Bukan Kamilus Tupen Jumat, kalau tidak memiliki terobosan atau ide "gila" dalam dunia pertanian. Pemenang Penghargaan Kusala Swadaya Tingkat Nasional tahun 2013 ini selalu punya kejutan inovasi yang melahirkan tanda tanya, kekaguman juga penasaran. Bahkan ia harus rela menerima sebutan sebagai petani "gila".
"Lebih baik saya mati, kalau hidup tanpa inovasi," kata -kata ini sering keluar secara gamblang dari mulutnya seorang Kamilus Tupen Jumat saat diajak diskusi.Â
Petani asli dari Kampung Honihama, Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, ini selalu menciptakan gagasan inovatif yang tidak lahir dari teori semata, melainkan keteladanan lewat aksi nyatanya.
Jika mal pada umumnya digunakan sebagai tempat menjual barang makanan kebutuhan pokok, yang identik dengan sebutan barang pertokoan, Kamilus Tupen Jumat, menggagas kebunnya di Bayolewung sebagai Mal Jagung (Sumber foto: Kamilus Tupen Jumat)
Mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia tahun 1980-an ini, menggetarkan publik lewat ide gilanya di awal Februari 2019. Jika mal  pada umumnya digunakan sebagai tempat menjual barang makanan kebutuhan pokok, yang identik dengan sebutan barang pertokoan, Kamilus Tupen Jumat, menggagas kebunnya di Bayolewung sebagai Mal Jagung. Tempat di mana orang datang memilih, memetik jagung , dan membayar sendiri di kasir.
Minggu (3/2/19) sejarah baru tercipta di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Yohanes Kopong Lamatokan, Kepala Desa Tuwagoetobi secara resmi, meluncurkan kebun milik Kamilus Tupen Jumat sebagai mal jagung.Â
Acara yang berlangsung pukul 10.00 WITA ini dihadiri Kepala Desa Tuwagoetobi dan perangkat, warga calon pembeli, juga masyarakat dari beberapa desa yang sekedar datang dan berekreasi di kebunnya Kamilus Tupen Jumat.
Kepala Desa Tuwagoetobi, Yohanes Kopong (Sumber foto: Kamilus Tupen Jumat)
Kepala Desa Tuwagoetobi, Yohanes Kopong Lamatokan mengatakan, Desa Tuwagoetobi juga Desa Riangduli (pemekaran dari Desa Tuwagoetobi) memiliki potensi yang bagus dalam mengembangkan dan menghasilkan pangan jagung untuk wilayah di Pulau Adonara.Â
Ia berharap adanya jalinan kerja sama dalam hal ekonomi dengan fokus pada era digital era disruption. "Zaman semakin modern dan kita tidak boleh ketinggalan. Walau petani di kampung tetapi wawasan dan cita -cita tetap di langit,"ungkap Yohanes.
Usai peluncuran, pembelipun serbu masuk dalam mal jagung kemudian memilih, memetik dan membayar langsung di kasir (Sumber foto: Kamilus Tupen Jumat)
Tidak berlangsung lama, usai peluncuran, pembelipun serbu masuk dalam mal jagung kemudian memilih, memetik dan membayar langsung di kasir. Menurut informasi yang diperoleh penulis via telepon dengan Kamilus Tupen Jumat, hari perdana pelanchingan mal jagung, sedikitnya ada 1800 tongkol terjual dengan harga bervariasi, di mana lebih dominan pada jenis jagung pulut ketan putih manis yang harganya Rp 2.000 per buah.
Hadir sebagai pembeli dihari pertama berasal dari Kelompok Tani di Desa Tuwagoetobi, warga Kecamatan Witihama, Kecamatan Klubagolit, Ibu -ibu Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Lodan Doe, juga warga dari Kecamatan Adonara Timur. Pembeli yang hadir didominasi oleh golongan milenial dengan total pembeli kurang lebih 34 orang.
Latar belakang penjualan jagung secara online sudah dimulai pada tahun 2018 (Sumber foto: Kamilus Tupen Jumat)
Kamilus Tupen Jumat menuturkan, latar belakang penjualan jagung secara online sudah dimulai pada tahun 2018, di mana saat penjualan secara swalayan dibuka, dalam waktu bersamaan ada beberapa kegiatan yang membutuhkan pangan lokal dan mereka minta untuk pengadaan bagi pelanggan, misalnya untuk acara rapat-rapat dan acara-acara lain.Â
Lihat Money Selengkapnya