Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lahirnya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) Atau Negara Islam Irak dan Syriah.

5 November 2014   04:58 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

29 Juni 2014 sebuah organisasi ekstrim agama meng-proklamasikan sebuah “Negara Islam” dengan pemimpinnya Abu Bakr al-Bagdadhi sebagai “Raja” atau Khalifah*1 “negara” ini, dengan territorinya meliputi sebagian wilayah Syria dan Irak. Dari Gubernuran Aleppo di Provinsi Syria Utara hingga Gubernuran Dyala di Provinsi Irak Timur.

Pada bulan Juni 2014 yang baru lalu saat buldoser ISIS merasuk ke perbatasan Syria dan Irak di-ikuti dengan satuan pasukan mobil mereka masuk ke Syria, dan mengumumkan bahwa perbatasan yang ditetapkan oleh Inggris dan Prancis dahulu pada saat tanah mereka dikoloni pada Perang Dunia I tidak berlaku lagi, maka sejak detik itu terjadilah suatu tantangan bagi ketegangan perbatasan negara-negara di Timur Tengah.

Masalah perbatasan-perbatasan negara-negara Timur Tengah kini, sebenarnya disebabkan pembagian yang ditentukan pada 100 tahun yang lalu. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman pecah, Prancis dan Inggris sebagai pemenang perang secara se-enaknya membagi wilayah Timteng menjadi beberapa regional politik berdasarkan pada kekuatan mereka berapa besar wilayah yang bisa mereka taklukkan.

PM Inggris Winston Churchill membagi Kerajaan Ottoman menjadikan tiga gubenuran menjadi satu negara kebangsaan dan memberi nama Irak. Membagi Palestina menjadi dua Distrik Administratif sepanjang aliran Sungai Jordan. Sebelah timur Sungai Jordan yang sebelumnya disebut Transjordan, belakangan menjadi Kerajaan Jordan dan sekarang dikenal dengan Jordan. Sebelah Barat Sungai Jordan tetap dinamai seperti asalnya yaitu Palestina. Banyak garis perbatasan negara-negara Timteng yang sekarang ini sebenarnya telah ditetapkan seperti keadaan diatas ini.

Namun sebenarnya tipikal penyesuaian perbatasan politik sebelumnya sebenarnya sudah terbagi bertahun-tahun lamanya antara suku-bangsa suku-bangsa dan negara-negara daerah disana, yangmana satu sama lainnya telah terjadi sudah cukup lama secara alami terbentuk sepanjang sejarah, dan terjadilah perbatasan dan pemisahan alami seperti yang ada sebelum intervensi Barat (Inggris dan Prancis). Atau terbentuk karena keadaan alam berupa gunung-gunung dan aliran sungai, yang berdasarkan pada etnis atau kebangsaan, kepercayaan dan sekte keagamaan atau tribal.

Tapi 100 tahun lalu, perbatasan negara-negara Timteng telah dibagi tidak berdasarkan faktor diatas ini, atau mempertimbangkan faktor diatas. Sebaliknya Prancis dan Inggris se-enaknya membagi perbatasan atas dasar keberhasilan berapa luas kekuatan mereka dalam meng-aneksasi dan menguasai daerah ini sebagai jajahan. Pembagian perbatasan hanya ditentukan di “ruang kamar rahasia” di medan perang dan di kamar pribadi mereka sebagai pemenang perang untuk perbatasan-perbatasan negara-negara Timteng. Semua ini yang menyebabkan meninggalkan “bom waktu” bagi gejolak dan keruwetan keadaan Timteng sekarang.

Akibat perbatasan politik yang diciptakan 100 tahun yang lalu ini,  yang menjadikan pergolakan di Timteng sekarang terus tiada berhenti, termasuk juga mengapa ISIS ini lahir. ISIS juga  menggunakan perbagian perbatasan yang tidak rasional dan tidak tradisional ini untuk meng-klaim wilayahnya. Ketika itu Prancis menjadi penguasa di Syria dan Inggris di Irak, mereka berdua membagi garis perbatasan penguasaan di dua daerah ini. Mereka sama sekali tidak coba menyatukan fraksi Suni di dua daerah cekungan daerah Levant menjadi satu negara, tapi justru membagi mereka menjadi dua bagian, setengah di Syria dan setengah lagi di Irak. Dan kini jutru ISIS menyatukan hampir meliputi dua daerah ini menjadi wilayah yang diklaim mereka.

Bukan saja hanya perbatatasan Syria dan Irak yang kini menjadi kabur, bahkan seluruh perbatasan politik Timteng secara domino berguguran. Seiring dengan situasi terlepasnya kontrol sebagian perbatasan Syria dan Irak, perbatasan Syria dan Turki, Syria dan Lebanon, Syria dan Israel, Syria dan Jordan juga telah ikut lepas kontrol.

10 Juni 2014 ketika pemberontak di Irak yang menyebut dirinya ISIS mengproklamirkan ‘Negara Islam Irak dan Syria’, maka perbatasan Irak dan Turki, Irak dan Jordan, Irak dan Saudi Arabia, terjadi ketidak seimbangan. Dalam situasi demikian, jika ditilik lebih dalam dan luas, maka Lybia di Afrika Utara juga sedang mengalami kehancuran.  Yaman di Peninsula Arabia juga sedang pecah, atau dengan kata lain secara internasional kini situasi antar negara-negara di Timteng sedang menuju kehancuran.

Henrry Kisingger belum lama ini mengatakan bahwa “ Perbatasan antar negara-negara di Timteng yang ditentukan antara tahun 1919 hingga 1920, kini sebenarnya sedang runtuh, seiring dengan terjadinya pembagian garis perbatasan yang baru, kenyataannya sedang menuju reformasi garis perbatasan, dan keruntuhan ini sudah tidak terhindarkan lagi.”

Diakui bahwa sebagai akibat dari Inggris dan Prancis  yang secara tidak bertanggung jawab telah menentukan garis perbatasan politik yang telah mereka lakukan 100 tahun lalu, yang menbjadi awal kekacauan Timteng. Tapi gejolak di Timteng saat ini yang membuat lebih runyam dan berakibat langsung dengan runtuhnya garis perbatasan sekarang adalah AS.

Pada 7 Oktober 2001, Aliansi yang di pimpin AS dan Inggris telah melakukan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap Afganistan. Dan 20 Maret 2003 Aliansi yang dipimpin AS dan Inggris mengerahkan pasukan besar-besaran dalam melakukan operasi militer di Irak. Mulai akhir 2010 apa yang dinamakan revolusi “Musim Semi Arab” telah menelan Afrika Utara dan Asia Barat. Pada 19 Maret 2011, Prancis, Inggris dan AS melakukan serangan udara ke  Lybia.  Pada awal tahun 2011 terjadi perang sipil/saudara di Syria.

Tapi yang menjadi biang dimulai terjadinya kekejaman dan kerunyaman adalah Perang Irak 2003,  yang  juga menjadi akar dari terjadinya kekacauan di Temteng saat ini. Perang Irak berakibat terganggunya dua keseimbangan : pertama, keseimbangan geopolitik di Timteng. Kedua,  keseimbangan politik dalam negeri Irak.

Menurut kenyataan sejarah bahwa empat kekuatan geopolitik utama di Timteng adalah Arab Saudi, Iran, Turki dan Israel. Negara ini relatif seimbang dalam terbentukannya diantara mereka, dan ini menjadi fondamental dalam stabilitas Timteng.

Sejak regim administratif Saddam Hussein dihancurkan, keamanan dalam negeri Irak terus bergejolak. Itu menyebabkan suatu ketika sebuah negara yang berkekuatan besar Irak di Timteng ini menjadi menyusut. Effek geopolitik paling menonjol dari Perang Irak 2003 sangat buruk sekali (bagi dalam negeri Irak dan daerah ini), Iran menjadi tumbuh lebih kuat. Pengaruh kaum Persia Iran di Irak menjadi lebih besar melalui hub Syiah atau hubungan dengan kaum Syiah, dan terbentuklah aliansi tradisonil mereka di daerah Syria. Dan melalui Syria ini berpengaruh pada Hizbullah di Lebanon. Maka dapat dikatakan bahwa setelah Perang Irak menjadi masa mekarnya pengaruh Syiah baru di Timteng.

Kompisisi populasi Irak : terdiri dari 95% beragama Islam, dimana 54.5% beraliran Syiah dan Sunni 40,5% dari total populasi, sisanya beragama Kristen dan Kepercayaan Lokal seperti Yazidi. Walaupun kaum Sunni bukan mayoritas, tapi sebelumnya menjadi yang mengotrol pemerintahan Irak dengan cukup lama. Tetapi setelah tumbangnya rezim administratif Saddam Hussein, kaum Sunni menghadapi masalah dengan menjadi pihak yang dimarginalisasikan.

Setelah perang Irak, AS mengetrapkan sistim demokrasi Barat di Irak, dalam keadaan demikian barang tentu kaum Syiah sebagai mayoritas menjadi yang mengotrol administratif pemerintahan di Irak. Dengan situasi politik dimana fraksi Syiah memegang kontrol pemerintahan, fraksi Sunni secara politik kehilangan kekuasaannya dan ter-marginalkan. Fraksi Sunni tidak bisa menerima keadaan ini.  Akibatnya terjadi kerusuhan sengit terutama di daerah-daerah kantong Sunni yang terus menerus terjadi selama sebelas tahun ini pasca perang Irak. Dan situasi ini yang juga menjadi kerusuhan terus menerus di seluruh Irak sepanjang 11 tahun pasca perang, dengan korban rakyat sipil tak berdosa lebih dari 100.000 orang akibat serangan bom-bom termasuk bom bunuh diri.

AS telah menghancurkan keseimbangan Timteng yang telah terbentuk lama, tapi tidak berhasil menciptakan keseimbangan baru. Kini, organisasi ekstrimis dapat se-enaknya berbuat yang mereka kehendaki di Timteng, situasi lingkungan demikian yang terus menerus terjadi cukup lama yang menyebabkan lahirnya “Monter Teroris” .

Dan Negara Islam/IS/Islamic State (ISIS) berkembang dan tumbuh menjadi kuat justru dalam situasi diatas, yang merupakan hasil dari serial tindakan  yang dilakukan oleh AS dan sekutunya yang salah melakukan strateginya selama sepuluh tahunan ini.

IS (Islamic State/Negara Islam) pertama lahir di Irak setelah Perang Irak 2003, yang mulanya merupakan pecahan dari Cabang Al-Qaeda Irak pada 2004 dengan pimpinannya Abu Musa al-Zarqawi. Pada 2006 al- Zarqawi terbunuh oleh serangan udara AS, setelah tewasnya dia, Al-Qaeda mengirim pimpinan yang lain untuk menggantikan al-Zarqawi memimpin cabang Al-Qaeda di Irak. Dan organisasi ini yang kini menjadi IS, yang menjadi cikal bakal ISIS. Walaupun IS awalnya berkembang dari bantuan dan dukungan Al-Qaeda, tapi mereka telah berkembang lebih kuat melebihi dari Al-Qaeda.

Pada Desember 2011, saat satuan pasukan AS terkahir ditarik dari Irak, Presiden Obama mengumumkan berakhirnya Perang Irak, masa depan Irak sejak itu berada ditangan rakyat Irak sendiri. Namun pada saat yang sama mulai terjadi gerakan apa yang disebut “Arab Spring/Musim Semi Arab” , gerakan ini melanda Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Syria dan negara-negara lainnya. Gerakan ini telah membuat kegoncangan hebat dalam negeri negara-negara tersebut, dengan dukungan secara terangan-terangan maupun secara rahasaia dari AS dan negara-negara Barat gerakan ini telah berhasil menjatuhkan pimpinan beberapa negara tersebut. Apa lagi pada 2011 setelah pemerintahan Moamar Ghadafi ditumbangkan dan terjadinya perang sipil di Syria 2013, maka kekacauan daerah ini makin bertambah hebat.

Pada 21011 sebelum pasukan AS ditarik dari Irak, AS berusaha menekan habis-habisan organisasi ekstrimis yang anti AS di Irak dengan harapan bisa berhasil membasmi mereka sebelum pasukannya keluar dari Irak. Cabang Al-Qeada di Irak yang berada dalam situasi ini mengadakan konsolidasi dan melakukan penyesuaian-penyuasaian diri, yang akhirnya  menjelma menjadi IS/Negara Islam pimpinan Abu Bakr al-Bagdadhi.

Pada 2011 mereka dengan memanfaatkan kekacauan yang terjadi di Syria menyusup kesana, dengan mengerahkan kekuatan utamanya yang berada di Irak dipindahkan ke Syria. Dan di Syria dibentuk miltia anti pemerintah Syria. Militia ini memdapat dukungan dan bantuan negara yang ingin menjatuhkan rezim Assad, dengan mengatas-namakan apa yang disebut “Sahabat Syria” dalam perang sipil. Bantuan ini datang dari beberapa negara Timteng dan Barat termasuk Eropa dan AS. Dalam keadaan demikian, perang sipil Syria yang dimulai 2012 hingga 2013, membuat militia ini berkembang makin kuat. Dengan kata lain bahwa ISIS menjadi berkembang menjadi makin kuat sebenarnya mengambil kesempatan dari situasi di Syria. Hingga 2013 maka militia ini telah tumbuh menjadi kuat sebagai pasukan tempur yang tangguh dan sebagai militer yang kuat anti pemerintahan di Syria.

Kini organisiasi teroris paling bahaya di dunia menurut Harian “Bild” Jerman adalah ISIS. Seperti diketahui selama ini musuh utama Al-Qaeda jelas adalah Barat, tetapi musuh dari ISIS lain lagi. Mereka menganggap Barat dan Kristen sebagai musuh, namun mereka juga menganggap Syiah yang  berada sebagai tetangganya juga musuh, demikian juga Kurdi dan Yazidi yang hidup di daerah ini semuanya adalah musuh mereka.

Akibatnya semua yang berada disekeliling regional ini menjadi panik. ISIS memiliki alasan dasar teoritikal yang lain dari Al-Qaeda yang seperti Jin yang melayang di dunia yang menghantam musuh disana-sini dan dimana-mana. ISIS menghantam musuh dan membangun pangkalannya dengan mendirikan negaranya sendiri, berdasarkan teorinya sendiri dengan keyakinannya untuk mengatur negaranya .

ISIS adalah Al-Qaeda versi ke 6, bila mereka bisa mendapatkan pangkalan tetap sebagai pijakan mereka, mereka akan lebih hebat dari Al-Qaeda dengan 9-11, kata Ryan Crocker Dubes AS di Irak dalam tayangan TV untuk mengingatkan dunia.

Sumber : Berbagai media internasional

http://www.nytimes.com/interactive/2014/06/12/world/middleeast/the-iraq-isis-conflict-in-maps-photos-and-video.html?_r=0

http://www.haaretz.com/news/middle-east/.premium-1.624110

*1 Khalifah = kepala penguasa Muslim untuk sipil dan agama, yang dianggap sebagai penerus Mohammad. Khalifah memerintah di Baghdad sampai tahun 1258 dan kemudian di Mesir sampai penaklukan Ottoman dari 1517. Titel ini kemudian dipegang oleh Sultan Ottoman sampai dihapuskan oleh Ataturk pada tahun1924.  ( Dinasti Khalifah Omayyad memerintah dari Damaskus sampai tahun 750, yaitu sampai ketika umat Islam Syiah yang diturunkan kepada Khalifah Ali membantai keluarga Omayyad).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun