Testimoni Masyarakat Mentawai, Antara Kartu Merah dan Kartu BPJS Kesehatan
Foto pasien yang dirujuk dengan kapal cepat Mentawai-Padang, Mentawai. ( foto Adi Prima)
MENTAWAI. Tinggalkan keluarga, seluruh tim jalani suka-duka demi menjalankan Kantor Layanan Operasional Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pasti terlintas takut bagi setiap orang yang ingin datang atau bekerja ke Mentawai, karena masih membekas dalam ingatan ketika Kepulauan eksotis Mentawai diterjang gempa dan gelombang tsunami pada tahun 2010 yang lalu. Bencana alam ini, seakan terus menjadi pertimbangan dan momok.
Akses Komunikasi juga Terbatas di Mentawai
Kepulauan Mentawai sendiri terdiri dari empat pulau besar, Pagai Utara, Pagai Selatan, Pulau Sipora, dan Pulau Siberut. Mentawai juga dikelilingi oleh ratusan pulau kecil. Dibutuhkan stamina dan mental yang kuat jika bercita-cita atau di tempatkan bekerja di sini, karena Mentawai berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan lautan lepas. Gelombang besar dan badai laut sering terjadi secara mendadak ketika sedang melakukan perjalanan laut. Pastinya dibutuhkan juga operator yang tidak hanya handal mengemudikan boat, termasuk juga memperkirakan cuaca. Uniknya di Mentawai, tidak semua daerah terhubung dengan jalur darat dan memiliki akses untuk berkomunikasi. Beberapa desa di Pantai Barat Mentawai contohnya, untuk berkomunikasi dengan desa lain, masyarakat hanya mengandalkan Radio RIG.
Macam-macam Jenis Transportasi
Bermacam-macam juga jenis moda transportasi yang digunakan untuk mendukung keperluan sehari-hari masyarakat. Mulai dari berjalan kaki naik turun bukit dari dusun ke dusun, mendayung perahu pompong, menggunakan speed boat dan sepeda motor. Khusus di ibukota Tuapeijat, kendaraan roda empat sudah lazim juga digunakan. Tapi, masalah belum selesai bagi yang menggunakan kendaraan, pemilik kedaraan tentunya sangat bergantung akan ketersedian minyak. Di Mentawai sendiri, untuk harga minyak, terbilang cukup mahal jika dibandingkan dengan di Kota Padang. Bensin di bandrol seharga Rp. 10.000,- untuk setiap botol air mineral besar yang di isi setengahnya. Bagi yang mengandalkan speed boat untuk mendukung keperluan sehari-hari, biaya yang dikeluarkan bisa lebih tinggi lagi. Pengalaman selama berkegiatan di salah satu desa dampingan yang berada di pantai barat Siberut, untuk sekali perjalanan dengan speed boat 2 mesin 40 PK, kami harus membawa minyak sebanyak 500 Liter untuk perjalanan pulang pergi dari Tuapeijat – Desa Sagulubbeg, jika dirupiahkan, itu senilai 5 Juta (500 Liter @Rp 10.000) hanya untuk sekali jalan.
Berobat Dengan SikereiMedis Tradisional
Kendatipun untuk soal kesehatan, sebagian sudah ada yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah atau jadi peserta BPJS Kesehatan, biaya yang besar dan jarak tempuh yang dirasa cukup jauh, tidak salah rasanya jika masyarakat yang berada di Pantai Barat Siberut, akhirnya lebih memilih berobat dengan Sikerei atau medis tradisional ketimbang membawa ke Tuapeijat. Dari Desa Simalegi, Sagulubbeg dan Taileleu dibutuhkan lebih kurang 3-6 jam perjalanan laut menggunakan speed boat 2 mesin 40 PK untuk menuju Tuapeijat.