Pasang Surut Hubungan Rusia-Turki
Setelah P.D. I, kedua Kekaisaran Rusia dan Turki berakhir, mereka lahir kembli dari abu menjadi Turki dan Rusia yang keduanya memasuki masa revolusi satu demi satu.
Pada bulan Desember 1925, bekas Uni Soviet dan Turki menandatangani “Pakta Non Agresi dan Persahabatan antara Turki dan Uni Soviet.” Dan hubungan mereka memasuki “fase bulan madu” selama beberapa waktu.
Tapi fase bulam madu ini dengan cepat berakhir. Perjuangan dan pertarungan untuk mengontrol Selat di Turki segera menyebabkan hubungan Russo-Turki memburuk lagi.
Setelah P.D. II, dalam rangka untuk melawan Uni Soviet, Turki meminta bantuan dari Inggris dan AS, dan bergabung dengan NATO pada tahun 1952.
Dari P.D. II hingga Uni Soviet bubar dan Perang Dingin berakhir, Turki menjadi pos depan bagi Eropa dan NATO dalam beroposisi dengan Rusia. Pada fase itu, tidak ada cara yang bisa meredakan ketegangan.
Setelah Perang Dingin berakhir, Turki mulai secara bertahap menerapkan kebijakan luar negeri dan keamanan independen terlepas dari Barat, dan mengakhiri dendam terhadap Rusia, sehingga hubungan Rusia-Turki secara bertahap mulai menghangat. “Kepentingan bersama di Laut Hitam” juga dilupakan sementara dan mengesampingkan dendam lama untuk kerjasama baru.
Pada tahun 2004 Putin mengunjungi Turki, menjadi pemimpin Rusia pertama yang mengunjungi Turki, dan kedua negara membentuk kemitraan multilateral.
Pada tahun 2010, para pemimpin kedua negara memimpin kedua negara membentuk High Level Cooperation Council (Dewan Kerjasama tingkat Tinggi) untuk mempromosikan kerjasama bilateral di berbagai bidang.
Setelah Perang Dingin berakhir, hubungan Rusia-Turki menjadi sangat baik. Ada proyek US$ 50 milyar sedang dibangun di Rusia dan juga di Turki. 30% wisatawan yang datang ke Turki dari Rusia.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan ekonomi Turki telah berjalan cukup cepat, sehingga mereka memiliki hubungan yang layak secara keseluruhan dan itu termasuk gas alam Turki yang dipasok 60-70% dari Rusia.