Oleh: Ahmad Zul Taufik (mahasiswa prodi ekonomi syariah iain palopo)
Kakao telah menjadi sumber komoditi utama pendapatan masyarakat di kecamatan Sabbang, Kab. Luwu Utara. Pada saat musim besar seperti saat ini, petani dapat memanen coklatnya hingga dua kali dalam sepekan. Masyarakat dapat menjual hasil panennya setelah dijemur atau yang paling banyak saat ini juga dapat ditimbang basah dimana kondisinya coklat telah dibersihkan langsung dujual kepada pengepul tanpa proses penjemuran karena dianggap cepat dan lebih untung karena meskipun harga per Kg coklat kering lebih mahal, tetapi memlaui proses yang cukup lama dan memakan waktu karena cuaca yang kadang tidak menentu untuk menjemur coklat, belum lagiakan mengempis setelah kering.
Namun, berdasarkan hasil Survei dua tahun belakangan dilansir dari Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan, pendapatan petani mengalami penurunan dan berada dibawah upah rata-rata minimum regional karena beberapa hal, yang mengakibatkan beberapa diantaranya memilih beralih komoditi seperti Nilam dan kelapa sawit.
Hal tentunya perlu mendapat perhatian penting mengapa terjadi penurunan hasil panen dan penurunan pendapatan petani kakao. Berangkat dari permasalahan tersebut, perlu di dukung secara teknis dan regulasi dan di adakan peninjauan ulang terhadap beberapa petani yang belum tergabung dalam kelompok tani untuk mendapatkan pembunaan, dan program peremajaan kakao yang dilanjutkan dengan penanggulangan hama dan penyakit kakao agar dapat meningkatkan semanagat petani kakao dan meningkatkan kualitas kakao di Luwu Utara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI