Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Modernisasi Gaya Tiongkok dan Inovasi Teoritis Independen Ekonomi Struktural Baru (2)

11 Desember 2023   19:11 Diperbarui: 11 Desember 2023   20:10 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, kapan dunia akan mencapai kondisi stabil baru?

Menurut pandangan Lin Yifu Tiongkok harus menunggu sampai PDB per kapita Tiongkok mencapai setengah PDB per kapita AS.

Karena ketika PDB per kapita Tiongkok mencapai setengah dari AS, karena jumlah penduduk Tiongkok empat kali lipat dari AS, maka besaran perekonomian Tiongkok menjadi dua kali lipat dari AS. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal.

Yang lebih penting lagi, masih ada beberapa daerah yang relatif maju di Tiongkok, seperti Beijing, Tianjin, Shanghai, 3 kota dan 5 provinsi di pantai timur Shandong, Jiangsu, Zhejiang, Fujian, dan Guangdong.

Jumlah penduduk di wilayah tersebut dan AS setara dengan 400 juta orang. Meskipun PDB per kapita nasional Tiongkok hanya setengah dari PDB per kapita AS, tapi PDB per kapita ketiga kota dan lima provinsi tersebut mungkin akan mencapai tingkat yang sama dengan AS.

PDB per kapita mencerminkan produktivitas tenaga kerja rata-rata, yaitu rata-rata tingkat industri dan teknologi. Oleh karena itu, ketika PDB per kapita wilayah tersebut mencapai setingkat AS, berarti AS akan kesulitan menekan Tiongkok karena wilayah tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang sebanding dengan AS.

Perdagangan merupakan hal yang saling menguntungkan, dan dalam perdagangan, negara-negara kecil umumnya memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan negara-negara besar.

Karena perekonomian Tiongkok lebih besar, ini berarti AS akan memperoleh lebih banyak keuntungan dari perdagangan Tiongkok-AS.

Selain itu, meskipun tingkat pendapatan dan teknologi di AS tinggi, inovasi teknologi tidak terjadi dalam ruang hampa, namun membutuhkan investasi penelitian dan pengembangan yang besar. Berapa banyak kia berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan bergantung pada seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.

Tiongkok adalah pasar terbesar di dunia, dua kali lebih besar dari pasar AS. Jika ada pasar Tiongkok, perusahaan-perusahaan ini dapat memperoleh keuntungan dan terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk mempertahankan kepemimpinan teknologi mereka. Tanpa pasar Tiongkok, mereka akan kehilangan keuntungan, kehilangan kemampuan untuk melanjutkan penelitian dan pengembangan, dan pada akhirnya akan digantikan oleh perusahaan lain.

Oleh karena itu, bagi perusahaan-perusahaan terkemuka Amerika ini, pasar Tiongkok adalah kunci untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan mereka, tentu saja mereka membutuhkan pasar Tiongkok.

Kini, masyarakat awam di Amerika tidak bisa hidup tanpa produk Tiongkok. Seperti yang dikatakan Menteri Keuangan AS Yellen baru-baru ini, mustahil bagi Tiongkok dan AS untuk berpisah (putus hubungan). Tiongkok membutuhkan teknologi Amerika, dan AS membutuhkan produk Tiongkok. Tanpa produk Tiongkok, AS tidak akan mampu menyelesaikan masalah inflasi dan ketenagakerjaan.

Oleh karena itu, untuk mengendalikan perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad ini, pertama-tama menurut Lin Yifu Tiongkok perlu memahami bahwa alasan di balik perubahan tersebut adalah perubahan struktur ekonomi dunia, dan kebangkitan Tiongkok adalah alasan utamanya. Kunci dan landasan untuk menyelesaikan permasalahan apa pun terletak pada pembangunan. Demikian pula, kunci dan landasan bagi Tiongkok untuk menguasai perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad terakhir adalah dengan terus berkembang lebih cepat dibandingkan negara-negara maju.

Jalur perkembangan modernisasi ala Tiongkok

Modernisasi gaya Tiongkok adalah tugas utama Tiongkok saat ini, yang bertujuan untuk mencapai peremajaan besar-besaran bangsa Tiongkok.

Apa yang dimaksud dengan modernisasi ala Tiongkok? Pertama, ini adalah jenis modernisasi. Dari sejarah perekonomian dunia terlihat bahwa umat manusia telah lama berada dalam perekonomian pertanian, dengan tingkat produktivitas yang sangat rendah dan masa hidup yang pendek, keadaan ini telah dipertahankan selama ribuan tahun.

Berawal dari penemuan geografis abad ke-14 dan ke-15, negara-negara Eropa Barat mulai mengalami perubahan. Penemuan geografis membawa kembali emas dan varietas tanaman baru, menyebabkan tingkat pendapatan negara-negara Eropa mulai tumbuh pesat. Yang terpenting adalah pada pertengahan abad ke-18, Revolusi Industri dimulai di Inggris, ilmu pengetahuan dan teknologi berubah setiap hari, dan pembangunan ekonomi berkembang pesat.

Sebelum modernisasi, masyarakat hidup dalam lingkungan yang dikenal sebagai "Perangkap Malthus", dengan tingkat pendapatan yang meningkat secara perlahan. Penelitian para sejarawan ekonomi menunjukkan bahwa sebelum abad ke-18, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan PDB per kapita hanya 0,05%, yang berarti dibutuhkan waktu 1.400 tahun agar PDB per kapita menjadi dua kali lipat.

Dalam perekonomian pertanian, jika pertumbuhan penduduk terlalu cepat, ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan akan menyebabkan kelaparan dan perang, menyebabkan banyak kematian dan penurunan populasi, diikuti dengan putaran pertumbuhan penduduk lagi, dan seterusnya.

Setelah penemuan geografis yang luar biasa, pertumbuhan ekonomi manusia dimulai dengan lambat. Dengan dimulainya Revolusi Industri, tingkat pertumbuhan PDB per kapita tiba-tiba meningkat 20 kali lipat, dari semula 0,05% menjadi 1%. Waktu yang dibutuhkan untuk melipatgandakan PDB per kapita juga dipersingkat dari 1.400 menjadi 70 tahun.

Peningkatan produktivitas dan pendapatan telah menyebabkan peningkatan taraf hidup masyarakat secara terus-menerus, sehingga terhindar dari jebakan Malthus.

Dengan diperkayanya kehidupan materi, masa hidup dan tingkat kesehatan masyarakat juga meningkat. Inilah yang disebut dengan modernisasi.

Pada saat yang sama, ketika negara-negara Eropa Barat memasuki modernisasi dan industrialisasi, negara-negara lain di dunia tidak bisa mengikuti dan akhirnya menjadi koloni atau semi-koloni kekuatan Eropa Barat.

Negara-negara Eropa Barat menggunakan kekerasan untuk menjarah kekayaan di seluruh dunia, dan memperjuangkan kemerdekaan serta pembangunan adalah hak negara-negara yang tertindas.

Selama Perang Dunia Pertama, gelombang nasionalisme muncul di negara-negara bekas jajahan dan semi-kolonial, dan perjuangan terus berlanjut. Setelah Perang Dunia II, negara-negara ini secara bertahap memperoleh kemerdekaan politik dan melakukan modernisasi dan industrialisasi di bawah kepemimpinan para pemimpin mereka sendiri.

Di masa lalu, diyakini bahwa agar negara-negara kolonial dan tertindas dapat berkembang dan setara dengan kekuatan Barat, diperlukan modernisasi Barat. Jalur modernisasi Barat memiliki dua ciri, pertama harus menerapkan konstitusi republik secara politik, dan kedua harus menerapkan ekonomi pasar kapitalis secara ekonomi. Pemahaman ini telah lama mempengaruhi pemahaman negara-negara berkembang mengenai modernisasi.

Tapi kini Tiongkok mengusulkan modernisasi ala Tiongkok, yang merupakan salah satu bentuk modernisasi dan memiliki kesamaan ciri dengan modernisasi Barat. Kesamaan ini adalah untuk terus meningkatkan tingkat pendapatan, membuat material lebih melimpah, dan membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan lebih baik.

Namun modernisasi ala Tiongkok berbeda dengan apa yang umumnya dianggap internasional. Secara tradisional, konstitusionalisme republik harus diadopsi untuk mencapai modernisasi, namun Tiongkok berbeda, Tiongkok dipimpin oleh Partai Komunis Tiongkok.

Selain itu, modernisasi tradisional haruslah ekonomi pasar kapitalis, namun ekonomi Tiongkok adalah ekonomi pasar sosialis, yang jelas berbeda dengan modernisasi Barat.

Selain itu, laporan Kongres Nasional ke-20 Tiongkok juga menyebutkan lima ciri modernisasi ala Tiongkok, yaitu modernisasi dengan jumlah penduduk yang besar, modernisasi dengan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat, modernisasi dengan peradaban material dan spiritual yang harmonis, serta hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan alam. Modernisasi adalah modernisasi yang menempuh jalur pembangunan yang damai.

Ciri pertama: Modernisasi ala Tiongkok merupakan modernisasi dengan jumlah penduduk yang besar. Modernisasi Barat mempunyai sejarah lebih dari 500 tahun, dan jika dihitung dari awal Revolusi Industri, sudah lebih dari 200 tahun. Sejauh ini, jumlah penduduk yang tinggal di negara-negara berpendapatan tinggi adalah 1,2 miliar jiwa, atau setara dengan 15,8% populasi dunia.

Tiongkok memiliki populasi sebesar 1,4 miliar jiwa, atau merupakan 18% dari populasi dunia. PDB per kapita Tiongkok saat ini telah mencapai sekitar US$12.600, hanya selangkah lagi dari ambang batas US$13.205 untuk negara-negara berpendapatan tinggi.

Sebelum tahun 2025, yaitu sebelum selesainya Rencana Lima Tahun ke-14 (Repelita ke-14 Tiongkok), Tiongkok kemungkinan besar akan melewati ambang batas negara berpendapatan tinggi dan menjadi negara berpendapatan tinggi. Dan jika Tiongkok mewujudkan modernisasi dan masuk dalam jajaran negara-negara berpendapatan tinggi, populasi negara-negara berpendapatan tinggi di seluruh dunia akan berlipat ganda. Oleh karena itu, modernisasi ala Tiongkok akan memberi manfaat lebih banyak kepada masyarakat di seluruh dunia dibandingkan modernisasi Barat.

Ciri kedua: Modernisasi ala Tionghoa adalah modernisasi yang membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam perjalanan menuju modernisasi ala Barat, meski kondisi material terus diperkaya, masalah polarisasi antara kaya dan miskin juga semakin serius. Dalam bukunya "Capital in the 21st Century", ekonom Perancis Piketty membuat statistik rinci tentang distribusi pendapatan negara-negara maju dan menyimpulkan bahwa terdapat tren polarisasi yang serius. Oleh karena itu, modernisasi Tiongkok harus mencapai kesejahteraan bersama bagi rakyat seluruh negeri Tiongkok.

Ciri ketiga: Modernisasi ala Tionghoa memerlukan koordinasi peradaban material dan peradaban spiritual. Dalam proses modernisasi tradisional Barat, masyarakat sangat kaya secara materi namun pada saat yang sama mereka hampa secara spiritual, yang mengarah pada pemisahan tubuh dan jiwa manusia, konflik batin yang terus-menerus, dan bahkan perpecahan di tingkat sosial. Oleh karena itu, modernisasi ala Tionghoa memerlukan koordinasi dan kesatuan peradaban material dan peradaban spiritual.

Ciri kelima: Modernisasi gaya Tiongkok bersifat damai, saling menguntungkan, dan saling menguntungkan semua pihak (win-win). Pembangunan Tiongkok tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat Tiongkok, namun juga masyarakat di negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini sangat berbeda dengan metode modernisasi di mana negara-negara Barat, sebagai negara besar, mengandalkan hegemoni untuk menjarah koloni dalam menyelesaikan akumulasi sumber daya.

Mencapai modernisasi ala Tiongkok adalah tugas utama pemerintah Tiongkok, tugas ini memerlukan realisasi lima aspek di atas,  sekaligus meningkatkan standar material di bawah kepemimpinan PKT.

Untuk mencapai tujuan ini, Menurut Lin Yifu Tiongkok perlu mengikuti panduan Marxisme dan dialektika materialis serta merangkum pengalaman dan pelajaran dari pembangunan Tiongkok. Oleh karena itu, ekonomi struktural baru percaya bahwa kunci pembangunan adalah mengembangkan perekonomian sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing wilayah di bawah aksi bersama pasar yang efektif dan pemerintah yang menjanjikan, sehingga akan mencapai tujuan karakteristik untuk mewujudkan lima aspek modernisasi gaya Tiongkok secara bersamaan.

Faktor struktur endowment dan keunggulan komparatif dalam pembangunan ekonomi. (faktor endowment=kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara).

Tiongkok adalah negara besar, dan kondisi di berbagai wilayahnya berbeda-beda. Namun, keunggulan komparatif ada di mana-mana dan dalam keadaan apa pun. Dengan kerja sama antara mekanisme pasar dan pemerintah yang efektif, keunggulan komparatif ini dapat diubah menjadi keunggulan kompetitif dan pada akhirnya mencapai pembangunan.

Pada masa awal reformasi dan keterbukaan, Tiongkok sangat miskin. Pada tahun 1978, PDB per kapitanya hanya US$156, kurang dari sepertiga PDB per kapita negara-negara Afrika sub-Sahara.

Namun, Tiongkok  mengandalkan keunggulan komparatif seperti industri pengolahan padat karya dan orientasi ekspor, serta menggunakan efek gabungan dari pemerintah, pasar, dan pengusaha untuk mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif dan memanfaatkan sepenuhnya pasar domestik dan internasional.

Tiongkok memiliki jumlah penduduk yang besar, yang merupakan tantangan alami yang dihadapi dalam pembangunan. Kondisi pembangunan di berbagai tempat juga berbeda, tetapi satu-satunya prinsip adalah memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing tempat.

Dan jika pembangunan didasarkan pada keunggulan komparatif, maka tujuan ganda yaitu efisiensi dan keadilan dapat tercapai pada distribusi awal. Atas dasar ini, distribusi sekunder dapat lebih menjaga keadilan.

Karena melalui kerja sama pasar dan pemerintah yang efektif, setiap daerah berkembang sesuai dengan keunggulan komparatifnya, perekonomian dapat tumbuh pesat, sehingga mencapai efisiensi dan daya saing. Selain itu, model pembangunan ini juga dapat mencapai keadilan.

PDB per kapita Tiongkok saat ini adalah US$13.000, masih relatif rendah dibandingkan dengan AS yang sebesar US$70.000. Pada saat yang sama, Tiongkok memiliki banyak tenaga kerja dan kekurangan modal.

Jika dikembangkan berdasarkan keunggulan komparatif, seharusnya daerah tersebut mengembangkan industri padat karya. Dibandingkan dengan AS, perkembangan industri dan teknologi Tiongkok masih harus bergantung pada angkatan kerja yang relatif intensif.

Lalu apa manfaat dari model pembangunan ini? Masyarakat miskin mengandalkan tenaga kerja untuk memperoleh pendapatan, sedangkan masyarakat kaya mengandalkan modal untuk mempekerjakan tenaga kerja guna memperoleh pendapatan.

Oleh karena itu, aset keunggulan komparatif masyarakat miskin adalah angkatan kerja, selama mereka dapat bekerja maka mereka dapat memperoleh penghasilan. Orang kaya terutama mengandalkan modal untuk memperoleh pendapatan. Kalau kita berkembang sesuai keunggulan komparatif kita, apalagi bagi negara seperti Tiongkok yang masih dalam tahap catch-up, maka industri yang Tiongkok kembangkan harusnya relatif padat karya, sehingga Tiongkok bisa menciptakan lapangan kerja yang banyak. Selama masih ada lapangan kerja, pekerja dapat menikmati hasil pembangunan dan memperoleh penghasilan.

Manfaat nyata lainnya dari pengembangan berdasarkan keunggulan komparatif adalah bahwa perusahaan tersebut kompetitif, berkembang dengan cepat, dan mengumpulkan modal dengan cepat. Ketika akumulasi modal meningkat, modal akan berubah dari kekurangan relatif menjadi kelimpahan relatif, dan dengan demikian, tenaga kerja juga akan berubah dari kelimpahan relatif menjadi kekurangan relatif. Ketika terjadi kekurangan tenaga kerja, upah pekerja meningkat dengan cepat.

Dibandingkan dengan tahun 2000, upah pekerja secara umum kini telah meningkat pesat. Artinya, aset kelompok berpendapatan rendah yang sebagian besar bergantung pada pendapatan berupah akan terapresiasi dengan cepat.

Orang kaya mengandalkan pengembalian modal untuk menghasilkan uang, dan pengembalian modal terutama diukur dalam bentuk bunga. Namun, suku bunga yang lebih rendah menyebabkan orang kaya kehilangan nilai asetnya. Sehubungan dengan kenaikan upah, pengembalian modal perlahan-lahan turun, menyebabkan nilai aset turun bagi masyarakat kaya dan meningkat bagi masyarakat miskin.

Lin Yifu adalah orang pertama di Tiongkok dan bahkan dunia yang mengemukakan kesimpulan ini dan melakukan banyak pengujian empiris. Dia juga melakukan penelitian empiris lintas negara dan lintas provinsi dan menemukan bahwa semakin banyak negara dan provinsi mengembangkan perekonomiannya berdasarkan keunggulan komparatif, maka semakin merata distribusi pendapatannya dan semakin kecil koefisien Gini-nya.

Jika dikembangkan berdasarkan keunggulan komparatif, distribusi awal dapat mencapai efisiensi dan keadilan. Dan ketika perekonomian berkembang pesat, pajak fiskal pemerintah juga akan meningkat, dan dana pemerintah akan semakin melimpah.

Keuntungan lain dari pengembangan berdasarkan keunggulan komparatif adalah perusahaan mempunyai kemampuan untuk berkembang sendiri dan tidak memerlukan perlindungan dan subsidi pemerintah untuk bertahan hidup.

Perusahaan yang memerlukan perlindungan dan subsidi pemerintah untuk bertahan hidup pada dasarnya adalah perusahaan yang melanggar keunggulan komparatif. Oleh karena itu, jika pembangunan didasarkan pada keunggulan komparatif, pemerintah tidak perlu memberikan subsidi kepada perusahaan, namun akan menggunakan lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi di bidang pendidikan, meningkatkan kemampuan kerja para pekerja, mempersempit kesenjangan regional dan perkotaan-pedesaan, dan memperhatikan kelompok yang kurang beruntung.

Pembangunan ekonomi pasti disertai dengan fluktuasi siklus. Ketika menghadapi fluktuasi ekonomi, masyarakat yang menganggur sementara dapat menerima lebih banyak perhatian dan bantuan dari pemerintah, sehingga mencapai distribusi sekunder dan lebih mendorong keadilan, yang juga merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Berkembang sesuai keunggulan komparatif, perekonomian tumbuh lebih cepat, tingkat produktivitas semakin meningkat, dan kekayaan masyarakat terus meningkat. Ini adalah cara pemerataan. Pada saat yang sama, dengan mengembangkan keunggulan komparatif, distribusi pendapatan terus ditingkatkan sehingga pada akhirnya mencapai kesejahteraan bersama.

Kesejahteraan bersama tidak hanya berupa peningkatan kekayaan materi, tetapi juga peningkatan peradaban spiritual. Jika tingkat pendapatan masyarakat meningkat maka mereka akan lebih mampu memahami tata krama, kehormatan dan aib, serta kualitas pribadinya juga akan meningkat. Oleh karena itu, mencapai kesejahteraan bersama tidak hanya berarti peningkatan peradaban material, tetapi juga peningkatan peradaban spiritual.

Jika pembangunan didasarkan pada keunggulan komparatif, tingkat pendapatan individu dan keluarga akan meningkat pesat, dan harapan setiap orang terhadap kehidupan yang lebih baik akan semakin tinggi. Selain peningkatan sumber daya material, masyarakat juga akan menuntut lingkungan hidup yang lebih baik dan lingkungan ekologi yang lebih baik.

Pemerintah harus berpusat pada masyarakat, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan merumuskan lebih banyak kebijakan perlindungan lingkungan dan pengendalian pencemaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lingkungan.

Jika industri dikembangkan berdasarkan keunggulan komparatif, perusahaan akan memiliki kemampuan dan semangat untuk menerapkan peraturan perlindungan lingkungan. Jika suatu perusahaan tidak mandiri, maka perusahaan tersebut tidak akan mampu mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan menerapkan peraturan lingkungan hidup. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan hanya berbasa-basi terhadap inspeksi pemerintah dan terus melakukan polusi setelah mereka keluar atau tidak di-inspeksi.

Penelitian empiris Lin Yifu menunjukkan bahwa perusahaan dan industri yang konsisten dengan keunggulan komparatif lebih bersedia mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan secara aktif menerapkan peraturan perlindungan lingkungan. Pemerintah juga lebih bersedia untuk menegakkan peraturan lingkungan karena bisnis tersebut memiliki kelayakan dan motivasi untuk menerapkan peraturan dibandingkan mengandalkan perlindungan dan subsidi pemerintah untuk bertahan hidup.

Oleh karena itu, untuk mencapai hidup berdampingan yang harmonis antara manusia dan alam, industri harus dikembangkan berdasarkan keunggulan komparatif.

