Kisah Pembelotan Tentara Teladan Taiwan ke RRT
Lalu siapakah Justin Yifu Lin(林毅夫) ? Lin terlahir 15 Oktober 1952 dengan nama Lin Zhengyi (林正义)di desa Yilan, Taiwan. Kemudian mengganti nama menjadi Lin Zhengyi (林正谊/dengan aksara terakhir yang berbeda). Lahir dari keluarga miskin, ibunya hidup dari mencuci baju. Lin Yifu setelah lulus SMP & SMU Yilan (宜蘭中學). Setiap pulang sekolah Lin harus ke Rumah Sakit Yilan (宜兰新生综合医院) untuk memberi makan babi. Berhubung disekitar rumahnya pada malam hari ada pasar kaget suasananya berisik, maka sepulangnya kerumah dia cepat-cepat tidur, setelah tengah malam suasana sepi bangun untuk belajar hingga subuh, dia rajin sekali belajar hingga berprestasi baik. Lulus dari SMP Yilan lamgsung diterima di SMU disekolahan yang sama tanpa ikut ujian seleksi. 1971 setelah mengikuti Ujian Masuk Universitas Bersama, terpilih masuk di Taiwan National University College of Agricultural Engineering, Water Conservancy Group (国立台湾大学农学院农业工程系水利组).
Selama kuliah di Universitas Taiwan (NTU) ini, Lin aktif dan sangat dikenal dalam gerakan organisasi kemahasiswaan. Pada saat Taiwan dikeluarkan dari PBB, Lin pernah menjadi ketua dari perwakilan mahasiswa tingkat satu, pernah menjadi penggerak “mogok makan dalam kampus”. Pada saat diskusi tentang “Menentang Masuknya RTT Dalam PBB” menyerukan para peserta diskusi untuk berdemontrasi dan mengajak semua rakyat Taiwan untuk mengadakan pawai untuk menyatakan protes atas peristiwa itu. Tapi sebenarnya pada saat itu dimana para mahasiswa Universitas Taiwan (NTU) yang sedang hangat-hangatnya memperjuangkan demokrasi, masalah bagaimana menolong status Taiwan didunia internasional tidaklah terlalu semangat. Selain itu pemerintah Taiwan juga tidak ingin mahasiswa terlalu ikut aktif dalam hal ini, jadi usulan Lin dianggap tidak terlalu penting.
Pada musim dingin 1971, pada semester akhir pertama saat para mahasiswa baru dilatih kewiraan/kemiliteran, pada akhir pekan ke5 latihan ini Lin menghadap komandan lapangan dan memutuskan untuk tidak meneruskan kuliah di NTU. Pada waktu itu kebanyakan mahasiswa lebih mengharapkan untuk bisa kuliah ke AS, sedang yang berkeinginan seperti Lin ini sungguh sangat langka. Kebetulan pihak militer sedang menyerukan menghimbau para pemuda untuk mau bergabung menjadi militer, jadi permintaan Lin ini langsung diterima, bahkan Lin menjadi alat propaganda dan menjadi seperti seorang bintang selebriti. Pada waktu itu Kepala Staff Lai Ming Tang (賴名湯) saat mendengar kabar Lin dengan sukarela meninggalkan bangku kuliah dan memutuskan menjadi militer, Lai Ming Tang mengatakan “Setelah mendengar kata hati Lin Zhengyi, telah menyetuh hati semua hadirin, ini adalah suatu bukti kuat bahwa Republik Tiongkok (Taiwan) akan menjadi kuat, karena negara kita memiliki darah muda yang macam ini sangat banyak”. Dua hari setelah kejadian ini, seorang mahasiswa bernama Tao Limin (陶立民) dari Institut Teknologi Datong (大同工学院) jurusan Kimia Teknik yang juga ikut dalam kamp latihan ini juga menyatakan hal yang sama untuk memutuskan masuk jadi tentara AD. Media ramai memberitakan bahwa peristiwa ini berkat pengaruh dari keputusan Lin Zhengyi. Pada 4 maret 1972, Kastaff Lai Ming Tang atas nama Korp Pemuda Anti Komunis Tiongkok Untuk Penyelamatan Negara yang dikepalai oleh Jiang Jinguo (蒋经国) memberi penghargaan kepada Lin Zhengyi “Outstanding Youth Medal”.
Lin Zhengyi yang semestinya diminta untuk kuliah di Institut Teknologi Chung Cheng (中正理工学院 ), sengaja memohon kepada Jenderal Lai Mingtang untuk dimasukkan pada Akademi Perwira AD. Pada 1975 lulus dengan ranking ke2 untuk angkatan ke44 dari akademi tersebut. Setelah lulus Lin betugas di akademi tersebut sebagai komandan peleton, dan menikah dengan Chen Yunyin (陳雲英) seorang lulusan dari Universitas Politik Nasional jurusan Bahasa Chinese, setahun kemudian melahirkan seorang anak.
Ketika Lin masih pada masa kuliah, Jiang Jingguo dipromosikan menjadi PM Taiwan. Mengingat dari almamater yang sama dan sejalan dengan strategi politik elite Jiang Jingguo yang akan memakai tokoh setempat., maka Lin menjadi perhatian dia. Jiang Jingguo berpesan kepada murid kepercayaannya, ketika itu sebagai Dikrektur Jendral Politik Peperangan(warfare) Wang Sheng (王昇) harus memperhatikan Lin Zhengyi dengan baik, dengan tidak perlu tergesa-gesa menugaskan untuk membawa pasukan, melainkan melatih Lin untuk bidang keuangan pertahanan militer dan menugaskan belajar di Institut Nasional Businis & Management (国立政治大学企业管理研究所).
Pada musim panas 1978, Lin Zhengyi mengganti nama dari 林正義menjadi林正誼 dengan lafal sama tapi berbeda aksara, karena saat lulus sebagai MBA dan ditugaskan dikesatuan, komandannya bernama sama, untuk membedakan maka berganti nama.
Pada 16 Desember 1978, AS dengan resmi menanda tangani persetujuan dengan RRT, yang menetapkan sejak 1 januari 1979 resmi mengadakan hubungan diplomasi, dan memutuskan hubungan dengan Republik Tiongkok Taiwan. Pada Desember tahun itu Deng Xiaoping naik tahta lagi, dan kebijakan dan hubungan antara RRT dan Taiwan mulai berubah lebih baik. 1979 RRT mengakui rakyat Taiwan sebagai kerabat sebangsa, Menhan RRT Xu Xiangqian(徐向前) mengumumkan mengakhiri permusuhan militer di Jinmen (金门) dengan Taiwan yang sudah berlangsung lebih 20 tahunan. Permusuhan militer dan politik selama 30 tahunan pelan-pelan mencair.
16 Pebruari 1979, Lin menjabat sebagai Komandan Pertahanan Divisi 284 Jinmen dengan pangkat kapten di Masan (馬山). Masan ini terletak diujung tanduk kepulauan utama Jinmen, jaraknya hanya 2 km dari Pos militer RRT di Fujien (福建白河口). Masan ini menjadi garis terdepan dalam perang propaganda dengan pengeras suara besar dari daratan Taiwan dan Tiongkok daratan. Maka di Masan komandan militer setempat sering mengadakan pemerikasaan terhadap eksekutif dan tamu asing yang datang di tempat tersebut. Maka hanya perwira pilihan dan yang terbaik yang ditugaskan ditempat ini. Dan tidak heran jika Jiang Jingguo sangat mempercayai Lin Zhengyi yang warga negara asli Taiwan ini sebagai komandan ditempat ini.
Membelot Ke Tiongkok Daratan ( RRT )
16 Mei 1979 malam, setelah seminggu cuti mengujungi keluarganya, Lin dikabarkan “membawa” kontong dibadannya berisi semua identitas militer dan semua kode militer, berenang 2 km menyeberang ke Xiamen bergabung pada tentara RRT. Pembelotan ini tidak menjadi kasus karena saat itu kedua belah pihak saling menghimbau tentaranya untuk bisa membelok kepada pihaknya. Hingga 1990 hubungan kedua pihak menjadi makin mencair.
Berikut adalah petikan dari tulisan tentang pembelotan Lin yang ditulis oleh Guan Renjian (管仁健) seorang penulis Taiwan dengan judul : Menyelematkan “Private Ryan” Taiwan/Rescue Taiwan’s “Private Ryan” (抢救台湾的{雷恩大兵}) :
Ketika membelot Lin Yifu seorang komandan kompi 851 AD Taiwan dari Divisi 284, Hou Shou (霍守) sebagai Perwira Kepala Divisi Operasi yang pertama memberi laporan tentang pembelotan Lin. Xiao Rubo (萧如波) sebagai Kepala Poltik Perang dan seorang anggota lagi untuk berpartisipasi dalam penyelidikan kasus pembelotan Lin ini. Komandan Divisi 285 adalah Zhou Zhongnan (周仲南), komandan Brigade 851 adalah Bao Rongping (薄榮萍), komandan Batalion adalah Hou Jinsheng(侯金生). Tiga bulan sebelum terjadinya pembelotan ini Lin Yifu adalah salah satu anggota dari Brigade 852 yang dikomandani oleh Gao Huazhu (高华柱).
Pada saat perayaan makan malam untuk perwira militer pada jam 18:00, tanggal 18 Mei 1979, ditunggu hingga jam 19 Lin sebagai komandan masih belum hadir dalam perjamuan makan malam tersebut. Sehingga membuat semua hadiri jadi gelisah, semua prajurit ditugaskan untuk mencari, tapi hingga larut malam tidak menemukan Lin, maka dibuatlah laporan kepada Divisi. Setelah diadakan di-inventarisasi, ternyata tidak hanya komandan hilang, tapi bendera pertempuran dan semua kode-kode serta informasi rahasia militer juga hilang.
Seluruh anggota divisi lebih dari sepuluh ribu personil dilengkapi dengan 50 senjata laras panjang dikerahkan untuk mencari, lampu-lampu sorot dinyalakan dan Howitzer 105 ddengan peluru flare di tembakkan untuk mencari. Semua benda-benda mengapung di laut yang mencurigakan ditembaki dengan senapan mesin dan juga dengan granat. Tapi hingga hari terang keesok hari ini tetap saja tidak ketemu. 19 Mei diadakan latihan militer besar-besaran dengan 100 ribu prajurit, dan meilibatkan rakyat setempat sebanyak 50 ribu penduduk dengan senjata pentungan mengaduk-aduk semua jengkal tanah di pulau kecil ini untuk diperiksa. Namun hingga beberapa hari juga tidak dapat menemukannya. Akhirnya disimpulkan bahwa Lin dengan bola basket yang diikatkan pada kedua lengannya berenang menyeberang ke daratan Tiongkok.
Dengan pembelotan Lin yang membawa rahasia militer, maka pada Juni 1979 semua anggota divisi 284 dimutasikan dan diganti oleh Divisi 319, serta mengubah semua strategi meliter dan kode-kode militer diseluruh kepulauan tersebut.
Menurut laporan penyelidikan AD Taiwan, pada 16 Mei 1979 malam, Lin dengan mengenakan jaket pelampung, memanfaatkan air laut surut berenang ke ujung tanjung Xiamen yang jaraknya menjadi hanya 2130 meter, hari itu kebetulan saat surut yang paling tinggi, hingga laut menjadi dangkal jadi waktu berenangnya tidak terlalu jauh, hanya memerlukan kurang dari 2 jam sudah bisa mencapai seberang. Pada 14 Mei ketika Lin berpatroli ke petugas pantai berpesan kepada parjurit jaga, dengan menakut-nakuti mereka, “jika kalian melihat ada tentara daratan di laut, bila mereka tidak menyaut saat diteriaki, supaya jangan ditembak, agar jika mereka tewas, arwahnya tidak membalasmu kelak”. Menurut laporan 16 Mei siang hari laut laut pasang hingga sore hari jam 4, jam 10 malam mulai surut. Menurut prajurit jaga pada jam 8:30 malam dia melapor kepada Lin untuk menjemput prajurit pengganti, tapi jam 9:30 ketika akan melapor lagi kepada Lin, dia sudah tidak terlihat lagi di kamarnya. Jadi disimpulkan bahwa Lin berangkat membelot pada antara satu jam itu. Kemudian diketemukan sepasang sepatu basket Lin berada dirawa jalan setapak menuju laut.
