Persaingan AS dan Rusia
Baru-baru ini serangan udara Rusia telah menghancurkan banyak target ISIS, dan situasi perang Syria menjadi lebih kompleks, kini situasinya terlihat lebih condong ke al-Assad. Seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Staf Gabungan AS, Joseph F. Dunford, Jr mengatakan, keseimbangan kekuasaan saat ini sedang cendrung kepada al-Assad. Jika perkembangan situasi perang di Syria terus berkembang seperti ini, di masa depan, negosiasi perdamaian dan proses politik tidak akan berada di faksi oposisi ‘moderat” yang didukung AS, dan AS akan dipaksa untuk menghentikan situasi yang diluar kendali.
Dari perspektif masa depan, tentu saja AS telah terperangkap dan menyadari akan efek Rusia yang telah memperoleh keuntungan dalam memerangi ISIS, pengaruh dan citra AS dalam memimpin operasi AS ini telah dianggap tidak berhasil dan AS telah merasakan itu. Jadi AS juga secara aktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah Rusia agar tidak menjadi terlalu menonjol di tempat ini.
Pada 30 Oktober, Gedung Putih mengumumkan, AS akan mengirim kurang dari 50 personel pasukan khusus untuk melatih pasukan senjata oposisi di utara Syria. Ini adalah yang pertama kalinya sejak AS mulai mengadakan serangan terhadap ISIS dan pengirim pasukan daratnya.
Josh Earnest, Sekretaris Press Presiden dari Gedung Putih mengatakan, presiden mengambil keputusan untuk mengintensifkan dukungan dengan menawarkan sejumlah kecil Operasi Khusus AS, dengan mengirim personnel militer AS untuk menawarkan saran dan bantuan di darat pada saat mereka melakukan serangan terhadap ISIS.
Bagi AS menempatkan pasukan khusus dalam pertempuran nyata di Irak untuk memberikan informasi bahwa AS akan lebih banyak upaya untuk memerangi ISIS di Irak, dan akan memperbesar energinya, karena ini telah dilakukan pada tahun-tahun yang lalu. Kemudian karena ancaman ISIS di Irak telah meningkat ke tingkat yang membutuhkan, maka AS perlu mengirim pasukan masuk Irak. Kata Ernest.
Dari perspektif lain, diakibatkan oleh diperkuatnya kerjasama Irak dengan Rusia. Selain itu, pada awal Oktober, AS sementara telah menangguhkan rencana untuk melatih pasukan Oposisi di luar Syria, dan mengubah kebijakan untuk hanya menyediakan senjata kepada pasukan oposisi Syria yang telah diverifikasi AS dan yang bisa dipercaya.
Analis melihat bahwa pada awalnya, AS ingin menciptakan kekuatan oposisi yang pro-AS, tapi rencana ini gagal, karena dalam kenyataan terbukti terdapat banyak jenis orang dengan motif yang kompleks yang ada pada sisi AS, mereka tidak memiliki kemampuan tempur dan tidak bisa melawan ISIS. Militer AS sekarang telah mengubah kebijakan dengan lebih memilih untuk mendapatkan kekuatan lokal yang bisa segera melawan pemerintah dan ISIS dan berada di pihak mereka, seperti pasukan Kurdi.
Pada 12 Oktober, militer AS telah mengverifikasi dan mendrop 50 ton peralatan militer kepada faksi oposisi di Syria utara.
Belum lama ini, AS bahkan telah mendrop 56 ton material militer. Beberapa dari pasukan Kurdi ini, dibentuk dari Partai Pekerja Kurdi (Kurdistan Workers’ Party). Dengan kata lain masalah Kurdi akan segara muncul. Dan akan ada satu lagi “tindakan” yang akan muncul segara juga. Mereka ini adalah pasukan yang paling aman bagi AS, dukungan AS pada mereka akan memberi landasan moral yang tinggi untuk tahap berikutnya.