Pagi -- pagi lihat story Wa, sebelum melihat hamparan langit dengan biasan mentari pagi. Ternyata pagi ini banyak story dengan tema Ibu Kartini. Ada yang mengenakan kebaya kemudian caption selamat hari Kartini. Ada juga yang storynya foto RA Kartini, dengan caption yang sama selamat hari kartini, ada juga foto kartini pakai masker. Dan aku baru tahu kalau ini tanggal 21 April, memperingati Hari Kartini.
Habis Gelap, Terbitlah Terang (Door Duisternist Tot Licht). Kita semua tentunya tak asing lagi dengan kata -- kata tersebut, iya atau mungkin jargonya atau kata bijaknya di saat memperingati Hari kartini. Terkadang saya juga bertanya -- tanya, kenapa hari kartini identik dengan memakai kebaya ?... emmmmtt,,, iya mungkin karena pakaian itu yang di kenakan oleh Ibu kartini, tapi jangan sampai karena pakaian atau simbol, melupakan hal yang esensial dari seorang Ibu Kartini. Pasti ada hal yang esensial dari sosok Ibu Kartini hingga di jadikan sebagai Hari Nasional. Padahal pahlawan nasional banyak, dan tentunya pahlawan perempuan juga ada. Namun kenapa hanya Ibu Kartini lah yang di jadikan Hari Nasional. Tentunya ada hal yang esensial yang ada pada soso Ibu kartini. Khuq malah sampai sini sih, padakan saya mau nulis soal "Habis Gelap. Terbitlah Terang".
Ada sebagian orang kata -- kata tersebut di jadikan sebagi kata motivasi di saat mengalami gelap atau terpuruk atau sedang jatuh dalam hidupnya. Iya semisal kaya kondisi sekarang, pandemik virus corona atau masa gelap, atau baru remang- remang. Pasti setelah corona akan ada keterangan, atau masa seperti biasanya, bisa kumpul bareng, anak -- anak bisa kesekolah, hajatan pernikahan bisa lagi digelar, iya intinya kembali stabilah. Â Ehh.... Tapi kalau kata -- kata tersebut di balik gini "Habis Terang, terbitlah Gelap".
"Habis Terang, Terbitlah Gelap", lalu kata -- kata ini termasuk kata -- kata apa iya..?, jawabnya kata -- kata perenungan, menurut saya. Pastilah dalam hidup waktu, keadaan, situasi akan silih berganti. Layaknya pagi dan sore, atau sebaliknya. Siang dan malam, atau sebaliknya. Di saat terang, manusia dalam kejayaan, dalam keadaan terindahnya, dalam keadaan kenyamanannya, dalam kekayaannya, dalam ketampanan dan kecantikannya hingga semua itu membuat manusia lupa akan datangnya gelap, atau terbitlah gelap. Layaknya habis siang terbitlah malam. Lalu apakah malam itu buruk atau jelek ?, hadarinya malam dengan kesunyian, bukan untuk menyayat rasa hanya memikirkan luka malam itu sendiri, melainkan sebagai tempat perenungan akan di mana kita dalam kondisi terang atau siang. Agar di saat pagi membentang atau terbitlak terang kembali, manusia akan menjadi lebih baik.
 Di saat pandemik virus corona kataknlah sedang terbit gelap. Apakah yang ada hanyalah rasa takut, was- was, cemas, sibuk melindungi diri dan keluarga ?. Hingga lupa untuk merenungi akan kegelapan atau masa remang -- remang ini. Mencari hikmah, kenapa ini bisa terjadi ? Tuhan sedang mengajari apa ?, sebagai bekal untuk mejalani di saat terbitlah terang. Seperti pepatah "Selalu ada pelangi setelah hujan", tapi khuq setiap habis hujan apalagi di malam hari, khuq saya enggak melihat pelangi iya, hehehe..... adanya pelangi karena adanya pembiasan cahaya, maka kalau ingin mendaptkan pelangi, hikmah atau belajaran disaat hujan, gelap. Maka ciptakan biasan cahaya kedalam hujan, maka gunakan hati dan fikiran untuk merenungi di dalam gelap atau musibah.
Kebanyakan manusia terbuai, tertimang -- timang dalam keterangan, hingga lupa akan terbitlah gelap. menjadikan lupa, hingga sayatan luka dan mencari obor yang hanya dirasa dan dilakukan dalam kegelapan, lupa untuk berhikmah,lupa kepada Pemilik sekaligus penguasa semesta, apalagi seakan Cuma mencari obor dalam kegelapan, dan Tuhan di suruh duduk manis saja di singgah sanaNya, padahal Tuhan tengan menanti tengadah tangan kita demi menyongsong saat terbitlah terang.
Jangan- jangan gelap itu karena ulah manusia, sudah terlalu sering atau rakus dengan mainin senter. Jadinya bateainya mudah lowbet. Hehehe.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H