Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Berharap Dia adalah Ayahku (Bagian Terakhir)

6 Desember 2022   12:50 Diperbarui: 6 Desember 2022   19:48 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yah, boleh saya coba?" pintaku.

"Eit, ini tidak mudah lo" kata beliau sambil menggerakkan jari telunjuknya ke arah kiri dan kanan yang di arahkan ke saya. sebagai tanda penolakan. Tapi karena saya bersikeras untuk mencoba, akhirnya beliau meminta saya saya untuk memperhatikan setiap gerakan dan langkah yang harus saya lakukan. Dengan penjelasan yang begitu panjang. Dan saya merasa teorinya sudah cukup dan sudah siap untuk prakteknya.

"Ok. Sekarang giliran saya yah" mengambil posisi untuk menggantikan beliau.

"Beneran nih, kamu sudah siap?" beliau bertanya untuk menyakinkan saya.

"Siap Ayah" dengan berbekal teori dan kenekatan akhirnya saya memberanikan diri untuk mencobanya.

Sungguh diluar dugaan saya, benar kata ayah tidak semudah yang dibayangkan, membajak sawah dengan kerbau menurut saya sangat sulit. dibutuhkan keterampilan dan koneksi dengan kerbau itu sendiri maksudnya kita juga harus memahami perilaku dari kerbaunya, Kerbaunya susah dikendalikan,

Melihat saya yang tidak mampu mengendalikan kerbaunya, ayah dengan memberi intruksi.

"Tarik tali kiri, kalau mau belok kiri" teriak ayah,

sekuat apapun saya menarik kendali, kerbaunya tak mau berbelok. Dan terus maju lurus isebentar lagi menghantam pematang sawah. Dengan sigap ayah berlari dan membantu saya mengangkat baja yang berfungsi untuk menggeruk tanah. Jika ayah terlambat sedikit saja, maka bajanya akan menancap ke pematang sawah dan membuatnya menjadi patah.

Disini saya merasa bersalah sekali.

"Maaf yah, ternyata saya tidak membantu, malah membuat kacau". Sambil saya baringkan badan di atas tanah yang baru dibajak dengan napas terengah-engah. Setelah bergulat dengan situasi yang hampir saja membuat ayah tidak bisa lagi bekerja, karena alat pembajak sawahnya akan rusak, jika ayah datang terlambat untuk membantu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun