KARYA JURNALISTIK DIBALIK KEGADUHAN INDONESIA DAN DUNIA
Indonesia. Tanggal 4/11 dan 2/12/2016 akan tercatat sebagai sejarah demokrasi bangsa Indonesia. Masyarakat yang mayoritas beragama muslim, berbondong-bondong menuju ibukota Jakarta, mereka datang dari berbagai povinsi, demi satu tujuan, menyuarakan perasan mereka yang terluka oleh ucapan Basuki Cahaya Purnama alias Ahok, seorang pejabat publik, Gubernur Jakarta non aktif kepada Presiden Jokowi. Hal ini dikarenakan pada video yang beredar luas di media sosial, ada pernyataan Ahox yang dianggap melecehkan Agama Islam, pernyataan Ahok ini lalu menjadi pemicu gerakan umat muslim untuk turun kejalan menuntut Ahok harus segara diadili. Muncul pro dan kontra tentang video ini, pernyataan di video berlanjut ke proses hukum. Alot, setelah mengumpulkan ahli-ahli, mendengarkan tuntuan dari pihak pelapor serta mendengar pembelaan terlapor, Kepolisian Republik Indonesia, akhirnya secara resmi menyatakan Basuki cahaya purnama atau Ahox sebagai tersangka penistaan Agama pada (16/11).
Ada sosok kontroversial dibalik video dan ‘kegaduhan’ Negara Indonesia ini. Ini adalah prestasi kesekian kalinya bagi dunia jurnalisme, dunia jurnalisme tetap menakutkan bagi sebagian pihak. Buni Yani nama orang yang mempopulerkan video tersebut, beliau ternyata mantan wartawan Tempo (1996), pernah juga menjadi wartawan untuk Australian Associated Press (AAP) biro Jakarta, Wartawan di Washington DC, Voice of Amerika, dan menyelesaikan S 2 di Ohio University dengan tesis tentang Jurnalisme. Dengan latar belakang yang dimiliki, pastinya Buni Yani paham etika dunia jurnalisme. "Tugas saya sebagai seorang wartawan untuk menyampaikan, bahwa tidak pantas seorang pejabat publik yang digaji dan dibayar pakai uang rakyat menggunakan kata-kata yang sangat sensitife dan menyakiti rakyat, ungkap beliau, secara live dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu oleh Karni Illyas beberapa waktu yang lalu. Aneh, Buni Yani juga diproses secara hukum dan dinyatakan sebagai tersangka tanggal (23/11), jika Ahok secara resmi sudah dinyatakan sebagai tersangka penistaan agama dengan bukti video tersebut, kenapa sosok jurnalis yang menyampaikan kebenaran dianggap melakukan pelanggaran dan melanggar UUD tertentu. Apakah artinya kebebasan pers telah dikebiri oleh kekuasaan dan uang, apakah negara ini bukan lagi negara hukum tapi sudah menjadi negara kekuasaan? Setuju atau tidak setuju, Buni Yani telah menjaga nama baik dunia jurnalisme Indonesia, Buni Yani seharusnya diganjar dengan penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik dan atas keberaniannya, bukan malah dijadikan tersangka. Seorang jurnalis harus tetap berdiri bersama kebenaran. Setiap karya jurnalistik yang membongkar cara-cara kotor, harus diberi reward.
Dunia Sepakbola juga Ricuh Oleh Karya Jurnalistik
Mundur beberapa bulan kebelakang, seorang manager sepakbola terkenal asal Inggris Sam Allardyce dengan muka malu harus meninggalkan jabatannya sebagai Manager tim Sepak bola nasional Inggris, Sam terbukti berbuat curang, Sam terjebak, dan direkam oleh 2 orang Wartawan Daily telegraphyang berhasil menyamar.Dalam video, Sam terbukti menyampaikan cara-cara praktik kotoruntuk mengelabui regulasi FA dan FIFA terkait transfer pemain Sepakbola sebagai pihak ke tiga. Sam dihukum dan dipaksa mengundurkan diri oleh Federasi sepakbola Inggris (FA). FA merilis dalam laman resminya, “ini bukanlah keputusan mudah, tapi prioritas FA adalah menjaga ketertarikan khalayak terhadap pertandingan dan mengutamakan standar tertinggi dalam sepakbola.
