Mohon tunggu...
Makhyan Jibril
Makhyan Jibril Mohon Tunggu... profesional -

Medical Doctor, Passionate Researcher and Writer, Enjoy dicussion and Brainstroming, Toward Future Leader, See you at the top :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dari Budaya Sampai Genetika di Krakow, Polandia

5 November 2012   14:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


pelanggan, yang ada pelanggannya yang berebutan ingin mendapatkan komoditas yang sangat terbatas.

Jadi begitulah. Kalau kamu punya teman orang Polandia dan dia baik banget, jangan pikir semua orang Polandia juga ramah seperti temanmu itu. Begitu juga kalau kamu datang ke Polandia dan ngelihat orang-orang Polandia kok pada serius dan kaku banget, gambaran itu akan berubah kalau mereka sudah jadi teman baik kamu.

3. Ternyata banyak juga yang tidak pede berbahasa Inggris

Sebelum datang ke Polandia, saya dengan lugunya berpikir kalau akan banyak orang Polandia yang bisa berbahasa Inggris. Bukankah Polandia sudah masuk Uni Eropa, bukankah Polandia termasuk negara Eropa yang cukup maju perekonomiannya? Ah, ternyata dalam hal satu ini, Polandia tidak beda jauh dengan Indonesia. Maksud saya, if you work in business, of course you’ll meet many Polish  colleagues who speaks English – just like most businessmen in Jakarta are able to speaks English. Tetapi kalau di tempat-tempat biasa: di pasar, kantor pos, apotek, dan di berbagai toko, susah benar mencari yang bisa bahasa Inggris. Bahkan resepsionis dan dokter di rumah sakit juga sering tidak bisa berbahasa Inggris.

Kemiripan lain: di tempat-tempat yang biasa seperti ini (maksud saya, bukan di RS atau Bank internasional yang punya banyak expatriates sebagai pelanggan mereka), kalau ada yang bisa berbahasa Inggris, seringnya tidak pede dengan bahasa Inggris mereka. Jadi mereka berbicara bahasa Inggris dengan kosa kata yang sederhana, diselingi dengan bahasa lokal bahkan bahasa isyarat, dan meminta kita bicara bahasa Inggris tidak terlalu cepat. Mirip kan dengan situasi di Indonesia?

4.  Selamat bertemu Babka, nenek penyayang yang super cerewet

Saya tidak tahu persis data statistiknya, tetapi Polandia jelas-jelas mempunyai komposisi demografi yang berbeda dengan Indonesia. Indonesia, seperti yang kita ketahui, punya piramida penduduk berbentuk segitiga: anak-anak dan remaja jauh lebih banyak daripada lansia. Well, di Polandia, cukup dengan melihat lingkungan sekitar, kita bisa menebak jumlah orang tua seimbang atau bahkan lebih banyak daripada anak mudanya.

Yang seru adalah nini-nini Polandia ini, dalam bahasa Polandianya disebut babcia atau babka. Para babka ini senang sekali dengan anak-anak kecil, saya sering lihat kalau mereka ajak ngobrol anak kecil (anak kecilnya sedang lewat atau duduk di sebelah mereka), memuji, bahkan kasih mereka permen. Tetapi kalau sama anak-anak muda di bus, wah.. galak, bo! Beberapa kali saya lihat mereka dengan teganya memarahi anak muda yang tidak mau memberi tempat duduk untuk mereka atau untuk anak kecil di bus. Kita nggak perlu ngerti bahasa Polandia deh untuk tahu si nenek itu sedang ngomel-ngomel. Jadi untuk yang masih muda, terutama laki-laki, mendingan langsung berdiri deh dan kasih tempat dudukmu kalau lihat ada babka yang masuk bus.

Nini-nini ini juga banyak yang berprofesi jadi pedagang kaki lima, biasanya berjualan bunga atau pakaian. Saya sering lihat mereka di area pasar rakyat. Kalau memang ingin beli jualan mereka, sebaiknya beli saja jangan pakai tawar-tawar. Selain kasihan, sangat mungkin kamu akan diocehin panjang lebar sama mereka kalau coba menawar. Ocehannya bukan marah-marah lho, tapi menjelaskan panjang lebar kenapa mereka kasih harga sebesar itu dan kaitannya dengan perjuangan kehidupan mereka, yang ujung-ujungnya membuat kamu merasa bersalah karena berani minta pengurangan harga kepada orang tua yang sudah sulit hidupnya

5. Birokrasinya ternyata 11-12 dengan Indonesia

Yang satu ini emang bikin geleng-geleng kepala. Dalam hal pelayanan jasa, ternyata Polandia juga hobi berbirokrasi alias tidak efisien waktu dan tenaga. Yang namanya mengurus surat-surat di kantor pemerintahan mereka ternyata memakan waktu lama. Yang namanya membuka rekening bank, apalagi untuk orang asing, ternyata banyak banget persyaratannya.

Yang paling menakjubkan, urusan reparasi rumah ternyata luaama banget pengerjaannya. Urutannya bisa seperti ini: kedatangan pertama, tukangnya datang ke rumah cuma untuk observasi dan mungkin juga ukur-ukur sedikit. Kedatangan kedua, mulai bongkar-bongkar sepetak kecil. Kedatangan ketiga, bongkar-bongkar bidang lainnya. Kedatangan keempat, baru memulai dengan material baru. Kedatangan kelima, proses finishing. Dan akhirnya baru benar-benar selesai pada kedatangan keenam. Dan itu hanya

untuk pekerjaan yang ukurannya hanya sebidang tembok. Tukangnya juga umumnya hanya mau bekerja sesuai work order hari itu. Jadi kalau hari itu pesanan tugasnya hanya memperbaiki lantai kamar mandi ya mereka tidak mau diminta mengecek keran juga, misalnya. Beda banget dengan di Indonesia.

Kalau inefisiensi biaya, paling terasa di urusan membeli mebel atau furniture. Perasaan di Indonesia, kalau kita beli furnitur itu sudah termasuk biaya rakit/biaya pasang dan tambah sedikit biaya untuk ongkos kirim. Di sini jatuhnya jadi costly banget: ongkos kirimnya lumayan mahal dan masih tambah biaya rakit lagi yang nilainya juga signifikan. Lho? Padahal di sini umumnya furnitur (lemari, meja, tempat tidur, dll) dijual dalam bentuk masih lembaran-lembaran papannya saja, jadi masih harus dirakit lagi sesampainya di tempat tujuan. Pantesan di sini jadi banyak yang terpaksa pintar merakit mebel

Ya itulah sedikit gambaran tentang sifat-sifat orang Polandia dari pengalaman saya. Kalau ada pengalaman yang berbeda, silakan di-sharing ya. Intinya sih, di manapun kita berada, ya mau nggak mau kita harus berusaha beradaptasi dan memahami kondisi lokal. Jadi catatan ini sama sekali tidak bermaksud menjelek-jelekkan orang Polandia lho, tapi hanya sekedar gambaran dari apa yang saya temui selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun