Mohon tunggu...
Tri Makno
Tri Makno Mohon Tunggu... profesional -

laki-laki yang mencoba tidak ingkar janji

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sujiwo Tedjo, Sastra Jendra Ayo Kita Debat

23 Januari 2014   12:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sujiwo Tedjo, saya mengetahui karyanya secar tidak sengaja lewat lagu Orang Asyik pada album pertama. Dengarkan syairnya, Wong bejo nora kayo awak dewe.... syair optimisme dengan nada yang dinamis. Memainkan albumnya pun membawa nuansa musik baru yang lain, yang bebas dan terasa lebih dekat, mungkin karena sering mendengarkan suara gending jawa. Musik yang tidak lazim yang saya dengar juga dari lingkungan seni STSI Surakarta. Dari albun pertama saya menunggu album kedua. langsng on... berulang-ulang mendengarnya dna tidak bosan-osan juga. Album ketiga saya kejar langusung ke Jakarta, mengejar langsung ke studia EKI dance Company. Dari sinilah hubungan pencipat dan penikmat terputus karena kesibukan pekerjaan. Terhubung kembali sekitaran setengan tahun ini lewat twitter, dan alamak..... sombong nian dia di twitter.

Sebagai penikmat SUJIWO TEDJO angkatan awal saya sangat menikmati tayangan mata najwa edisi pertama tahun ini. Beliau di tempeleng habis oleh Jaya Suprana. dengan tepat pak Jaya mengagumi Rahwana, idola Sujiiwo, dengan ceritanya di Sri Lanka, namun dengan telak juga dia menempeleng dengan hukuman rahwana yang tidak bisa mati. Kesakitan luar biasa tidak bisa mati namun juga tidak bisa berbuat apa-apa karena ditindih gunung. Kejengkelan saya seperti terlampiaskan.

Yang lebih mendasar lagi dengan penokohan RAHWANA yang beliau idolakan. Beliau mengidolakan Rahawana sebagai pencinta sejati, yang bisa dengan sabar menunggu cinta sintha, dalam menunggu itulah rahwana membangun alengka. Dalam teori pembangunan saat ini wayang menjadi aneh. Kurawa yang digambarkan sebagai sisi kejahatan, nyatanya memiliki angkatan perang yang jauh lebih besar dari Pandawa. dengan teori pembagunan saat ini, Kurawa nyata memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik, bisa bayangkan logistik mereka, kapasitas mobilisasi tentara  dan lain-lainya yang tentunya mendapat dukungan rakyat. Dalam wayang kebenaran bukan milik jamaah (yang banayak).

Pengidolaan Rahwana ini juga bertentangan dengan pendapat saya secara langsung. Inilah tentang sastro jendro hayunigrat pangruating diyu.

Pada sebuah tulisan di menyingkat rahasia sasta jendro hayuningrat sebagai tingkat tertinggi ilmu jawa. Tulisan ini ramai mendapat kunjungan namun komentar yang keluar berupa kekecewaan karena rahasia itu normatif belaka. Karena memang rahasia kehidupan ini sesungguhnya tidak rahasia. Govinda bisa menikmati aliran sungai dan menemukan rahasia kehidupan. Siapapun bisa menemukan rahasia kehidupan dimanapun dengan apapun. Hanya satu yang diperlukan untuk itu yaitu LAKU.

Maka Dewi Sukesi sungguh celaka. Dia yang menginginkan rahasia kehidupan tanpa LAKU adalah awal kehancuran dunia. Resi Wisrawa bisa memahami dengan tepat karena dia yang melakukan LAKU. Rahwana adalah hasil keinginan mendapat kebaikan dengan proses instan. Benar yang tida benar.

kebenaran tanpa laku inilah menjadi awal penyelewengan ajaran islam menjadi sosok teroris. Ilmu tanpa bersinggungan dengan tanah, dengan debu, ihtiar menjadi suci sendiri dan menafikan yang lain. ilmu yang didapt dari buku bukan dari jalan, dari perenungan dari iktikaf. Ilmu yang memenuhi akal kurang nalar.

maka gita wiryawan sangat saya ragukan kapasitasnya. Komentarnya mengenai gula revinasi yang menafikan ada di pasaran umum menohok hati. pak gita coba kesini di rumah saya ada gula revisnasi.

demikian juga saya meragukan kapasitas STPDN atau SMU Taruna Nusantara atua home schooling, mereka yang mengabil jarak dengan laku sangat mingkin bisa bias mengambil keputusan.

gara-gara hujan, ngalor-ngidul ngak karuan. mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. tulisan ini tidak saya edit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun