Sikap Arab Saudi
Pada 25 Oktober 2015, Menlu Arab Saudi Adel al-Jubier mengunjungi Mesir. Setelah pertemuan itu, Adel al-Jubier sekali lagi menekankan bahwa Presiden Bashar al-Assad tidak mempunyai tempat untuk masa depan Syria.
Beberapa media telah menganalisis ini dan mengatakan Arab Saudi ingin menggulingkan pemerintahan al-Assad bahkan melebihi dari AS. Seperti terlihat AS, Mesir dan negara-negara lain sikapnya mulai melunak terhadap Bashar al-Assad, tapi mengapa Arab Saudi masih mempunyai sikap garis keras terhadap al-Assad?
Masalahnya harus dilihat, apa yang menjadi konflik mendasar di Timteng? Ada banyak konflik yang mendasar, tapi yang paling utama yang paling ada hubungannya dan mengakar adalah konflik antara Syiah dan Sunni.
Konflik antara sekte agama telah berlangsung selama ribuan tahun, masalah ini terus muncul selama minoritas Syiah belum tercapai harmoni dengan Sunni. Di banyak negara di Timteng, orang lebih mengidentifikasikan dirinya dengan sekte agama, daripada indenditas nasional dan indentitas kesukuan, dibanding dengan indentitas diri mereka lakukan untuk negaranya, dan ini telah menjadi dasar bagi konflik agama.(mudah-mudahan ini tidak ditiru oleh (segelintir) bangsa Indonesia yang telah mengakui NKRI dan Pancasila).
Arab Saudi dan negara Arab Saudi di kendalikan oleh Islam Sunni, Syria dan Iran dikendalikan oleh faksi Syiah, kedua negara Iran dan Syria ini bersekutu setia.
Setelah pergolakan di Timteng pada tahun 2011, Arab Saudi berusaha menggulingkan pemerintahan al-Assad di Syria, sementara Iran mendukung al-Assad.
Dengan munculnya isu Syria, dan dikarenakan Syria dan Iran benar-benar memiliki aliansi yang erat maka diyakini dua ekstrim faksi Sunni dan Syiah, terlihat Arab Saudi ingin memecah hal tersebut, untuk memutuskan mata rantai ini. Arab Saudi ingin menggulingkan pemerintahan al-Assad dan kemudian mengembalikan pemerintahan Sunni di Syria, seperti diketahui mayoritas di Arab adalah Sunni, dan bukannya Alawi seperti pemerintahan Syria sekarang, ini menjadi hal yang alami menurut pendapat beberapa analis.
Presiden Assad sendiri berasal dari sekte minoritas Alawi dan presiden ini telah mengisi posisi politik dan pejabat senior militer dengan orang-orang dari sektenya dalam upaya menjaga kekuasaannya melalui loyalitas sektarian.
Muslim Sunni membentuk 74 persen dari 22 juta penduduk Syriah, Alawi 12 persen, Kristen 10 persen dan Druze 3 persen. Ismailiyah, Yezidis dan beberapa orang Yahudi merupakan sisanya.