Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Barat Sudah Menjadi Terlalu Sombong

16 September 2011   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Apakah China dan AS bermusuhan? Apakah kita dalam keadaan perang? Apakah kita mempersiapkan perang melawan satu sama lain? Kami tidak punya niat untuk mengancam AS, dan kami tidak melihat AS sebagai ancaman bagi kami. Kata Wakil Menlu RRT Fu Ying傅莹."][/caption]

Barat sudah menjadi terlalu sombong kata Wakil Menteri Luar Negeri RRT, Fu Ying傅莹 ( 58 tahun) dalam sebuah wawancaranya dengan Der Spiegel (22-08-2011), yang menuduh Eropa dan Amerika coba mengabadikan streotip ‘Perang Dingin’ dengan negara RRT, dan menolak tuduhan sekitar pencegahan pemberian pengobatan Ai Weiwei seorang seniman yang sempat ditahan di RRT, serta menolak tuduhan Barat bahwa Beijing ingin memerintah dunia.

SPIEGEL: Madame Fu Ying, beberapa negara lebih senang kepada Barat saat sekarang daripada kepada China – beberapa orang ada yang mengingatkan Barat agar berlaku serupa. Sekarang Anda telah meluncurkan kapal induk pertama Anda. Mengapa China perlu mempersenjatai sendiri begitu jauh?

FU YING: Kapal Induk pertama melaut adalah suatu peristiwa yang sangat menarikdi China. Ini merupakan dambaan rakyat China, meskipun yang disebut kapal induk ini hanyalah kerangka kapal induk bekas (second hand). Namun kita lengkapi peralatan kembali untuk penelitian ilmiah dan tujuan latihan belaka, tapi ini jauh dari dari apa yang seharusnya disebut kapal induk. Dengan kata lain China jauh terbelakang dari negara-negara lain, apa lagi dibandingkan dengan Amerika Serikat yang telah memiliki armada kapal induk yang mampan dan yang telah sangat maju sejak lama sekali dari sekarang.

SPIEGEL: Apakah tidak ada yang lebih mendesak dimana dana dapat digunakan untuk hal lain daripada harus digunakan untuk pedanaan militer?

FU YING: Cukup banyak pos-pos lain yang telah didanai jauh lebih besar daripada pengembangan pertahanan kita. Penekanan terbesar adalah dalam bidang pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan memerataan kekayaan. Generasi anak saya adalah yang pertama yang telah mengalami tidak kelaparan. Itu adalah kemajuan yang luar biasa. Kekuatiran Anda tentang militer China saya lihat Anda tampaknya karena berpikir atas dasar pemikiran “Perang Dingin”, dimana pemikiran yang didasarkan atas perbedaan idiologi antara kami.Anda merasa nyaman dengan kapal induk yang dimiliki oleh sekutu Anda, seperti US dan Prancis. Tapi anda lebih kuatir jika China memiliki satu.

SPIEGEL: Seberapa jauh China akan masuk dalam artian untuk kepentingan pertahanan? Dalam sengketa kedaulatan di Laut China Selatan, nadanya kadangkala sangat tajam.

FU YING: Kita juga bertanya-tanya mengapa bisa ada retorika yang begitu tajam seperti itu, sedang negara-negara yang terlibat telah dalam dialog berdasarkan “Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea in 2002” ( Deklarasi Pelaksanaan Pihak-Pihak Dalam Laut China Selatan tahun2002 ). Tapi ini hanya perselisihan kata-kata, yang penting kenyataan bahwa lalu lintas kapal laut di Laut China Selatan tetap damai dan tidak ada perang atau konflik yang terjadi.

SPIEGEL: Amerika meragukan tentang itikad dan niat Anda. Pakistan diyakini telah memberi akses kepada China untuk reruntuhan helikopter AS berteknologi tinggi yang jatuh selama operasi terhadap Osama bin Laden. Apakah Anda bisa dalam posisi untuk memkonfirmasi kebanaran ini?

FU YING:Baik China dan Pakistan telah membantah rumor ini. Saya kira yang terpenting adalah pertanyaannya, apakah China dan AS adalah musuh. Apakah kita dalam keadaan perang? Apakah kita mempersiapkan perang melawan satu sama lain? Kita tentu tidak melihat seperti itu. Suatu hal yang tidak ramah jika AS mempertahankan embargo senjata terhadap China. Kami tidak punya niat untuk mengacam AS, dan kita tidak melihat AS sebagai ancaman bagi kami. Barat cenderung untuk untuk menempatkan China dalam rangka Perang Dingin. Ini yang sangat membingunkan China.

SPIEGEL: Banyak orang Jerman, sementara sangat respek terhadap perkembangan China, tapi melihat negara Anda sebagai saingan dari pada partner. Apakah itu sesuatu yang dapat Anda mengerti?

FU YING: Saya bersyukur bahwa Anda mengangkat hal ini, karena itu adalah suatu yang telah ada dalam benak pikirian saya sejak tadi. Jika Anda pada prinsipnya dapat menerima perkembangan perekonomian China telah mengentaskan begitu banyak orang dari kemiskinan, maka Anda mau tidak mau harus mengakui bahwa China telah melakukan suatu hal yang benar. Kita harus bisa menerima adanya perbedaan sistim politik yang berbeda. Negara Barat mengira bahwa mereka telah memiliki suatu sistim yang telah dapat terlaksana dengan baik, kemudian telah mempersempit arti sistim “demokrasi” multi partai, dan berpikir pasti selalu akan baik jika ditrapkan dibeberapa negara-negara lain, tapi kita bisa lihat sekarang dengan adanya krisis finansial, mereka kadang-kadang juga mengalami kesulitan. Barat telah menjadi sangat sombong. Pada akhirnya demokrasi sendiri juga tidak dapat memberi makan. Itu kenyataan.

SPIEGEL:Proses pengambilan kebijaksanaan di China tampaknya seperti kotak hitam sangat rahasia, bahkan bagi pengamat kawakanpun juga membingunkan, bagaimana kebijaksanaan politik itu diputuskan. Apakah itu memang benar-benar sebagai suatu kejutan bagi Anda, sehingga menyebabkan banyak pihak yang merasa waspada terhadap niat China?

FU YING: Sistim politik China merupakan produk sejarah China. Yang berdasarkan pada kebudayaan kita sendiri dari proses perkembangan reformasi yang bersinambungan, salah satunya termasukpembangunan sistim demokrasi untuk pengambilan keputusan politik di China. Agar dapat diambil keputusan yang tepat dan benar, kita harus mendengar suara rakyat dan kritikannya. Tidak ada suatu pemerintahan yang bisa hidup, jika telah terpisah dengan rakyatnya dan lepas dari realitasnya. Kita mempunyai pandangan sendiri tentang masalah yang kritikal ini.

SPIEGEL: Barat melihat adanya kurang tranparansi dan rule of law di dalam model China.

FU YING: Saya kira pada suatu saat Barat akan mengalami masalah. Kami juga mengamati apa yang terjadi di Barat. Kita coba memahami mengapa banyak pemerintahan Barat juga banyak membuat kesalahan.Mengapa partai-partai politiknya tidak dapat memenuhi komitmen-komitmennya? Apakah Barat telah mengalami stagnan sejak akhir Perang Dingin? Atau hanya karena telah menjadi terlalu sombong?

SPIEGEL: Demokrasi adalah sangat rumit, jika dibandingkan dengan sistim memerintahan yang ketat, mereka akan dirugikan. Apakah Anda merasa superior?

FU YING: Superioriti bukanlah suatu istilah yang akan kita pergunakan. Orang Tionghoa sangat sederhana. Kami menghormati sukses Anda dan kamibelajar dari Anda. Anda berada dalam era pasca-industri. Banyak masalah yang telah Anda alami juga mungkin akan terjadi di China kelak. Jadi kami ingin melihat bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut, dan jika mungkin kita juga akan belajar dari Anda.

N.B.

Fu Ying傅莹 lahir di daerah otonomi Mongolia Dalam di Tiongkok, pada tahun 1953. alumni Beijing Institute Bahasa Asing (北京外国语学院).

-Tahun 1978-82 Atase di Kedubes RRT di Rumania.

-Tahun 1982-85 Atase di Department ofTranslation and Interpretation, Menlu RRT.

-Tahun 1985-86 Universitas Kent.

-Tahun 1986-90 Third Secretary, Second Secretary and Deputy Director, the Department of Translation and Interpretation, Menlu RRT

-Tahun 1990-92 Deputy Director and First Secretary, the Department of Asian Affairs, Menlu RRT

-Tahun 1992-93 Staff Member, United Nations Transitional Authority di Kambodia.

-Tahun 1993-97 First Secretary, Director and Counsellor, Department of Asian Affairs, Menlu RRT.

-Tahun 1997-1998 Minister Counsellor, di Kedubes RRT di Indonesia.

-Tahun 1998-2000 Kedubes RRT di Philipina.

-Tahun 2000-03 Director-General, Department of Asian Affairs, Menlu RRT.

-Tahun 2003-07 Kedubes di Australia.

-Maret Tahun 2007-2010 Kedubes di Inggris.

-Tahun 2010-kini Wakil Menlu RRT

( Bersambung ...)

Sumber :

Interview with China's Vice Minister of Foreign Affairs, Der Spiegel 08/22/2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun