Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompas adalah Wajah Indonesia

27 Januari 2019   10:10 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:36 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas

Kompas Edisi Jumat, 25 Mei 2018 memuat profil saya pada rubrik Sosok dengan judul Maksimus Masan Kian Menebar Virus Menulis. Informasi ini saya dapatkan dari Fransiskus Pati Herin,  salah seorang Wartawan Kompasdi Ambon Maluku. Ia mengirimkan naskah asli langsung kepada saya melalui WhatsApp. Kabar ini, sangat menggembirakan.

Kebetulan, hari itu adalah hari terakhir saya berada di Jakarta setelah mengikuti Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2018, dan sedang siap menuju ke Bandara Soekarno Hatta dari Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta. Jujur, saya sangat penasaran, ingin melihat langsung fisik MediaKompas yang mengekspos profil saya itu. Sayapun segera meluncur ke bandara, dan target saya yang pertama adalah membeli Kompas Edisi Jumat, 25 Mei 2018.

Tiba di Bandara Soekarno Hatta, di Terminal 1A, mata saya langsung mengarah dari ujung ke ujung memastikan, adakah yang menjualKompas di Bandara. 10 menit berlalu, tanda tanda itu tidak ada. Tidak ada yang menjual Kompas di Bandara? Gumanku dalam hati. Saya kemudian bertanya kepada security. Mereka mengarahkan saya ke Terminal 2. Karena niat yang kuat saya beranikan diri ke Terminal 2 dengan harapan mendapatkan Kompas. Namun hasilnya sama. Tidak ada yang menjual Kompas di bandara. Saya akhirnya kembali ke Terminal 1A dengan dengan penyesalan, hingga tiba waktunya harus naik pesawat Lion menuju ke Kupang melalui Surabaya. Kuatnya harapan dan doa serta restu alam raya, akhirnya saya mendapatkan Kompas dari Sayono salah seorang  penumpang dalam pesawat Lion, tujuan Surabaya. Itupun setelah saya memberanikan diri memintanya.

Hal yang mau saya sampaikan atau usulkan dari pengalaman nyata saya ini adalah, Kompas mesti ditempatkan atau dijual pada titik titik strategis pada ruang publik yang mudah dijangkau. Ruang publik dimaksud, salah satunya di Bandara. Bagi saya,Kompas adalah wajah Indonesia, maka mestinya setiap Warga Negara Indonesia tidak dibuat sulit untuk mendapatkanKompas dan membacanya.

***

Tulisan ini menjadi pengalaman pertama saya, menulis di Koran Kompas. Terbit pada Rubrik Suara Pembaca akhir Mei 2018. Beberapa hari setelah profil saya termuat di Koran Kompas, pada Rubrik Sosok.

MAKSIMUS MASAN KIAN

 Guru SMPN 1 Lewolema Flores Timur, NTT          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun