Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Kolose 3:13
Bulan lalu ada acara company outing di sebuah kantor, yang diikuti hingga puluhan orang dari kantor pusat dan cabang di seputar Jakarta, acara dilangsungkan dengan bantuan Event Organizer profesional agar semarak. Dalam satu kesempatan presenter terpeleset lidah mengolok-olok singkatan nama dari seorang karyawan sehingga yang bersangkutan murka, sehingga tidak mengikuti kegiatan apapun sepanjang hari itu. Karena merasa bertanggung jawab, tim panitia menghubungi supervisornya utk menjelaskan kronologi dan meminta tolong untuk melobi karyawan tersebut yang kebetulan anggota tim supervisor tersebut di kantor agar situasi dapat normal kembali dan yang bersangkutan dapat kembali mengikuti kegiatan kebersamaan itu.
Tergerak rasa peduli supervisor menghampiri rekannya dan mengajak diskusi singkat dalam ruang tertutup. Rekan ini adalah pribadi yang cerdas dan mumpuni, sehingga harus ditemukan cara yang pas untuk menarik perhatiannya dari masalah ini dan mengajaknya berpikir jernih. Supervisor berdoa agar Tuhan mengajarinya berbicara karena kondisinya yang sedang murka ini dan ia merasa logika dan hikmat manusiawi sulit mempan untuknya. Akhirnya disampaikan hikmat tentang pengampunan, bagaimana Tuhan sudah mengampuni kita semua ketika kita masih berdosa. Bahwa mereka berdua sudah diampuni walau seberat apapun dosanya dahulu, sehingga kita bisa memiliki damai sejahteraNya dan tidak hidup dalam ketakutan. Dan kalau ia gagal mengendalikan dirinya, hati, pikiran, dan lidahnya maka ia memberi ruang pada si jahat untuk menganiaya, pertama dirinya sendiri baru kemudian orang lain dan kepahitan akan menaungi hidupnya sehingga susah untuk hidup dalam damai seorang dengan yang lain.
Puji Tuhan hatinya menjadi lunak dan tertib, bahkan yang bersangkutan menghampiri panitia, untuk menyatakan bahwa ia mengampuni presenter tersebut atas perbuatannya, dan sudah tidak ada masalah prinsipil. Â Jika kita belajar peka, ternyata banyak kesempatan diberikan bagi kita untuk bersaksi bagi kemuliaan nama Tuhan, termasuk untuk rekan ini, diri kita sendiri, dan setiap kita. Â Haleluya, terpujilah Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H