Hingar bingar Visi dan Misi Jokowi yang merakyat dalam membangun “Indonesia Baru” mudah-mudahan memberi angin baru bagi negara dan bangsa Indonesia yang akan datang. Penulis berharap rakyat Indonesia bisa menjatuhkan pilihan kepada Jokowi untuk memimpin Indonesia sedikitnya dalam lima tahun yang akan datang ini.
Selain itu mudah-mudahan kita tidak hanya mau mempelajari pengalaman keberhasilan dunia barat dalam membangun ekonomi, sosial dan politik yang silam saja, ada baiknya mempelajari juga pengalaman spektakuler RRT dalam membangun Sosial, Politik dan Ekonomi dalam dekade-dekade terakhir ini yang tiada duanya dalam sejarah dunia ini, berikut ini penulis akan coba mempublikasikan tulisan penulis sebagai berikut :
Bagaimana Kiranya Peran RRT Dalam Dua Dekade Yang Akan Datang Di Dunia, Dan Siapa dan Apa Peran Intelektual Dalam Negerinya.(1) secara bersambung.
Selama dua atau tiga dekade yang lalu banyak dari kita melihat Tiongkok (RRT) adalah negara yang susah dan miskin, keadaan politik ekonomi yang tidak stabil. Tapi sejak 1978 dimana Deng Xiaoping mencanang politik ekonomi terbuka (Politik Refomasi & Keterbukaan), terjadilah suatu perkembangan yang luar biasa.
Seorang penulis opini di Washington Post --- Robert Samuelson pada 14 Mei 2014 ada menuliskan : Kemungkinan ekonomi AS tidak lagi terbesar di dunia. Menurut data/angka Bank Dunia Baru, berdasarkan catatan enokom Arvind Subramanian dari Peterson Institute, menunjukkan bahwa sekitar tahun 2014 Tiongkok akan mengambil alih posisi AS dalam produk domestik bruto yaitu produksi barang dan jasa.
Mereka menyadari bahwa kenyataan ini pasti akan datang, tetapi jika angka-angka Bank Dunia sudah benar maka akan tiba lebih cepat dari apa yang diperkirakan oleh banyak ahli. Dengan berdasarkan angka-angka yang terdapat pada 2011, Robertmemperkirakan bahwa GDP Tiongkok pada 2014 akan mencapai $ 16,8 trilyun dibanding dengan $ 16.1 trilyun untuk AS (semua angka-angka ini dalam kondisi dollar “konstan” pada 2011).
Ini adalah tonggak bersejarah yang sangat signifikan dalam waktu dekat. Tapi itu tidak membuat Tiongkok jadi lebih kaya dari AS, karena GDP Tiongkok yang lebih besar namun dikarenakan dibagi dengan rakyat Tiongkok yang jauh lebih banyak. Menurut ukuran kasar dari standar hidup, PDB per kapita AS sekitar lima kali lebih tinggi daripada Tiongkok, sekitar $ 50.000,- per orang di AS dibanding $ 10.000.- per orang di Tiongkok.
Demikian juga status ekonomi Tiongkok lebih mantap/mampan, terlepas dari apakah GDP melebihi AS atau tidak. Pada tahun 2011 Tiongkok sudah menjadi negara perdagangan terbesar dunia, menurut catatan Mckinsey Global Institute.
Menurut Robert lebih lanjut mengatakan angka-angka Bank Dunia cukup menarik baginya. Pada 2011 ekonomi AS masih lebih besar dari Tiongkok. Tapi menurut perkiraannya data ini perlu diperbaharuiuntuk tahun 2014, perlu untuk disesuaikan perbandingan PDB kedua negara dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dan 2013, ditambah perkiraan untuk tahun 2014. Karena pertumbuhan Tiongkok lebih cepat dari AS, jadi kemungkinan PDB Tiongkok bisa menyusul AS pada tahun 2014 ini.
Angka-angka ini mencerminkan tren yang luas, karena mengukur ekonomi harus berdasarkan berbagai tahap pengembangan dan dengan mata uang, sehingga akan menjadi sulit. Teknik yang digunakan Robert dalam hal ini adalah “paritas daya beli”(purchasing power parity) dengan membandingkan nilai barang serupa diberbagai negara dalam upaya untuk mendapatkan dasar umum. Tetapi dengan variasi yang luas antara lain “selera, budaya, iklim struktur harga dan ketersediaan produk” akan mendapatkan hasil yang rumit, menurut catatan Timothy Taylor. Beberapa ekonom menggunakan nilai tukar untuk membuat perbandingan, tapi ini juga melibatkan distorsi yang serius. Berdasarkan matematika nilai pertukaran tarif untuk perbandingan, perekonomian Tiongkok masih lebih kecil dari AS (dalam situs Taylor menjelas maslah pengukuran ini)*1.Angka-angka diatas ini juga menjadi issue yang ramai. Yang kemungkinan besar akan menjadi issue besar untuk geopolitik global tentang pandangan dunia untuk Tiongkok dan AS.
Pelajaran yang menarik dari Depresi Besar dan Perang Dunia II adalah terjadinya isolasionisme AS pada tahun 1920 dan 1930antelah memberi kontribusi untuk keduanya. Kebijakan luar negeri AS pasca P.D II telah ditafsirkan kepemimpinan AS di dunia diperlukan agar tercipta keadaan lebih damai dan kesejahteraan. Idenya negara-negara bisa menjadi seperti AS--- demokratis dan makmur agar konflik global bisa mereda. Kekuatan militer AS dari menciptakan NATO pada tahun 1949 hingga “perang melawan terorisme”, bertujuan untuk meminimalkan ancaman keamanan untuk tujuan visi ekonomi.
Berbeda dengan AS, Tiongkok tidak berusaha untuk mengubah dunia menurut gambrannya sendiri. Tiongkok lebih menginginkan sebuah sistim global yang mendukung pertumbuhan ekonomi domestik menjadi kuat, yang dipandang penting mempertahankan cengkraman PKT pada kekuasaan. Pasar ekspor harus tetap terbuka, Tiongkok harus memiliki akses mudah ke minyak, biji-bijian dan mineral, itu yang menjadi kebutuhan ekonominya. “Beijing masih melihat tindakan dan kebijakan dari persepektif sempit bagi kepentingan nasionalnya daripada perannya sebagai seorang pemimpin”, demikian menurut ekonom Cornell University—Eswar Prasad di Wall Street Journal. Sebagai contoh , AS belum memenangkan banyak dukungan Tiongkok dalam upaya untuk mengekang program nuklir Korea Utara dan Iran.
Kedua pandangan dunia ini kini telah hidup berdampingan namun dalam keadaan gelisah, tapi dengan Tiongkok menjadi lebih makmur, mereka memperkirakan kompetisi pasti meningkat. Kekuatan ekonomi dan kemampuan untuk memberi keuntungan atau sebaliknya pada negara-negara lain untuk mempengaruhi pasar global dan arus investasi, secara pelahan akan berubah kearah keuntungan Tiongkok. Mudah-mudahantidak terjadi konflik yang mendunia kelak. (Bersambung....)
Sumber :
http://www.washingtonpost.com/opinions/robert-samuelson-economic-power-shifting-in-chinas-favor/2014/05/14/bee0d608-daf3-11e3-b745-87d39690c5c0_story.htmlRobert J. Samuelson :“Is China No.1 ?”
*1 GDP Snapshots from the International Comparison Project
http://conversableeconomist.blogspot.com/2014/05/gdp-snapshots-from-international.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H