesenian tradisional lokal. Dengan harapan, kesenian tradisional dengan kemasan yang beda dan bersholawat bersama akan memberkahi, seni budaya menjadi tolak ukur sebuah upaya pelestarian budaya Guyup Rukun, Uri-uri seni tradisional dan Hiburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H