Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu di Tepi Peraduan

20 April 2023   02:36 Diperbarui: 20 April 2023   02:50 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu di Tepi Peraduan
Makripuddiin, S. Pd.
Lombok Barat. Rabu, 19 April 2023

Pertemuan terlalu singkat terasa
Hanya sekelebat angin berlalu
Hasrat menggebu tertahan dalam sukma
Menukik, menghantam rapuhnya jiwa


Bergemuruh, menggelegar menggoncang dada
Terasa sesak terhimpit nestapa
Malam terasa seperti siksa. Siangpun terasa sama


Seakan tak terima derita cinta
Meremas jari, bertopang lutut
Menatap tajam ke setiap sudut
Mencurah rasa, berbisik kata
Seakan menolak nasib mendera
Bertanya sendiri pada siapa
Di tepi peraduan bunga layu kekeringan


Kadang gila diri terasa
Bertanya lantur pada siapa
Berucap puas, melihatku tersiksa?
Kapan derita mendera ini sirna?
Dapatkan kau mengobati rindu yang di rasa?
Tidakkah kau tahu, setiap detik nafas yang ku hembuskan sebagai saksi


Dalam lafas ku gemakan doa terampuh
Dan berharap cepat kembali
Jika dia datang nanti, maukah kau sampaikan kepanya?
Betapa setiap detik rindu tak bisa tepis
Hanya meratapi diri di tepi peraduan
Karena bunga tak kunjung disiran
Gila! Ya. Mungkin terasa gila.
Tapi, apa itu salah?


Merindukan belahan jiwa melanglang buana
Singgah disetiap sudut gemerlapnya dunia
Penggoda nafsu sekuat baja
Rasa takut pasti ada
Ketika lentera terlupa sirna
Berpaling arah menuju surya
Yang bersinar terang menelan gelap.


Janji setia berharap terjaga
Dengan rasa yang dibangun cinta
Sudah cukup menjadi imun penjaga
Jika lupa, ingat kembali
Bahwa ada rasa yang selalu terjaga
Menanti setia dibalut nestapa
Jangan biarkan aku merana
Tak puas sukma menyiksa diri
Meringkuk lunglai di tepi peraduan


Nyayian lirih terdengar sumbang
Hanya sebagai pengalih hati
Walau ku tahu itu tak kan mampu
Tetap usaha setengah mati.
Buah cinta terjaga jua
Tersimpan rapi diberi saji
Menjadi ceria mengajak berlari
Meninggalkan mirisnya hati
Walau terkadang hanyalah ilusi


Keterpuraan menyiksa diri
Senyum kesakitan terlihat asli
Tertahan rindu setengah mati
Andai saja jarak terpaut
Takkan sendiri hati menintih
Takkan terasa dinginnya sepi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun