Mohon tunggu...
Mochamad Makruf
Mochamad Makruf Mohon Tunggu... Editor - Freelance writer. Writing is my life since 1997 and published 5 books. One of them, Ekspedisi Buku Barisan 2011 cooperation with Komando Pasukan Khusus (Indonesia Special Forces of ARMY). Contact me: makrufmochamad2@gmail.com. Online news www.penaprestasi.com.

Freelance writer. Writing is my life since 1997 and published 5 books. One of them, Ekspedisi Buku Barisan 2011 cooperation with Komando Pasukan Khusus (Indonesia Special Forces of ARMY). Contact me: makrufmochamad2@gmail.com. Online news www.penaprestasi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

WARTAWAN BODREX VS WARTAWAN ASLI

17 September 2014   22:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24 3998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wartawan bodrex adalah wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala. Padahal bodrex sebenarnya adalah obat meredakan sakit kepala. Wartawan ini biasanya berkelompok minimal lima sampai 200 orang mendatangi acara atau event-event ceremonial pelantikan pejabat baru baik pemda,militer atau kepolisian.

Tujuannya hanya satu memburu amplop uang. Bila tidak dikasih, mereka tidak akan meninggalkan lokasi acara. Mereka cenderung memburu siapa Uumas atau penyelenggara acara. Bikin pusing kan. Untuk membubarkan kelompok wartawan gadungan ini mau tidak mau, Humas atau penyelenggara tentu akan mengeluarkan amplop berisi uang. Saran saya, kasih saja 10 ribu per amplop. Tapi di antara mereka ada yang kurang ajar, membuka amplop dan tidak terima dan minta lebih. Tidak beretika bukan.

Memang wartawan ini bisa dikatakan tidak beretika. Tingkah lakunya cenderung preman amatiran, memalak. Penyebutan wartawan pada mereka tentu tidak tepat dan ini mencoreng wartawan asli.

Wartawan jenis ini sebut saja wartawan gadungan. Itu karena sebagian besar mereka tidak memiliki media cetak resmi skala regional maupun nasional. Tak memungkiri sebagian kecil mereka menerbitkan media cetaknya sendiri. Itu pun oplahnya pun sangat terbatas karena hanya untuk arsip dirinya dan pejabat target buruannya. Pejabat yang ditarget biasanya dituding melakukan korupsi, selingkuh atau perbuatan kriminal lainnya. Bila pejabat tidak melakukan perbuatan melanggar hukum tersebut mengapa harus takut terhadap wartawan bondrex. Lawan saja, bila diancam ditulis, ya..tulis saja. Toh siapa yang akan membaca medianya yang namanya tidak umum dan tidak dikenal di masyarakat. Biasanya medianya berasal dari Jakarta.

Parahnya lagi terkadang di belakang wartawan ini ada penegak hukum bodrex. Penegak hukum ini memanfaatkan info dari wartawan bodrex untuk melakukan aksi bodrex terhadap pejabat bersangkutan. Klop sudah. Tapi hanya beberapa wartawan bodrex yang memiliki link bagus dengan para penegak hukum yang bersikap bodrex.

Sasaran wartawan bodrex untuk dipalak, biasanya pejabat di lingkungan pemda, mulai Kasi, Kabid sampai Kepala Dinas. Mereka juga mendatangi para lurah atau kepala desa dan para kepala sekolah. Mereka menjalankan aksinya..minta konfirmasi berita ini dan itu sampai amplop keluar.

Ciri-ciri wartawan bodrex, suka mengumbar atau men-expse atau menonjolkan indentitas dirinya bahwa dirinya seorang PERS atau WARTAWAN. Kata PERS dan WARTAWAN ini biasanya dimuncul di rompi atau jaket atau pakaiannya. Mereka terkesan bangga mengenakannya. Mereka juga menempel sticker PERS di mobilnya. Sebagian besar wartawan jenis ini memang lebih kaya dibanding wartawan asli. Ironis bukan. Kok bisa? Anda tentu sudah tahu jawabannya sendiri. Mobil itu biasa dipakainya untuk menjelajah dalam mencari buruannya di pelosok-pelosok negeri. Untuk urusan mobil, mereka terkadang berani sewa di rental. Hitungan memakai mobil rental 300 ribu per hari. Tentu biaya sewa ini kecil, dibanding mereka sekali gasak pejabat bisa memperoleh 5 sampai 10 juta per hari.

Mereka ada yang tua dan muda dan cara berpakaian cenderung tidak rapi. Bila tetangga Anda mengaku seorang wartawan dan suka menonjolkan diri sebagai wartawan, tanya saja medianya apa? Bila medianya tidak dikenal masyarakat--maka dia terindikasi wartawan bondrex dan tanya lulusan sekolah mana. Bila dia lulusan SMA sederajat tentu dia terindikasi bodrex. Gampang kan.

Bagaimana wartawan asli. Pertama, standar kelulusan wartawan asli saat ini adalah SI atau Sarjana. Coba lihat lowongan reporter di beberapa media cetak atau koran ternama, Jawa Pos, Radar Surabaya, Surya dan lainnya tentu persyararan mutlak harus S1. Mengapa harus sarjana? Wartawan dengan tulisannya memiliki tugas pokok atau idealisme mencerdaskan masyarakat pembaca medianya. Bila wartawannya goblok masyarakatnya pembaca medianya akan bertambah goblok.

Wartawan asli tidak suka menonjolkan identitasnya sebagai wartawan. Mereka cenderung low profile dan flamboyan dan menutupi identitasnya sebagai wartawan. Tujuannya hanya satu, mereka supaya cepat mengakses sumber berita di masyarakat. Mereka cenderung bersikap bak seorang intel menelusup dan memperoleh berita. Tujuan utama wartawan asli adalah berita exclusive. Karena mereka dituntut satu hari harus memperoleh 4-5 berita. Bila tidak, mereka bisa dimarahi habis-habisan oleh redakturnya apalagi sampai kebobolan berita. Life for news not life for envelope. Tak memungkiri juga ada wartawan asli bermental wartawan bodrex. Tapi bila itu ketahuan oleh perusahaan pers-nya, mereka akan dipecat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun