Mohon tunggu...
Makhsun Bustomy
Makhsun Bustomy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Social Worker yang bekerja di Setting Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perempuan: Imam Pengelolaan Lingkungan

18 September 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apapun jenis pekerjaan di dunia ini, tiada yang paling berat sekaligus mulia selain “pekerjaan“ seorang perempuan yang mengandung dan melahirkan. Perempuan memang sosok yang memelihara kehidupan. Sejak menjaga kandungan kemudian berjuang melahirkan kehidupan baru bagi bayi yang dikandung sembari mempertahankan hidupnya sendiri dari resiko kematian. Selanjutnya merelakan hari-harinya habis untuk kepentingan tumbuhkembang anak dan survival keluarga.

Perempuan secara langsung selalu memelihara agar kehidupan keluarga ini dapat berlangsung terus. Perempuan demikian identik dengan tugas menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupan. Justru lelakilah yang lebih bergantung kepada perempuan. Tak heran, tokoh perempuan Riffaat Hassan menolak opini bahwa laki-laki yang bertanggung jawab untuk mengurus perempuan. Ia menyatakan bahwa realitas memperlihatkan bahwa perempuanlah yang terbukti mampu mengurus (lelaki) sebagai kebenaran universal.

Kerja perempuan memang lebih tersosialisikan dalam ruang domestik justru telah membuatnya relatif lebih peka, arif dan bijak dalam pengelolaan lingkungan. Dengan peran lokal, perempuan telah berpikir dan bertindak untuk kepentingan global. Peran yang lazim sebagai manager keuangan rumah tangga membiasakan perempuan untuk bersiasat hemat dan teliti dalam kalkulasi. Perempuan juga lebih bijak dalam pemanfaatan sebuah produk, sementara kaum lelaki dengan argumentasi kepraktisan seringkali berpikir lebih instan. Contoh kecil, saya kira hanya perempuan yang telaten menyimpan kantong plastik atau karet gelang demi tidak membeli lagi pada saat membutuhkan. Selain alasan ekonomis dalam kerangka survival rumah tangga, budaya tersebut telah mengerem laju penumpukaan limbah secara lebih drastis. Di tempat kerja saya, rekan perempuanlah yang kreatif mendaur ulang kertas tak terpakai akibat salah ketik atau salah cetak dengan menjadikannya amplop atau wadah makanan kecil.

Identitas perempuan yang dimitoskan sebagai alam, bumi, atau tanah adalah pralambang kepedulian perempuan pada keberlangsungan kehidupan. Saya kira mereka mempunyai level solidarity of life yang lebih tinggi. Yakni, kesetiakwananan hidup yang menurut Ernest Cassirer mendukung konfigurasi yang manunggal dengan alam. Memaknai perempuan sebagai tanah dengan interpretasi perempuan adalah rentan dan lemah (bhs Jawa = tanah) dan adalah gambaran keserakahan dan dominasi manusia terhadap alam dan terhadap manusia lain. Jangan lupa, kerakusan itu ketika menjelma konsumtivisme dapat membunuh jati diri manusia. Sehingga perkembangan perempuan tradisional yang dicitrakan sederhana kemudian menjadi modern, bukan dicitrakan smart melainkan dapat berkesan sebagai trend follower terhadap produk budaya popular seperti food, fashion and film yang telah jauh meninggalkan fungsionalitasnya.

Tentu gerakan perempuan, aktivis perempuan, PKK, Dharma Wanita harus ikut mengawal agar perempuan tidak larut dalam putaran arus industri yang memerankan perempuan tidak lebih sebagai figuran atau bahkan penonton. Mempromosikan budaya kebersahajaan, kewajaran adalah salah satu nilai yang pro lingkungan. Mengikuti kata nabi : makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Sebuah pesan tentang konsumsi berbasiskan kewajaran, bukan overkonsumsi atau underkonsumsi yang oleh Emil Salim dikatakan sebagai prinsip yang tidak ramah lingkungan.

Saya pikir, dengan naluriah dan terlebih dengan kemajuan pendidikan dan kualitasnya sekarang, perempuan fasih untuk mengumandangkan gerakan penyelamatan lingkungan dan lebih dari itu, layak memposisikan dirinya sebagai imam dalam kebijakan pengelolaan lingkungan.§

Penulis adalah Social Worker,

Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Kota Tegal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun