Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kekuatan Foto Memantik Rindu dan Imajinasi

7 Januari 2019   07:02 Diperbarui: 7 Januari 2019   18:00 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur, dijepret dari Pulau Adonara. Rabu, 2 Januari 2019)

Selain memiliki hobi membaca, menulis, berdiskusi dan berpetualang, salah satu minat yang tidak terlepas dari aktivitas harian kami adalah suka foto. Tetapi bukan fotografer. Hobi ini muncul secara spontan dan mengalir begitu saja.

Lalu belajar fotografi di mana...? Otodidak! Ala bisa karena biasa. Sendiri belajar dan mencoba. Tidak bersandar pada lembaga atau komunitas fotografi manapun. 

Cara mengasah kemampuan untuk foto adalah sesering mungkin melihat hasil jepretan fotografer profesional, selalu mencoba jepret obyek yang baru dan membuka diri, menerima setiap kritik dan saran dari penikmat foto untuk pembelajaran dan perbaikan ke depannya.

Secara kebetulan, di Tahun 2015 kami pernah meraih juara III Lomba Fotografi tingkat Kabupaten Flores Timur yang diselenggarakan Lamaholot Big Family, menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke 70.

Tim Penilainya adalah Komunitas Larantuka Photography (Larpha). Mereka adalah fotografer hebat yang sudah berpengalaman dalam dunia fotografi. Sebut saja, seperti Hexsa Saputra, Simon Nany dan Joddy Felix.

Hobi berpetualang menjadi pendukung yang paling strategis meningkatkan kemampuan fotografi. Banyak foto yang dihasilkan berkat petualangan ke hampir semua wilayah Kabupaten Flores Timur.

Dominasi foto yang dihasilkan adalah foto tentang alam, obyek wisata, seremoni budaya, humaniora, dan foto kegiatan petualang itu sendiri. Foto petualangan, misalnya kegiatan tour literasi  yang diselenggarakan Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flores Timur.

Ruang menguji kualitas dan tingkat menarik atau tidaknya foto yang kami jepret adalah di media sosial, kadang disertakan dalam lomba jika ada. Mengapa di Medsos? Pilihan menggunakan media tersebut adalah untuk mengimbangi banyaknya berita hoax yang berkembang dan selalu diperdebatkan di media sosial. 

Paling kurang konsentrasi mereka (orang yang hobi berdebat) ialah "diganggu" dan dilenturkan urat sarafnya. Biar tidak berdebat meluluh. Toh, jika ditilik, perdebatan itu tidak ada kesimpulannya juga. Banyak ngawurnya. Ujung dan pangkal perdebatan, tidak ada. Di arena ini, kita suguhkan foto pemandangan alam yang indah untuk mencairkan suasana ketegangan perdebatan.

Selain itu juga, dengan publikasi di Medsos, kita akan belajar memperbaiki karya foto yang dihasilkan lewat kritik, saran dan apresiasi pengguna media sosial.

(Wajah Kota Larantuka, tepatnya di Pelabuhan Larantuka yang dipotret dari tengah laut)
(Wajah Kota Larantuka, tepatnya di Pelabuhan Larantuka yang dipotret dari tengah laut)
Hal menarik dan berkesan bagi kami adalah, foto yang publikasikan di media sosial memantik rasa rindu anak-anak daerah yang saat ini sedang ada di tanah perantauan. Muncul beragam tulisan komentar melihat foto yang dipublikasikan di medsos, "Wow indah sekali. Rindu akan kampung halaman". 

"Ingin kembali ke sana, kapan ya? Salam untuk semua di Lewotana", komentar Lukas Wato salah seorang guru asal Flores Timur yang saat ini bertugas di Surabaya setelah melihat postingan wajah Kota Larantuka dijepret dari tengah laut dengan obyek Pelabuhan Larantuka, berlatarkan Gunung Ile Mandiri.

"Sungguh postingan ini menambah kerinduan akan kota kecil yang terletak di ujung timur pulau Flores, NTT. Semoga bisa bersua di momen Semana Santa tahun ini, sambil seruput kopi asli dengan aroma khas sekedar bernostalgia di Gubuk Merdeka dan sharing tentang perkembangan Lewotana. 

"Secara pribadi saya salut akan semua karya dan aksi yang dengan tulus memulai segala sesuatu demi kemajuan kader sumber daya manusia. Pahlawan tanpa tanda jasa, namun jasamu tetap dikenang oleh setiap orang yang ama jumpai. Salam Gelekat," tulis Ambros Boli, Wartawan TVONE yang bertugas di Pulau Dewata Bali setelah melihat postingan foto Kota Larantuka yang dijepret dari Pulau Adonara, dengan bentangan laut biru di tengahnya, membelah Pulau Flores dan Adonara.

Selain memantik kerinduan, muncul juga imajinasi membangun setelah melihat foto. Adalah Frano Tukan, orang muda Flores Timur, ketika melihat foto Kota Larantuka yang dijepret dari Pulau Adonara, menulis komentarnya, "Kita melirik Labuan Bajo, mereka sangat memanfaatkan lahan di tepian bukit. Mereka menjadikan kotanya sungguh seperti Kota Pesisir. Kota Menata ke depan akan memperhatikan hal ini".

Foto memiliki nilai seni yang dapat memantik orang untuk berimajinasi dan menghasilkan gagasan-gagasan inovatif untuk perubahan. Urusan promosi obyek wisata misalnya, tidak terlepas dari kekuatan foto. 

Jika fotografer dan komunitas fotografer daerah diberdayakan secara efektif, sudah pasti mereka mampu berkontribusi lebih dalam pembangunan di daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun