Hubungan Arab Saudi dan Iran
Di Timteng Arab Saudi dan Iran dua negara besar yang sama-sama bernuansa agama yang sama Islam. Namun mereka berdua tergolong pada faksi yang berbeda. Arab Saudi berpopulasi sekitar 24 juta, 85% berfaksi Sunni, dan 15% Syiah. Iran berpolulasi 85 juta dan 91% adalah berfaksi Syiah dan 7,8% Sunni.
Tapi apa yang menjadi dasar dari konflik di Timteng? Memang banyak konflik yang mendasar, tapi yang paling utama dan yang sangat memiliki koneksitas serta yang paling berakar, adalah konflik antara Syiah dan Sunni.
Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak pernah berkata di sebuah acara TV pada tahun 2006, mengatakan : “Banyak pengikut Syiah Mesir yang lebih setia kepada Iran daripada pada negara mereka (Mesir).” Dan ini yang menjadi kekhawatiran Arab Saudi sebagai negara Sunni.
Bila kita amati sebelah bagian timur Arab Saudi, provinsi dimana sebagian besar minyak Saudi diproduksi. Disana juga ada minoritas Syiah Arab Saudi tinggal, mereka memiliki hubungan yang bermasalah dengan pemerintah.
Apa yang menjadi keluhan utama Syrah di timur Arab Saudi? Mengapa terlihat adanya kebencian abadi terhadap Syiah? Karena sejak berdirinya Arab Saudi, tidak ada menteri dari kaum Syiah bahkan sebagai deputipun belum pernah ada. Demikian menurut Waleed Suais, seorang aktivis Human Right Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi sebenarnya khawatir poluplasi Syiah domestik akan membentuk aliansi dengan Iran yang membuat ketidak stabilan dalam negeri. Jadi pertarungan antara faksi agama merupakan salah satu akar dari kebuntuhan antara Arab Saudi dan Iran.
Namun, bagaimanapun Arab Saudi dan Iran pernah terjalin hubungan baik dan mengalami masa bulan madu.
Pada 1929, Arab Saudi dan Iran terjalin hubungan diplomatik, dan menanda tangani perjanjian persahabatan. Namun karena faktor-faktor perbedaan agama, dan pengakuan Iran terhadap negara Israel, hubungan mereka menjadi tidak terlalu aktif.
Pada tahun1960an, setelah Raja Faisal dari Arab Saudi dan Shah Iran Reza Pahlevi saling mengujungi satu sama lain, hubungan kedua negara ini mulai cair dan hangat. Dan perlu diingatkan pada waktu itu kedua negara ini menjadi negara sekutu AS.
Membicarakan tentang konflik agama, tapi jika kita mengingat 40 tahun yang lalu pada tahun 1970an, saat itu Iran masih dibawah sistem Shah. Arab Saudi dan Iran menjadi nagara sahabat yang paling dekat. Iran disebut “Polisi Teluk” karena melindungi Arab Saudi.