Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Minyak Dunia Baru - Kini Sedang Berlangsung (6)

18 Januari 2015   04:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:55 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 10 Desember ’14 dalam acara TV “Dialog Dengan PM Russia Dmitry Medvedev” telah disiarkan keseluruh media arus utama/main stream Rusia, dalam dialog ini PM mengatakan bahwa Russia harus mengucapkan selamat tinggal pada minyak pada akhirnya. Selanjutnya di katakan : “Presiden Putin telah mengemukakan dalam Pidato Kenegraannya terbaru, serangkaian proposal untuk modernisasi dan membangun produksi berteknologi tinggi dan manufaktur. Dalam hal ini adalah industri yang akan menggantikan ekspor minyak dan gas alam. Dengan kata lain kita akan mengekspor non bahan baku dan produk non-hidrokarbon. Kami akan sangat menghargai ini.”

Sebenarnya, sejak Valdimir Putin menjadi Presiden pada tahun 2000, saat itu Rusia berada di-ambang kehancuran dan kemudian mengalami kebangkitan besar kembali. Dalam sejarah pada saat kebangkitan nasional ini, harga minyak dunia terjadi melambung dari kurang US$ 50 naik menjadi US$ 100 per barrel. Ini menjadi pegangan penting bagi Rusia yang kaya cadangan minyak untuk memahami kebangkitan.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, Rusia menyadari semakin banyak ketergantungannya pada ekspor energi akan membentuk cacat berkelanjutan pada diri sendiri. Karena itu mereka mengfokuskan untuk pengembangkan teknologi tinggi untuk menggantikan ekspor energi tradisional yang telah menjadi bagian penting dari rencana pembangunan Rusia.

Saat ini harga minyak dunia sudah anjlok ke posisi terendah yang menyesakkan Rusia, tapi di mata Rusia ini mungkin tidak seluruhnya buruk. Selama wanwancara dengan PM Dmitry Medvedev menunjukkan bahwa “meskipun sanksi ekonomi Barat dan penurunan harga minyak berkelanjutan telah sangat tajam mengurangi pendapatan pemerintah dan ekonomi berada di situasi mengerikan, hari-hari yang keras dapat menjadi peluang dan motivasi untuk mendorong Presiden Putin untuk menyesuaikan struktur ekonomi dalam negeri Rusia.”

Han Xiaoping pengamat Tiongkok mengatakan : “Saya pikir Rusia, dan keinginan Putin adalah untuk menemukan peluang. Penurunan harga minyak mungkin “membangunkan beruang tidur” dan jika Rusia terbangun, mereka akan dengan cepat mengubah struktur industri mereka. Effek dari penurunan ini tidak mungkin menghancurkan Rusia, karena Perang Dunia II sekalipun tidak menghancurkan Rusia, jadi bagaimana hanya penurunan harga minyak bisa menghancurkan Rusia ?”

Namun bagi perekonomian Rusia yang sudah bertahun-tahun bergantung pada minyak, membebaskan diri dari ketergantungan ini dan secara besar-besaran menyesuaikan struktur industri dalam negerinya bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam.

Dalam wawancara Dmitry Medvedev mengatakan bagi Rusia untuk membebaskan dari ketergantungan pada gas alam tidak akan terjadi dalam waktu singkat dan mungkin tidak terjadi dalam waktu sepuluh tahun, maka diperlukan upaya yang tak ada henti-hentinya. Namun, dalam krisis jenis ini, Rusia sedang mencari terobosan-terobosan.

Pada 11 Desember ’14, Vladimir Putin mengadakan kunjungan ke India, hanya 7 hari setelah ia memberi Pidato Kenegaraan keseluruh negeri Rusia. Yang mengakui bahwa ekonomi Rusia menurun, dan cara membuat janji bagaimana untuk masa lalunya menjadi kenyataan, dan memimpin rakyat Rusia keluar dari keadaan ini sudah tidak diragukan lagi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Putin.

Karena itu kunjungan ini bagi kaum terpelajar dan ahli India umumnya percaya, bahwa Rusia akan menggunakan keunggulan sumber dayanya untuk mencari kerjasama dengan negara-negara tetangga, akan menjadikan preferensi bagi Rusia untuk mengurangi tekanan dari turunnya harga minyak dan sanksi-sanksi Barat.

Rohini Somanathan, (Professor of Economics at the University of Delhi) mengatakan : Seperti telah menjadi rutin dalam KTT Rusia-India akan ada diskusi tentang pertahanan. Tapi yang akan menjadi bagian besar pembicaraan dalam kunjungan kali ini adalah energi, sehingga bisa diharapkan akan ada kesepakatan energi, tidak hanya nuklir, tetapi juga di sektor hidrokarbon.

Pada perjalanan ke India ini, kedua negara menanda tangani perjanjian bahwa Rusia akan membangun 12 reaktor nuklir untuk India selama 20 tahun ke depan. Padahal pada awal bulan desember ’14, selama kunjungannya ke Tutki, Putin kembali pulang dengan sukses dengan menanda-tangani kesepakatan gas besar dengan Turki dan beberapa perjanjian kerjasama lainnya.

Xiang Songzuo mengemukakan, Putin pergi ke Turki dan India dan Tiongkok yang memang sudah mempunyai hubungan baik, untuk coba membebaskan diri dari pengaruh sanksi Uni Eropa dan AS. Dia mencoba untuk mengekspor beberapa produk dari minyak mentah ke negara-negara tersebut. Tapi dia berusaha juga untuk mengimpor lebih banyak makanan dan produk konsumen dari negara-negara tersebut dalam rangka untuk mengimbangi harga komoditas di Rusia.

Terganggu oleh harga minyak jatuh, Rusia sebagai ekspotir terbesar minyak, saat ini sedang berusaha untuk secara aktif mendorong menuju ke-arah timur dan masuk pasar Asia dengan teknologi nuklirnya yang baik dan cadangan gas alamnya yang besar sekali.

Lawan lama Rusia di pasar minyak,  Arab Saudi telah meng-fokuskan pada perlindungan. Sedang Putin coba mengubah dari pasif menjadi aktif, secara alami menghargai Tiongkok yang membutuhkan lebih banyak energi, karena kebangkitannya yang pesat. Dengan Rusia mendapat tekanan ke arah Eropa, maka mereka mulai mengangkut lebih banyak gas dan minyak ke Tiongkok.

Rusia dan Tiongkok telah menanda tangani Memorandum dengan --Power of Siberia Natrual Gas Pipeline untuk 38 milyar meter kubik senilai US$ 400 milyar; dan dengan Altai Gas Pipeline 30 milyar kubic. Tiongkok juga memiliki perjanjian dengan Rusia untuk proyek Yamal, CNPC (China National Petroleum Corporation/Perusahaan Minyak Nasional Tiongkok) sebagai salah satu mitra di masa depan, proyek ini akan mengekspor setidaknya 10 milyar kubik gas alam ke Tiongkok. Selain itu Rusia juga berharap untuk menggunakan pipa terseb untuk mengangkut gas ke Tiongkok dari beberapa ladang gas yang dekat Pulau Sakhalin. Dan ini semua yang menjadi arah Rusia untuk menuju suatu kenyataan.

Sebenarnya pada kenyataannya, negosisasi untuk impor gas alam antara Tiongkok dan Rusia sudah dimulai 10 tahun yang lalu. Dengan berdasarkan pertimbangan untuk pengembangan mereka sendiri, kesepatan bisnis ini dilakukan antara satu pemasok dan satu pelanggan, dan ini sangat diperlukan bagi kedua tetangga yang setara ini. Tapi apa yang menjadi fokus perhatian adalah negosiasi yang panjang ini bisa diselesaikan dalam waktu setahun pada tahun lalu (2014).

Pada 21 Mei 2014, pemerintah Rusia dan Tiongkok sepakat untuk proyek Sino-Rusia Power Siberia Natural Gas. Hanya berselang enam bulan kemudian pada 24 Nopember’14, Altai Gas Pipeline Memorandum disepakati dan ditanda-tangani. Dengan dibukanya jaringan pipa ini berarti Tiongkok akan menjadi pembeli terbesar gas alam Rusia. ( Bersambung ....... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.

-http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/12/165533926/Pertamina.Februari.Harga.Premium.Rp.6.000-an.Per.Liter

-http://www.bloomberg.com/news/2015-01-15/oil-advances-as-opec-forecasts-slower-growth-in-u-s-supply.html

-http://www.opec.org/opec_web/en/

-https://groups.yahoo.com/neo/groups/Migas_Indonesia/conversations/messages/46456

-http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/16/081808826/OPEC.Tingkatkan.Produksi.Harga.Minyak.Dunia.Kembali.Melorot?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp

-http://www.liveleak.com/view?i=60e_1275280267

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun