Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bagaimana Kiranya Peran RRT dalam Dua Dekade yang akan Datang di Dunia dan Siapa dan Apa Peran Intelektual dalam Negerinya (9)

3 Juli 2014   04:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Justin Yifu Lin (林毅夫)

Justin Yifu Lin, kini tinggal di Beijing sebagai Konselor Departemen Luar Negeri Tiongkok (2013, istrinya bernama Chen Yunying (云英) berputra-putri 2 orang.  Pada 2008 ditunjuk sebagai Kepala Bagian Ekonomi Bank Dunia, menjadi seorang warga negara Tiongkok yang pertama untuk menempati posisi tertinggi dalam sebuah organisasi multi lateral. Penunjukkan ini tepat pada masa krisis finansial dunia, yang nampak di media Tiongkok dan internasional sebagai refleksi dari pergeseran kekuasaan pada Tiongkok.

Lin secara konsisten optimis untuk potensi berkelanjutan atas pertumbuhan Tiongkok, bahkan pada saat itu banyak ekonom yang kurang yakin atas prospek pertumbuhan Tiongkok. Lin masih tetap teguh atas pandangannya dan meramalkan bahwa Tiongkok masih bisa mempertahankan pertumbuhan tahunannya 9% untuk dua dekade didepan dan bahkan untuk tahun-tahun selanjutnya.

Dalam Bank Dunia/Komisi Nasional Reformasi Pembangunan Lin berperan serta dalam membuat laporan tentang Tiongkok 2030. Dalam laporannya ini isinya tidak ada satupun yang menyerukan untuk melakukan reformasi radikal, sebaliknya justru memberikan saran yang provokatif bagaimana Tiongkok dapat memanfaatkan keterbelakangannya untuk mengejar kemajuan Barat. Maka dapat dikatakan bahwa dia merupakan tandingan dari seruan strategi radikal untuk mengadakan perubahan yang dikemukakan oleh Yu Yongding.

Lin dalam tulisannya mengatakan bahwa ketika Tiongkok melakukan perencanaan untuk memulai transisi menuju ekonomi yang berorientasi pasar pada tahun 1979, negara dalam keadaan miskin dengan pendapatan per kapita US$ 182 dan ketergantungan perdagangan (trade to GDP) rasionya 11,2%. Tapi setelah itu kinerja ekonomi Tiongkok meankjubkan. Selama periode 30 tahun ini, pertumbuhan per tahunnya rata-rata 9,9% dan per tahun pertumbuhan perdagangan internasional 16,3%.

Kini Tiongkok telah menjadi negara berpenghasilan menengah, dengan pendapatan per kapita US$ 5.400 pada 2011 dan lebih dari 600 juta orang telah terentas dari kemiskinan. Ketergantungan terhadap perdagangan telah melampaui 50%, tertinggi diantara negara ekonomi besar dunia. Pada 2009 Tiongkok telah mengambil alih kedudukan Jepang sebagai ekonomi besar ke 2 didunia dan mengambil alih kedudukan Jerman. Pasar untuk mobil terbesar didunia dan Shanghai sebagai pelabuhan laut tersibuk dunia dengan ukuran tonase sejak tahun 2005. Pertumbuhan spektakuler  selama tiga dekade  terakhir ini telah jauh melampaui apa yang diharapkan siapapun saat awal transisi, termasuk Deng Xiaoping arsitek reformasi dan politik keterbukaan Tiongkok.

Pendapat tentang kesuksesan Tiongkok untuk pertumbuhan di masa depan sangat bervariasi. Salah satu pandangan menyatakan bahwa Tiongkok akan melampaui AS pada tahun 2030 atau bahkan akan lebih awal. Pandangan lain adalah bahwa perekonomian Tiongkok bisa runtuh setiap saat. Pandangan mana yang lebih masuk akal? Untuk menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman faktor-faktor kunci apa yang menjadi penentu pertumbuhan Tiongkok.

Menurut Lin faktor-faktor penentu untuk pertumbuhan ekonomi dari perspektif fungsi produksi, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh hal-hal berikut :

-Faktor-faktor Produksi. Dalam ilmu ekonomi, faktor-faktor produksi itu termasuk sumber daya alam (SDA), tenaga kerja, dan modal. Jika faktor-faktor produksi meningkat proposional, maka output juga akan demikian. Tapi dalam masyarakat modern karena SDA dibatasi oleh wilayah negara, maka dapat dianggap sebagai yang tetap (fixed). Peningkatan tenaga kerja dibatasi oleh pertumbuhan penduduk. Maka Modal merupakan yang sangat variabel dari tiga ini. Sejak Tiongkok mencanangkan reformasi dan keterbukaan, investasi dan tabungan telah melampaui 40% dari PDB per tahun. Untuk beberapa negara angka tersebut hanya berkisar 10-15%, untuk negara Afrika bahkan hampir mendekati angka nol. Dari faktor-faktor produksi, modal menjadi yang paling penting untuk pertumbuhan ekonomi.

-Struktur Industri. Jika faktor-faktor industri dialokasikan untuk industri dengan nilai tambah tinggi, maka output juga akan meningkat. Jadi struktur industri juga menentukan pertumbuhan ekonomi. Mengerakkan faktor prioduksi ke sektor nilai tambah tinggi, maka perekonomian akan tumbuh bahkan tanpa meningkatkan faktor-faktor tersebut.

-Teknologi, adalah penentu besar lainnya. Kemajuan teknologi dapat membawa produktivitas lebih tinggi, bahkan disaat struktur industri dan faktor-faktor produksi tetap dan tidak berubah. Dengan teknologi yang lebih baik output teknologi dan pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

-Institusi, dengan input produktif tersebut diatas, bila struktur industri dan teknologi, begitu dapat dibangun menjadi suatu produksi yang memungkinkan, maka output ekonomi yang maximum akan diperoleh. Seberapa dekat untuk mencapai maximum tergantung pada institusi/lembaga yang dapat membantu dalam meningkatkan tenaga kerja, menggunakan sumber daya secara effektif dan mengadopsi teknologi tepat guna.

Pentingnya Teknologi Baru

Diantara empat faktor penentu diatas, teknologi menjadi yang terpenting dalam praktek. Untuk ketiga faktor penentu lainnya, dalam suatu derajat tertentu akan menjadi mempercepat perubahan teknologi. Tanah dan SDA pada dasarnya tetap dan pertumbuhan tenaga kerja masih agak terbatas. Bahkan jika modal terakumulasi dengan kecepatan tinggi, akan terjadi law of diminishing returns atau hukum dengan peningkatan biaya (hukum penting ekonomi mikro), kecuali jika ada kemajuan teknologi, maka retruns akan menurun. Akibatnya antusiasme untuk mengumpulkan modal akan menurun juga. Keculai jika kemajuan teknologi pada kecepatan tertentu akan memberi effek pada diminishing returns dapat dihindari dalam mempertahankan antusiasme untuk mengakumulasi modal.Tanpa teknologi baru tidak akan ada industri dengan nilai tambah tinggi, jadi upgrading industri adalah sesuatu yang diharuskan. Kini hampir semua industri dengan nilai tambah tinggi seperti elektronik dan bio-engineering merupakan hasil dari penemuan, inovasi, dan teknologi baru. Hanya dengan penemuan teknologi yang konstan barulah akan ada industri baru dengan nilai tambah tinggi. Didorong oleh returns yang tinggi, bisnis akan berinvestasi di sektor-sektor yang sedang berkembang, yang pada akhirnya akan mengarah pada upgrading industri.

Perbaikan kelembagaan (institutional) adalah suatu yang sangat penting. Hal itu tidak seperti akumulasi modal, upgrading industri, atau teknologi canggih, yang semuanya didorong oleh keuntungan, perbaikan kelembagaan adalah proses pasif. Seperti apa yang dikatakan Marx, dasar itu menentukan suprastruktur dan sebagian dari superstruktur, intitusi/lembaga harus sesuai dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya . Sebagaimana telah disebutkan diatas, perubahan teknologi akan mengubah berbagai ekspek dasar, menuntut perbaikan kelembagaan. Jadi kemajuan teknologi merupakan prasyarat untuk perbaikan kelembagaan.

Singkat kata, potensi pertumbuhan ekonomi sebagian besar tergantung pada kemajuan teknologi. Selama lebih dari satu milenium sebelum abad ke18, pertumbuhan tercepat tahunan rata-rata PDB per kapita hanya 0.05%, bahkan untuk negara-negara paling maju Eropa. Jadi butuh waktu 1400 tahun untuk menggandakan pendapatan per kapita. Setelah Revolusi Industri, tingkat teknologi inovasi memuncak diseluruh Eropa. Akibatnya pertumbuhan pendapatan per kapita di abad ke18 dan ke19 meningkat menjadi 1%. Jadi dalam periode ini dibutuhkan 70 tahun untuk melipatgandakan pendapatan per kapita.

Pada abad ke20 pertumbuhan pendapatan per kapita naik menjadi 2%--- 40 kali dari sebelum Revolusi Industri. Jadi dalam periode ini hanya membutuhkan waktu 35 tahun atau sedikit dari satu generasi untuk melipatgandakan pendapatan per kapita. Perubahan cepat seperti diatas menggambarkan peran penting teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk memahami potensi bagi pengembangan masa depan Tiongkok, maka memerlukan menjajaki kemungkinan untuk mengadakan perubahan Teknologi di Tiongkok.

Inovasi di Negara-negara Berkembang

Ada dua jenis invovasi teknologi yaitu Produk dan Proses. Dengan inovasi produk, produk baru seperti komputer menggantikan produk lama seperti Sipoa. Dengan inovasi proses, produk tetap sama namun diproduksi dengan biaya lebih effektif dan effisien. Misalnya Ford Motor, pada awal-awalnya mengadopsi effisiensi tinggi untuk jalur perakitan dalam menggantikan metode kerajinan tangan tradisional untuk memproduksi mobil yang dapat dijangkau untuk pasaran massal.

Keduanya, inovasi produk dan inovasi proses dapat berasal dari penelitian dan pengembangan (R&D) dalam negeri atau meminjam dari luar negeri. Inovasi tidak selalu harus melibatkan teknologi baru, setiap negara cendrung berbeda-beda untuk memilih mekanisme inovasi yang berbeda. Untuk negara-negara paling maju seperti Jerman, Jepang dan AS yang menikmati tidak hanya pendapatan kapita yang tertinggi tapi juga teknologi termaju dimana R&D menjadi satu-satunya pilihan untuk inovasi. Tapi di negara-negara berkembang yang tertinggal dari negara maju memiliki pilihan lain untuk inovasi di sebagian besar industrinya, termasuk mengimpor teknologi, meng-copy, dan membeli lisensi hak paten.

Untuk negara-negara yang sedang berkembang seperti Tiongkok, memperkenalkan teknologi dari negara maju pada umumnya akan lebih disukai, jika itu tersedia.  Kebanyakan perlindungan hak paten untuk suatu teknologi baru ini hanya selama 20 tahun atau kurang, dalam prakteknya karena teknologi cepat kemajuannya, maka biasanya harganya bisa rendah atau bahkan tidak ada untuk sebagian besar teknologi yang diciptakan 10 tahun yang lalu. Dan untuk teknologi yang lebih baru untuk beberapa data  menunjukkan bahwa biaya lisensinya tidak lebih dari 30% dari biaya asli R&D mereka. Jadi dengan mempertimbangkan semua biaya kegagalan dalam percobaan, hal ini akan menjadi kurang dari 1% biaya R&D untuk lisensi teknologi baru.

Keuntungan Dari Teknologi Pinjaman

Dengan memperkenalkan teknologi canggih dan pengalaman dari negara maju, negara sedang berkembang dapat berinovasi lebih cepat dengan biaya yang lebih rendah dan dengan resiko yang kecil. Inovasi teknologi akan mengarah pada peningkatan effisiensi, lebih tinggi pengembalian modalnya, akumulasi modal yang lebih cepat, dan peningkatan industri industri dan pertumbuhan ekonomi.  Dengan pertimbangan berapa lama bagi negara-negara diseluruh dunia untuk menggandakan PDB mereka dalam fase pertumbuhan yang cepat setelah Revolusi Industri : Inggeris memerlukan 58 tahun (1780-1838), AS 47 tahun (18339-86), Jepang 34 tahun (1885-1919), Turki 20 tahun (1957-77), Brazil 18 tahun (1961-79), Korsel 11 tahun (1966-77) dan Tiongkok 10 tahun (1977-87).

Dengan kata lain, bagi yang lebih akhir ekonominya memasuki fase pertumbuhan yang cepat, terlihat makin pendek waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan outputnya. Seperti yang sudah dibahas diatas, negara-negara industri mampu meningkatkan PDB per kapita sekitar 1% per tahun dalam abad setelah Revolusi Industri dan sekitar 2% per  tahun pada abad ke20. Sebaliknya, negara berkembang yang sukses termasuk Jepang, 4 Macan Asia dan Tiongkok pasca Reformasi mampu meningkatkan PDB per kapita sebesar 8% per tahun pada paruh kedua abad ke20.

Setelah Perang Dunia II, Macan Asia dan Tiongkok pada awalnya start dari titik yang sama. Tetapi pada tahun 1980an Macan Asia telah menjadi negara industri baru dengan pendapatan per kapita sekitar 1/3 dari AS. Alasan utama dikarenakan mereka bisa memanfaatkan dengan baik pada teknologi pinjaman dan peningkatan industri. Pada 1950an kebanyakan rakyat di 4 Macan Asia adalah petani. Dengan terus berkenalan dengan teknologi baru dan industri baru, tenaga kerja beralih ke industri penambahan nilai tinggi termasuk jasa. Akibatnya pengembalian modal di industri tersebut meningkat, cepat terjadi akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi mulai makin lama makin membesar.

Kunci Untuk Mempertahankan Pertumbuhan Cepat

Tidak ada negara selain Tiongkok yang telah mempertahankan pertumbuhan tahunan sebesar 9% untuk lebih dari 3 dekade. Bisakah Tiongkok terus tumbuh dengan cepat untuk 2 dekade yang akan datang atau bahkan mungkin akan lebih lama lagi? Jawabannya tidak didasarkan pada seberapa perkiraan optimistik tapi pada potensial keuntungan dari keterbelakangan. Adalah benar. Pada 2008 pendapatan per kapita  Tiongkok adalah 21% dari AS, diukur dari daya beli paritas oleh Maddison estimates.*  (*The national statistics used in this and the next paragraph are taken from Angus Maddison’s Historical Statistics of the World Economy: 1–2008 AD, available at http://www.ggdc.net/maddison/Historical_Statistics/horizontal-file_02-2010.xls.)Kesenjangan pendapatan antara Tiongkok dan AS menunjukkan masih ada kesenjangsan teknologi yang besar antara Tiongkok dan negara-negara industri. Sehingga Tiongkok dapat terus menikmati keuntungan dari keterbelakangan sebelum menutup jurang ini.

Menurut perkiraan Maddison menunjukkan status Tiongkok saat ini relatif terhadap AS mirip dengan Jepang pada tahun 1951, dengan Singapura tahun 1967, dengan Taiwan pada 1975, dengan Korsel 1977. PDB tumbuh sebesar 9,2% di Jepang antara 1951 - 1971, dengan Singapura 8,6% antara 1967 – 1987, sebesar 8,3% di Taiwan antara 1975 – 1995, dan 7,6% di Korsel antara 1977 -1997. Strategi pembangunan Tiongkok setelah reformasi pada 1979 mirip dengan Jepang, Singapura, Korsel dan Taiwan. Sehingga memiliki potensi untuk mencapai 20 tahun untuk tumbuh 8% . Pendapatan per kapita Jepang diukur dalam paritas daya beli adalah 65,6% dari AS pada 1971, Singapura 53,8% pada 1987, Taiwan 54,2% pada 1995, dan Korsel 50,2% pada tahun 1997. 20 tahun dari sekarang ( 2012 ) pendapatan per kapita Tiongkok diukur dalam paritas daya beli dapat mencapai sekitar 50% dari pendapatan per kapita AS. Diukur dengan power parity pembelian, ekonomi Tiongkok mungkin pada 2030 menjadi dua kali lebih besar dari AS. Diukur dengan nilai tukar pasar (market exchange rate) akan tergantung berapa cepat Tiongkok menilai kembali mata uangnya, mungkin setidaknya akan sama ukurannya seperti apa yang dilakukan AS.

(Bersambung....)

Sumber :

http://www.1688.com.au/site1/news/forum/2012/03/31/172295.shtml

http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%9E%97%E6%AF%85%E5%A4%AB

http://english.pku.edu.cn/News_Events/News/Campus/9455.htm

China 3.0 Mark Leonard

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun