Berburu serta menikmati daging Aggau, bermodal senter dan alat jepitan terbuat dari bambu, menjadi kenangan tersendiri bagi yang pernah berkunjung ke bumi Sikerei Mentawai.
Aggau termasuk kelompok kepiting atau binatang krustasea. Tubuh Aggau dilindungi oleh cangkang yang keras dan dipersenjatai dengan sepasang capit.
Bila mulai berembus angin Selatan, maka tibalah musim Aggau atau musim kepiting di Mentawai. Musim ini terjadi dua kali setahun, namun yang paling menarik sekitar bulan Juli dan Agustus, Stefano Coronese, Budaya Asli Mentawai 1986. Malam hari ketik Bulan terang, merupakan saat yang tepat untuk berburu kepiting endemic Mentawai ini.
Biasanya pada musim Aggau, pasang laut akan naik cukup tinggi. Kepiting dan bermacam-macam kerang akan naik kepermukaan pantai terbawa pasang laut. Hewan laut lain seperti udang, siput dan ikan kecil, biasanya juga ikut terbawa arus. Namun yang paling seru, pastilah berburu Aggau.
Rawa bakau sepanjang Dusun Pukarayat menjadi lokasi perburuaan pada malam Rabu (13/7). Selain di pinggir pantai, Aggau juga membuat sarang disekitar pohon bakau dan pohon kelapa. Buah kelapa dan daun bakau, merupakan makanan Aggau, ucap Derpian, Kepala Dusun Pukarayat yang menemani kami berburu.
Untuk ukuran terbesar, berat Aggau bisa mencapai 4 ons, ucap Irwan Duha, selaku boat operator yang membawa rombongan.
Bagi masyarakat Mentawai, Aggau merupakan salah satu sumber makanan dan protein yang tidak boleh dilewatkan. Cukup direbus dengan sedikit bumbu rempah, Aggau sudah siap untuk disantap. Rasa daging Aggau mirip dengan kepiting. Laut Mentawai yang belum terkontaminasi logam dan limbah pabrik, hewan laut mentawai pasti lebih sehat dan segar untuk dimakan jika dibandingkan dengan tempat lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H