satu, dua, tiga
dan entah sampai berapa lagi
saudaraku yang tertikam
"rumahnya" di obrak-abrik
hanya bisa bungkam
di kerangkeng.
Kini
Dentuman meriam akan kuhadapi
peluru kendali akan ku tembus
meski senjataku tak setajam bambu runcing
biar senjataku dari jaman "primitif"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!