Hubungan Negara Dunia juga Memanas Karena Karya Jurnalistik
Karya Jurnalistik lainya yang membuka mata Dunia bahwa pena Jurnalis itu sangat tajam dan berbahaya, retaknya hubungan luar Negeri Amerika dengan beberapa Negara besar seperti German, Brazil dan Inggris yang terjadi pada tahun 2013, seorang mantan Agen National Security America (NSA) Eric Snowden, membocorkan data-data penyadapan percakapan beberapa pejabat tinggi Negara yang dilakukan oleh NSA kepada seorang Jurnalis The Guardian, Gleen greenwald. Komunikasi Eric dan Gleen berawal ketika Gleen yang merupakan kolumnis di The Guardian, menerima pesan surel atau email dari seseorang yang tanpa nama yang mengatakan, “bahwa setiap perbatasan yang kau lalui, pembelian yang kau lakukan, setiap panggilan yang kau buat, setiap menara telpon yang kau lewati, setiap teman yang kau kenal, artikel yang kau tulis, situs yang kau kunjungi, sesuatu yang kau ketik, paket yang kau kirimkan, adalah ada ditangan sebuah system dimana jangkauannya tak terbatas, namun tanpa pengamanan, penipuan padamu oleh system NSA, berarti kau sadar akan ancaman bahwa sikap Polisi rahasia tidak terbatas untuk sebuah Demokrasi, ini adalah sedikit cerita yang bisa kau ceritakan”.
Penyadapan oleh NSA kepada setiap percakapan dan komunikasi warga negaranya, sejatinya bertujuan untuk meningkatkan keamanan Amerika, hal ini dilalukan karena kejadian 9/11 yang menyerang gedung WTC. Penyedia Applikasi seperti Yahoo, Whatsup, Google, Facebook dll di haruskan mengirim seluruh mega data percakapan yang mereka miliki kepada NSA, hal ini terkait mengurangi risiko ancaman Terorisme, namun pada perjalanannya, penyadapan percakapan dan komunikasi ini berkembang menjadi aktifitas memata-matai setiap percakapan yang ada diseluruh Dunia, karena yang menggunakan Applikasi tersebut tidak hanya warga Negara Amerika, tapi hampir seluruh warga Dunia. Setelah data penyadapan ini dirilis oleh Gleen dan Eric, aktifitas penyadapan ini menuai protes dari warga Amerika, warga Amerika yang dikenal menjunjung tinggi hak Azasi dan kebebasan merasa dicurangi oleh Negaranya dalam hal ini NSA, warga Amerika menuntut kejelasan dari kejadian ini kepada NSA. Tidak hanya itu, protes dimana-mana, kedutan besar Amerika yang ada diseluruh Dunia diprotes, pihak Kedubes harus mengklarisifikasi aktifitas penyadapan ini, di Negara German, hubungan luar negeri Amerika sempat retak, Kanselir German Angle Markel meminta kejelasan dari aksi mata-mata ini, Angle markel sendiri ikut menjadi korban dari penyadapan yang dilakukan oleh NSA.
Mantan agent NSA, Snowden dan Jurnalis The Guarduaian, Gleen, memaparkan secara eksklusif setiap bukti-bukti, cara-cara dan list nama orang-orang besar yang telah disadap oleh NSA. Tidak ada lagi yang namanya privasi jika anda sudah terlibat di dunia “Maya”, percakapan dan aktifitas-aktifitas yang kita lakukan semua tersimpan rapi dalam Bank mega data yang dibangun diwilayah Uttah Amerika, semua tinggal menunggu waktu saja untuk di publikasikan kepada khalayak ramai, yang lebih menjijikan mereka juga ikut mendengarkan percakapan pribadi kita dengan pasangan kita. Ungkap Snowden. (lebih lengkap lihat film Dokumenter, Citizen four)
Keberanian Snowden membongkar penyadapan NSA ini, bukan tanpa risiko, keberanian ini memaksa dia harus merelakan kewarga negaraan Amerika, ia lalu mengajukan suaka politik, Snowden disambut dengan tangan terbuka oleh Rusia yang notabene adalah musuh Amerika secara ekonomi dan politik, saat ini Snowden menetap di German. Bagi Jurnalis The Guardian, Gleen Greenwald keberanian untuk mempertaruhkan nyawa dan reputasi demi membongkar kejahatan publik yang dilakukan oleh NSA, berbuah penghargaan Pulitzer tahun 2014 untuk karya Jurnalistik.
Presiden USA Nixxon Tumbang oleh Karya Jurnalistik