Menurut Penuturan Lin
Pada 1980, Lin menulis surat kepada kakak sepupunya Li Jianxing (李建兴) yang kebetulaan ditugaskan di Tokyo-Jepang. Dalam surat ini diceritakan tentang keadaan dia di Tiongkok daratan antara lain sebagai berikut:
Saudara Jianxing:
Pada saat berpisah dengan bibi (saudara perempuan dari ayah Lin yang berkunjung menemui Lin di Tingkok) tidak sempat menanyakan alamat kamu di Tokyo, jadi saya menitipkan surat ini untuk diselundupkan kepadamu, saya benar-benar tidak berharap akan dapat menerima balasan suratmu. Sejak meninggalkan rumah tak terasa sudah lewat satu tahun, tapi saya tetap tidak dapat melupakan keluarga dan anak-anak, dan tidak melupakan memikul tanggung jawab atas keluargaku. Kangen pada rumahku makin hari makin kuat. Dengan membaca surat balasanmu sungguh membuatku lebih merasakan “Surat Keluarga Sungguh Berharga”.
Setelah kembali ke pangkuan pertiwi (RRT) sesungguhnya ingin cepat-cepat memberi kabar kepada keluarga, tapi berhubung mempertimbangkan keselamatan para kerabat saya tidak berani bernuat demikian. Kembalinya aku ke negara pertiwi untuk Taiwan adalah suatu yang yang menyulitkan, dimana aku yang pernah menjadi “selebriti” sebelumnya, dan ini tentu akan menjadi bahan proganda bagi Tiongkok daratan (RRT). Namun untuk keselematan semua kerabatku di Taiwan, atas permintaan aku, dan disetujui oleh oleh organisasi (pihak RRT), asalkan pihak Taiwan tidak menindak dan menganiaya keluarga dan kerabatku, pihak sini setuju bahwa masalah kembalinya aku ke pertiwa tidak akan diumumkan.
Dalam periode waktu ini, organisasi telah mengatur aku untuk mengujungi banyak tempat, Tiongkok daratan dalam bidang pembangunan ekonomi sungguh sangat tertinggal, tarap hidup rakyat sangat rendah, tapi pada dasarnya setiap orang masih bisa cukup sandang pangan, hal ini tidak dapat tidak dikatakan suatu prestasi luar biasa selama 5000 tahun sejarah Tiongkok. Seharusnya pembangunan sosialis Tiongkok bisa berhasil lebih baik, tapi karena kekacauan selama 10 tahun Revolusi Kebudayaan, akibatnya seluruh ekonomi Tiongkok nyaris bangkrut. Kini Tiongkok dari atas sampai kebawah sedang secara realistis mengevaluasi pengalaman membangun negara selama 30 tahun ini, menarik pelajaran darinya untuk berupaya lebih semangat membangun Tiongkok yang modern.
Sejak terjungkalnya “Gang of Four”, semua daratan sedang dengan pesatnya terus maju, rakyat penuh kepercayaan diri dan semangat. Aku percaya orang Tionghoa mempunyai harapan dan memiliki masa depan. Sebagai seorang Tionghoa patut bangga untuk ini, untuk menegakkan kepala dan membusungkan dada untuk tunjukkan kita lebih unggul di dunia. Dengan hobi aku tentang sejarah, aku mengunjungi banyak tempat sejarah yang menarik, tetapi kemegahan dari Tembok Besar, kecantikan Kota Terlarang, tidak banyak meninggalkan kesan yang mendalam dalam pikiranku. Tapi yang paling mengejutkan bagiku adalah Qin Li Bing dan putranya(秦李冰父子) yang membangun bendungan pengairan Dujiangyan (都江堰) (yang dibangun pada 256-251 SM) di Chengdu (成都) pada “Periode Negara-negara Berperang” (476-221 SM). Berkat Dujianyan, Provinsi Sichuan menjadi tanah yang berlimpah, dan bangunan ini sudah dibangun 3000 tahun lalu, tapi hingga kini masih bermanfaat bagi semua mahluk. Ketika aku berdiri ditepi suangai ini, mendengar deburan deras aliran air, aku membanyangkan diriku untuk menjadi seorang pria sejati seperti Li Bing dan putranya yang dapat memberi kebahagiaan untuk umat manusia. Aku berjanji akan memkontribusikan diriku kepada rakyat Tiongkok, agar merasa menjadi layak hidup ini.
Masa depan Taiwan kini berada pada persimpangan jalan, untuk jangka panjang dengan mempertahankan statusnya kini, untuk tujuh juta rakyat Taiwan bukanlah suatu yang tepat. Jadi kemana harusnya generasi saya menuju, saya harus sebisanya memberi pengaruh. Seperti apa yang dikatakan dalam surat kamu, Taiwan tidak harus merdeka, tapi juga tidak harus menjadi tanah jajahan. Lalu Taiwan harusnya menuju kemana? pertanyaan ini sudah lama menjadi pokok pemikiran saya. Berdasarkan pengertian kebudayaan, sejarah, politik, ekonomi dan kemiliteran, saya rasa kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi (RRT) adalah suatu yang diharuskan, juga menjadi satu pilihan yang terbaik.
Sebagai seorang Taiwan, saya sangat cinta atas tanah airku, tempat yang membesarkan saya, saya sangat berharap dapat menyumbangkan segala tanaga diriku untuk kemakmuran, kebahagiaan; Tetapi sebagai seorang Tionghoa, saya rasa Taiwan harus berkontribusi tidak hanya kepada orang Taiwan dan orang Taiwan perantauan Taiwan seharusnya juga lebih berkontribusi kepada sejarah perkembanganTiongkok. Perpecahan secara jangka panjang bagi Taiwan dan daratan tidak menguntungkan, untuk sejarah Tiongkok juga tidak menguntungkan. Maka untuk konteks tidak merugikan kepentingan rakyat Taiwan, dan mempercepat unifikasi Tiongkok, adalah tugas dan tanggung jawab generasi saya.
Sekarang Tiongkok daratan mengakui keberhasilan pembangunan Taiwan atas ekonomi, sosial, budayanya. Dan Tiongkok daratan dalam mengusulkan kebijakan unifikasi Taiwan telah menjamin tetap menghormati sistim yang ada sekarang, dan tidak akan merugikan rakyat Taiwan, tidak akan merubah cara hidup rakyat Taiwan. Dari kontak saya dengan Tiongkok daratan, saya merasakan penuh ketulusan dari pihak berwenangan Tiongkok. Tentu saja bagaimana agar tidak mengurangi standar hidup rakyat Taiwan dan tidak mengubah cara hidup rakyat Taiwan, adalah hal yang sangat komplek. Saya pikir setelah unifikasi, bagi Taiwan pekerjaan yang terpenting adalah dibidang ekonomi. Maka kini saya menyiapkan diri dalam tiga tahun ini untuk belajar baik-baik teori-teori ekonomi.
Di Taiwan meskipun saya pernah dipuji-puji, tapi itu hanya menjadi alat dari Guomintang, bukanlah benar-benar untuk membina saya. Sekarang saya disini sungguh-sungguh diperhatikan dan dibina serta dilatih.
Kini hidup saya kecuali merasa kesepian, tapi pada umumnya sangat memuaskan. Terakhir saat bersamamu di Restoran Wa-wa, saya sebenarnya ingin menitipkan Yunying, Xiaolong, Xiaoling (istri, putra-putrinya) untuk merawatnya, tapi sekarang kamu telah meninggalkan Taiwan. Yunying seorang perempuan merawat dua anak, saya dapat merasakan kesusahannya. Xiaolong kini sudah berumur 3 tahun, saat-saat memerlukan seorang bapak, tapi kini hanya bisa ditemani ibunya saja. Sedang saat Xiaoling lahir, kesempatan untuk melihat bapaknya juga tidak ada. Ibu saya sering sakit, saya belum bisa sekuat tenaga untuk berbakti padanya, kepada mereka saya sungguh minta maaf, tapi saya harap kita sekularga bisa berkumpul kembali pada waktu dekat ini.
Tolong kamu mewakili saya untuk memberi semangat kepada Yunying. Juga minta kakak dan kakak ipar agar mereka bersedia untuk bisa sementara mau menanggung tugas untuk saya, kelak saya akan membalasnya sepuluh, beribu kali kepada mereka. Ulang tahun Yunying 16 Pebruari, Ibu saya Imlek bulan lima, Ayah saya Imlek hari ketujuh bulan kedelapan, Xiaoling kira-kira 5 Agustus? Xiaolong 12 Desember ulang tahunnya. Untuk hari-hari ini tolong bisa mewakili saya untuk mengirimkan hadiah/kado kepada mereka, bagi saya panggilan untuk Yunying ada nama kecilnya – Fangfang, tolong pada kadonya dituliskan dengan nama ini, dia pasti bisa memahaminya.
Kini satu-satunya kerabat yang bisa saya hubungi hanyalah kamu, tapi kamu harus sangat hati-hati, jangan sampai pihak berwenang Partai Guomintang dapat memegang kelemahanmu, agar tidak seumur hidup menyusahkan kamu. Jika ada kabar sebaiknya disampaikan dengan lisan, supaya tidak meningalkan bekas. Saya kira kini kamu sedang sibuk mempersiapkan ujian pada bulan April. Tunggulah hingga ujian selesai barulah berhubungan lagi. Tolong sampaikan salam kepada kakak dan kakak ipar. Akhir kata, marilah kita sebagai orang Taiwan harus mempunyai ambisi, bukan saja harus menjadi majikan di Taiwan, juga menjadi majikan di Tiongkok, agar supaya Tiongkok bersatu, menjadi makmur dan kuat, untuk semua ini kita harus berjuang.
Hormat saya.
Lin Yifu
(Inilah kira-kira isi surat kepada sepupuhnya )
Pada 2010, Lin mengungkapkan bahwa saat pembelotan, dia tidak memakai bola basket, tidak juga membawa kode-kode rahasia militer Taiwan. Dia hanya memakai jaket pelampung penyelamat, kartu idenditas sebagai seorang perewira tentara Taiwan, botol air minum, berenang hampir 3 jam menyeberang ke daratan Tiongkok. Begitu sampai didaratan tidak berani banyak bergerak karena kuatir adanya ranjau-ranjau yang ditanam, maka begitu dia sampai ditepian, dia memberi kode sinyal kepada tentara penjaga dengan lampu senter agar ditangkap.
Menurut penuturan Lin mengapa dia memilih membelot pada 16 Mei 1979, karena menurut peraturan bagi seorang Komadan yang telah meninggalkan tugas kesatuannya sudah 3 bulan dia tidak bertanggung jawab lagi terhadap segala kejadian/kasus khusus pada kesatuannya, bagi seorang Komandan yang bertugas kurang dari 3 bulan dia tidak perlu bertanggung jawab untuk kasus yang bersangkutan. Kebetulan mantan Komandan Divisi sudah pensiun, semua komandan baru diganti. Maka pembelotan akan mengurangi resiko mereka. Tapi keputusan itu sangat berat baginya, karena anak bungsunya belum lahir.
Pendapat Para Sahabat Dan Teman
Menurut pendapat teman mahasiswa Lin di NTU--Zheng Hongsheng, ”Lin Yifu : Walaupun putus asa terhadap Taiwan, tapi dia tidak hilang perhatiannya terhadap Taiwan. Bahkan dia mempunyai pengetahuan baru terhadap Taiwan harus bersatu dengan Tiongkok daratan. Itulah yang mendorong Lin bertekad dengan resiko kehilangan nyawa berenang ke daratan Tiongkok. Dalam diskusi dalam kampus Zheng mengatakan bahwa pada derajat tertentu dia dapat mengerti keputusan Lin, setelah masuk dalam angkatan militer, Lin dapat merasakan keterbelakangan dan korupsi yang terjadi didalamnya, sebagai seorang darah muda yang bersemangat tinggi hal tersebut menjadi suatu letupan jiwa yang tiada taranya.”
Pada 5 Mei 2002 mantan komandan Hou Jinsheng (侯金生) dalam media melaporkan: ..... Lin Yifu pada tahun itu merupakan salah satu perwira binaan harapan pemerintah, maka tidak heran jika perhatian publik cukup besar, pada saat masa depannya yang menjanjikan, Lin membelot ke Tiongkok daratan. Sehingga terjadi berita hangat disemua kalangan dan media. Pada tahun itu ketika Hou berumur 34 tahun mengundurkan diri minta pensisun dari angkatan bersenjata, tetapi pengunduran dirinya ini tidak ada kaitannya dengan pembelotan Lin, juga menyatakan secara resmi tidak adanya segala tekanan dari pihak lain itu keputusannya. Hou menyatakan bahwa dia mengajukan surat permohon berhenti dari angkatan bersenjata atas kemauannya sendiri.
Kisah Masuk Kuliah di Universitas Beijing & Universitas Chicago
( Bersambung..... )
Sumber :
http://www.1688.com.au/site1/news/forum/2012/03/31/172295.shtml
http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%9E%97%E6%AF%85%E5%A4%AB
http://english.pku.edu.cn/News_Events/News/Campus/9455.htm
http://mypaper.pchome.com.tw/kuan0416/post/1281895894 搶救台灣的{雷恩大兵}(管仁健/著)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H