Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Para Pecinta

3 Desember 2022   00:26 Diperbarui: 3 Desember 2022   00:37 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

malam yang buta

hanya suara seranga dan lolongan serigala terdengar nyaring bak nyanyian simponi

menemani seorang petualang abadi

suaranya terdengar liar

mengiringi ritme detak nada hati yang gundah gulana

seolah ikut meratap dan merasakannya

disaat sang perindu berharap mencinta

namun tiada menemukan jalan, karena gelap begitu pekat

dan ketakutan akan kehampaan menyelimuti sukma

maka air matapun tumpah laksana hujan

hati yang berkecamuk bak badai di tengah samudera

 dan akhirnya sang pencita kini lunglai lemas meratap diri

dunianya telah hancur bersama gelapnya malam

kini dia hanya mampu diam dan menerawang seberkas sinar pengharap

dan tak kuasa lagi menahan derita

wahai para pecinta

adakah yang bisa memberi arah kepastian?

memberi penerang di tengah gelapnya malam

berbagi rasa seteguk madu cinta

agar dia bisa merasakan rasanya manis

jangan biarkan dia sendiri merasakan pahit

karena dia sudah tak kuat lagi

jika hidupnya hanya untuk gelap

rasanya dia takkan mampu melanjutkan perjalanan panjangnya

tapi jika ada kesempatan untuknya melihat cahaya,

maka tunjukakanlah, 

agar dia tahu 

bahwa dunia ini begitu indah untuk didustai

seperti mentari yang selalu tersenyum di pagi hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun