Pada 9 Nopember 2016, pemilihan presiden AS berakhir dengan kemenangan Donal Trump dari kandidat Partai Republik sebagai presiden terpilih AS yang ke-45, mengalahkan Hillary Cliton yang disukai sebelumnya.
Terpilihnya Trump telah bikin goncang AS dan dunia. “New York Post” memberi komentar, Presiden Trump : mereka mengatakan itu tidak mungkin. “The Mainichi Newspaper”:Gedung Putih akan menjadi Gedung Yang Mengerikan (White House will become “House of Horror”). “The Guardian” Inggris: Trump menang, dunia menunggu.
Kenyataan memang seorang taipan real estate yang tidak mempunyai pengalaman politik sekarang telah menjadi pemimpin AS, lalu perubahan apa yang akan dilakukan untuk AS?
Dalam kampanye Trump mengatakan: Saya akan menarik AS dari Trans-Pacific Partnership (TPP) yang belum diratifikasi. Sekutu kita belum membayar sahamnya dengan adil, dan saya sudah banyak membicarakan hal ini baru-baru ini. Sekutu kita harus berkontribusi atas biaya keuangan, politik, dan kemanusiaan, mereka harus bayar beban keamanan. Mereka harus lakukan itu, beban keamanan yang lura biasa kita, tapi banyak dari mereka dengan se-enaknya tidak melakukannya.
Kebijakan Trump selama kampanye bisa dikatakan sebagai “obat kuat”. Tapi apakah mimpi Trump ini akan menjadi kenyataan, betulkah Trump akan memenuhi janjinya selama kampanye untuk menjadi kenyataan?
Pada 10 Nopember pagi dengan jet pribadi Trump ke Washington D.C menuju Gedung Putih.m Di Gedung Putih Presiden Obama sekarang bertemu dengan Presiden tepilih Trump untuk malakukan transisi kekuasaan. Ini menandakan secara bertahap berlangsung era baru milik presiden baru Trump.
Era Trump
AS kini mulai dengan “Era Trump”. Setelah Trump yang menampilkan pikiran independen selama kampanye setelah berkantor, apa yang akan menjadi tindakan kebijakan dalam dan luar negerinya?
Negara di seluruh dunia pada memperhatikan dan memprediksi. Jusuf Kala: Kemenangan Donald Trump akan menyusahkan dunia. Pengamat politik luar negeri Universitas Airlangga, Ahmad Safril Mubah: Trump terkenal anti perdagangan bebas dan ini akan berpengaruh buruk kepada Indonesia. Trump selama kampanye memusuhi Muslim akan melahirkan sentimen negatif terhadap AS pada umumnya dan Trump pada khususnya. AS tak akan menganggap Asia sebagai pivot dan Tiongkok bisa lebih bebas bergerak. Meski demikian, keputusan tetap bergantung kepada dinamika politik dalam negeri AS.
Untuk hubungan Sino-AS selama pemerintahan Obama dengan strategi untuk menyeimbangkan Asia-Pasifik menjadi istilah kunci. Sekarang dengan Trump apakah strategi menyeimbangkan Asia-Pasifik akan bertemu dengan “terminator?”
Kebijakan Trump “America First” yang berulang kali diserukan dalam kampanye, AS perlu untuk menaikkan kembali strateginya. Jadi pandangan apa yang dimiliki Trump untuk Asia-Pasifik? Dan efek apa yang akan berpengaruhi situasi di kawasan Asia-Pasifik?