setelah lama mati suri puisi, akhirnya malam ini rindu membangunkan dan mengantarku menyampaikan pesan ini.
Kepada: Ja
biar ilalang hujan basah oleh gigilnya sendiri, Ja
setelah itu kau boleh memberinya handuk pilu
agar saat angin menghalimbubu tubuhnya semakin ngilu
dan tulang belulang tersusun menjadi aku
lalu jangan sesekali coba memelukku!
seperti yang kau tahu
tubuhku tak seutuh rindu yang pernah kukirim padamu
pergelangan nyawa sudah renta
airmata juga buta
malah nyebur kau nanti di goa luka
dan nyumbul di pinggir pusara
lihat! ada namaku disana, Ja
tepat di nisannya cinta
apa kau yang membunuhku?
tidak, sepertinya!
sini, kubisikkan penyebabnya:
ketika hujan turun panah di kepalaku
aku lupa pada siapa menjatuhkan cinta
akibatnya, menancap basah kekecewaan di sekujur dada
dan nyawa?
entah minggat kemana
begitulah, Ja
jadi kau tak perlu meronta
dan membuangbuang doa
ya?
pekandendam, awal 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H