Baru-baru ini Tiongkok dengan proaktif memperpanjang “cabang zaitun” ke TPP. Pada 8 Oktober ’14, wakil Menteri Keuangan Tiongkok Zhu Guangyao mengatakan bahwa Tiongkok terbuka untuk bergabung dengan TPP. Dan mengingatkan untuk kepentingan ekonomi Tiongkok, semua kelompok perdagangan yang tidak memasukkan Tiongkok akan tidak “lengkap”. Tiongkok dan AS seharusnya dapat menghindari kutukan sejarah zero-sum untuk persaingan antara dua negara kuat, yang hanya akan merusak kedua negara.
He Maochun (何茂春) Director of Institute of Economy and Foreign Relations at Tsinghua University (Direktur Institue Ekonomi & Hubungan Luar Negeri Universitas Qinghua) mengemukakan, AS sebenarnya ingin terus bekerja sama dengan Tiongkok. Mempertahankan dan berkompetisi yang telah masuk dalam jalur pembangunan AS. Jadi sebab itu AS memperkenan Tiongkok masuk WTO dan melaksanakan implementasi sistim dialog strategis dan ekonomi. Dengan cara ini, meskipun Tiongkok adalah pesaing, tapi masih ada ketergantungan, dan Tiongkok masih bisa mendorong pertumbuhan kedua belah pihak masing-masing. Untuk masalah besar, kedua belah pihak masih bisa bekerja sama, dan inilah satu-satunya cara untuk mewakili kepentingan AS yang sebenarnya.
Namun, negosiasi TPP belum berjalan dengan lancar. Pada 27 Oktober’14 babak baru Pertemuan Menteri TPP berakhir di Australia. Perbedaan pendapat yang cukup besar dalam hal negosiasi untuk akses pasar masih ada diantara mereka yang hadir dalam pertemuan, dan aturan-aturan untuk properti intelektual, area untuk BUMN juga belum ditentukan.
AS dan Jepang memiliki pandangan yang berbeda terutama dalam hal akses bagi produk-produk pertanian dan industri otomotif. Zhao Lei mengatakan: AS juga memikirkan kembali TPP, diharapkan TPP bisa terbuka, jadi bukannya bahwa Tiongkok tidak memiliki kesempatan bagi AS untuk mendiskusikan Tiongkok untuk bergabung dengan TPP, tapi ini adalah kemitraan standar yang tinggi seperti klub orang kaya. Jadi apa yang bisa diharapkan untuk dijadikan optimisme orang? Bahwa pada dua putaran TPP dan RCEP keduanya bermanfaat dalam pembentukan FTAAP. Tapi seperti apa yang Zhao Lei amati secara pribadi, ia telah memperhatikan bahwa mereka memiliki konflik besar. Jadi karakteristik organisasi sangat jelas sekali, tapi kita mengatakan bahwa masih ada ketidak pastian dalam pengembangan masa depan.
Steve Glickman Prof pada Georgetown University mengatakan: Saya pikir AS dan Tiongkok memiliki perspektif yang berbeda tentang bagaimana mereka dalam melihat hasil dari kedua perjanjian perdagangan itu, saya pikir kini TPP pimpinan AS akan sedikit lebih jauh daripada RCEP pinpiman Tiongkok. Tapi mereka berdua akhirnya akan mencapai suatu tujuan yang sama yaitu bagaimana mengintegrasikan AS, Jepang, Tiongkok dan negara-negara lain di Asia Timur dalam pengaturan ekonomi yang memungkinkan aliran bebas barang yang akan memungkinkan perusahaan untuk tumbuh dan menciptakan lebih banyak pekerjaan dalam semua negara-negara, jadi tujuannya sangat selaras.
Keputusan yang menghadapkan Tiongkok dengan TPP mencerminkan ketidak berdayaan dan kompromi dari negara berkembang menghadapi ‘standar” dan aturan” Barat. Dalam masyarakat modern terlepas atau tidak perduli dari berapa banyak kekuatan utama yang tidak setuju, mereka tidak akan terburu-buru untuk menggunakan kekautaan militer, mereka lebih sering menggunakan metode ekonomi untuk mengotrol lawan. Berhubung dengan itu memperoleh inisiatif di area ekonomi adalah lebih penting. Dan dalam rangka untuk mendapatkan inisiatif, yang pertama harus berkemampuan untuk membuat peraturan.
( Bersambung ....... )
Sumber : Berbagai Media Tulis dan TV Internasional
-http://en.wikipedia.org/wiki/Asia-Pacific_Economic_Cooperation
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29999782
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29983948
-http://www.bbc.com/news/world-asia-china-29957115
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29983537
-http://www.xinhuanet.com/world/2014apec/
-http://www.xinhuanet.com/world/2014apec/
-http://news.xinhuanet.com/photo/2014-11/11/c_127199600.htm
-http://www.fmprc.gov.cn/mfa_chn/gjhdq_603914/gjhdqzz_609676/lhg_609918/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H