katakanlah
bahwa surat yang kukirimkan
telah kau terima
kuselipkan juga di dalamnya
beberapa tetes airmata
berserta doa-doa rindu yang semakin tabu
di sini, sejujurnya kuungkapkan
cinta masih sekuat iman kepada tuhan
meski kadang bergeser sedikit
ia tetap akan kembali dalam kepercayaan
sayang, kutulis surat ini di sebuah cafe
tempat kita pernah saling mengisi usia
dengan segelas kopi, mimpi-mimpi dan rasa kecewa
kini, cafe ini begitu sepi
tak ada canda cinta di antara seruput hangat
perbincangan yang tak pernah usai
kopi semakin hitam saja seperti kenangan
yang menolak untuk dilupakan
aromanya, tetap saja sampai kepada lamunan
kepada kau, sayang
mohon sampaikan juga salamku
kepada anak-anakmu yang manis itu
dan kepada lelakimu yang bijaksana
aku memohon luka
Pekanbaru, 22 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H