Iran Menjadi Sorotan Dunia Dalam Krisis Yaman Dan Dilemma AS
Krisis Yaman ber-resiko berubah menjadi perang besar di Timteng. Perkembangannya menjadi suatu taruhan bagi pengekspor minyak utama dunia untuk melihat/mengkaji pengaruh Iran untuk halaman belakangnya. Ketika bom-bom jatuh di Yaman, perhatian dunia sorotannya menuju ke Iran.
Negosiasi marathon tentang nuklir Iran yang sulit, akhirnya mencapai “Kesepakatan Kerangka Kerja” pada 2 april 2015 ( Framework Agreement). Dunia luar melihat masalah nuklir Iran ini telah berlansung bertahun-tahun, mengapa baru tahun ini baru tercapai kesepakatan?
Ini akan menandai akhir dari 12 tahun “persaingan nuklir” atau menandai awal dari babab baru intrik antara negara-negara besar di Timteng? Apakah kekacauan di Yaman ada hubungannya dengan pembicaraan nuklir Iran dan akan menjadi “Pusat Pusaran Badai kekacauan” baru di Timteng ?
Pada 2 April 2015, di Lausanne Swiss, setelah 12 tahun hubungan tegang antara Barat dan Iran, negosiasi panjang 18 bulan penuh gejolak, akhirnya semua pihak mencapai kesepakatan mengenai kerangka isu nuklir di Iran: Iran setuju untuk mengurangi kegiatan nuklirnya, dan AS serta Eropa setuju untuk mengakhiri sanksi terhadap Iran setelah diadakan inspeksi.
Dalam kaitannya dengan hal ini Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan : “Ketika kita menerapkan langkah-langkah kita, maka tidak ada sanksi terhadap orang-orang Islam Iran. Dan itu, saya kira akan menjadi langkah besar ke depan. Kami telah berhenti meng-siklus (nuklir) kita yang tidak dalam kepentingan siapapun.”
John Kerry, Menlu AS, menyatakan : “Kami, P5 (5 negara Dewan Keamanan PBB) + 1 Uni Eropa (Jerman) mitra kami, dan Iran telah tiba pada sebuah konsensus parameter kunci dari pengaturan yang pernah dilaksanakan, dan akan memberikan kepercayaan masyarakat internasional bahwa program nuklir Iran akan tetap dalam kerangka damai.”
Bagi Iran yang telah lepas dari sanksi selama puluhan tahun, ini menjadi terobosan kabar baik. Yang mendapat sambutan sangat positif bagi warga Iran. Mereka pada umumnya sangat senang dengan kemajuan ini, berharap dapat memberi kemajuan di masa depan. Mereka mengharapkan seluruh dunia dapat memahami bahwa negara Iran sama seperti negara lain, tidak mencari terorisme. Mereka mengharapkan bisa hidup tanpa tekanan dan penuh kekuatiran.
Pertama-tama, mengenai perundingan nuklir, kedua pihak telah menunjukkan tanda-tanda sikap dari tahap pemanasan. Kedua pihak ingin suatu resolusi politik. Untuk Iran jika tidak menawarkan resolusi politik dan terus berjuang, serta tidak membuat kompromi, maka sanksi ekonomi yang semakin berat akan mematahkan negara. Dan rakyatnya akan tidak akan membiarkan masalah tersebut berlanjut, dan para humannity akan mengeritik pemerintah “apa yang kau lakukan?” . Jadi Iran harus membuat kompromi, jika tidak negara akan hancur dan pemerintah mereka akan jatuh.
Bagi AS karena kelalaiannya sendiri, telah melakukan perang di Afganistan dan Irak, sedang Iran mendapat keuntungan terhindar dari perang melawan musuh lamanya Irak dan puluhan tahun perang melawan terrorisme. Sehingga memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan teknologi nuklir dan membangun industri nuklir dengan sangat kuat. Dan kini sudah benar-benar sangat kuat.
Jika AS benar-benar mau melakukan perang, AS harus mempertimbangkan biaya yang sangat besar dan resiko dalam perang tersebut. AS tidak bisa membanyangkan bagaimana jadinya jika Afganistan dan Irak telah dapat dihancurkan (jelas dengan memakan biaya besar), jika harus berperang dengan Iran pula, maka apa lagi yang akan dilakukan AS di dunia ini ?
Isu-isu baru apa yang akan timbul, andaikata Iran telah dihancurkan, dan kemudian orang luar akan terlibat ? Hal ini semua akan menjadi isu politik.
Bagi AS, selain biaya dan resiko perang, mungkin masih ada pertimbangan lain. Setelah Obama memenangi pemilu dan berkantor, kebijakan AS untuk Timteng telah terus menerus disesuaikan. Secara umum telah dilakukan strategi retraksi di Timteng.
Saat ini, pemilu AS 2016 akan diadakan, semua kontestan sudah mulai melakukan tembakan pertama. Dan Obama masa jabatannya akan berakhir kurang dari dua tahun. Sangat mudah bisa dibayangkan bahwa presiden AS kini perlu melakukan untuk mendapatkan prestasi politiknya dalam “kantongnya” sebelum kampanye pemilu tahun depan dimulai, dan dia kini terlalu sibuk untuk mengelolanya.
“Daftar Prestasi” mungkin termasuk : Membunuh Osama bin Laden; Mencairkan hubungan dengan Kuba; Menarik pasukan dari Afganistan dan Irak; Memulihkan perekonomian; Memulai agenda dari TTIP dan TPP dan transaksi perdagangan TPP, dan Mulai apa yang sering dilihat hari ini sebagai salah satu masalah dunia yang paling komplek yaitu Negosiasi nuklir Iran.
Seperti kita sudah tahu, di AS hanya ada dua partai yang bergiliran berkuasa, sedang jabatan presiden Obama hanya tersisa tidak lebih dari setahun. Dari mulai pertama hari Obama menjabat, ia ingin masalah nuklir memperoleh solusi politik, dan hal ini yang menjadi beban dia selama ini sebelum ia memperoleh resolusi.
Kini yang berkuasa adalah Demokrat, apakah berikutnya masih akan memperoleh mandat algi untuk memerintah? Belum bisa ditentukan. Jadi dia harus menyelesaikan masalah ini. Berdasarkan sistem kedua negara (Iran dan AS), menurut evaluasi menyeluruh beberapa faktor tertentu, kita dapat mengatakan dengan lebih yakin bahwa yang lebih ingin secara politis menyelesaikan masalah nuklir Iran dalam waktu singkat adalah Obama dan AS.
Dalam aspek lain, tampaknya perlawanan Iran sedikit lebih kuat, dalam keadaan terburuk AS hanya akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut, dan Iran akan dengan alasan apapun untuk melakukan perkembanan nuklirnya dan AS tidak akan menyerang mereka. Namun Obama tidak merasa hal yang sama, dia tidak bisa menerima kekurangan ini dengan tidak ada resolusi politik selama masa jabatannya.
Banyak pengamat memberi pendapatnya seperti hal tersebut diatas ini.
(Bersambung ....... )
Sumber : Media TV & Tulisan L.N.
http://www.worldministries.org/yemen.html
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2015/04/150422_iran_bantuan_yaman
http://en.wikipedia.org/wiki/Bilad_al-Sham
https://insidethemiddle.wordpress.com/2012/04/13/bilad-al-sham-arabic-for-geographical-syria/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H