Dengan berkembang sesuai keunggulan komparatif, industri dan produk akan semakin berdaya saing baik di pasar domestik maupun internasional, sehingga pasar domestik dan internasional harus dimanfaatkan secara maksimal.

Di sisi lain, biaya produksi dalam negeri bagi industri yang tidak memenuhi keunggulan komparatif akan terlalu tinggi, dalam hal ini kita harus menggunakan sumber daya dan pasar internasional untuk mengimpor produk tersebut.

Oleh karena itu, pembangunan yang berbasis keunggulan komparatif harus dikembangkan secara terbuka dan perdagangan.

Perdagangan adalah situasi yang saling menguntungkan. Ketika Tiongkok berkembang dengan baik, tingkat pendapatan masyarakat Tiongkok meningkat, dan pasar Tiongkok berkembang, negara-negara lain di dunia akan memiliki lebih banyak peluang pembangunan, karena Tiongkok akan mengimpor lebih banyak produk.

Dalam hal paritas daya beli, Tiongkok sudah menjadi perekonomian terbesar di dunia. Berdasarkan nilai tukar pasar, Tiongkok diperkirakan akan menjadi negara terbesar di dunia pada tahun 2030

Perdagangan bersifat saling menguntungkan, namun negara-negara kecil mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan negara-negara besar.

Jepang adalah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, dan perekonomian Tiongkok sudah tiga kali lipat dibandingkan Jepang. Jepang mendapat lebih banyak keuntungan dari berdagang dengan Tiongkok. Dalam keadaan seperti ini, pembangunan damai merupakan tren yang tidak bisa dihindari. Untuk mencapai modernisasi ala Tiongkok, Tiongkok harus mengembangkan perekonomian berdasarkan keunggulan komparatif, prinsip ini juga harus diikuti ketika mengembangkan jalur ekonomi pasar sosialis di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok. Ini menurut pandangan Lin Yifu.

Walaupun suatu negara mempunyai jumlah penduduk yang besar dan kondisi geografis yang berbeda-beda, namun setiap daerah mempunyai keunggulan komparatif dan dapat dikembangkan.

Dalam proses pembangunan, kita dapat mencapai kesejahteraan bersama bagi rakyat negara, pengembangan peradaban material dan peradaban spiritual yang terkoordinasi, hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan alam, dan mencapai pembangunan damai melalui perdagangan.

Seperti disebutkan sebelumnya, untuk menghadapi perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad terakhir, PDB per kapita Tiongkok harus mencapai setengah PDB per kapita AS, agar dapat mencapai modernisasi gaya Tiongkok, Tiongkok harus berkembang sesuai dengan keunggulan komparatifnya.

Jika dihitung berdasarkan paritas daya beli, PDB per kapita negara Tiongkok pada tahun 2019 hanya 22,6% dari AS, masih jauh dari target. Tujuan seratus tahun kedua peremajaan besar bangsa Tiongkok adalah menjadi negara maju pada tahun 2049.

Lin Yifu menganalisis Tiongkok terhadap 70 negara berpendapatan tinggi di seluruh dunia dan menemukan bahwa PDB per kapita 28 negara di antaranya mencapai setengah PDB per kapita AS,

Termasuk negara-negara industri lama di Eropa Barat, AS, Kanada, dan negara-negara berkembang seperti Empat Macan Asia dan Israel. Oleh karena itu, menurut Lin Yifu Tiongkok perlu terus meningkatkan tingkat PDB per kapita melalui pengembangan keunggulan komparatif untuk mencapai tujuan peremajaan bangsa Tiongkok secara besar-besaran.

Seperti yang telah menyebutkan sebelumnya bahwa perubahan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad ini, namun jika Tiongkok dapat mencapai tujuan ini dalam waktu 30 tahun, Tiongkok dapat mengendalikan perubahan tersebut.

Untuk berkembang lebih cepat dari AS, Tiongkok memerlukan tingkat pertumbuhan 2,7 poin persentase lebih tinggi dari AS setiap tahunnya, yaitu pertumbuhan PDB per kapita tahunan harus 2,7 poin persentase lebih tinggi dari pertumbuhan PDB per kapita AS.

Selama 50 atau 60 tahun terakhir, PDB per kapita di AS telah tumbuh rata-rata sebesar 1,8% per tahun, sehingga Tiongkok memerlukan pertumbuhan PDB per kapita sebesar 4,5% per tahun. Karena negara k

Tiongkok  telah memasuki era penuaan populasi, maka pertumbuhan PDB per kapita sama dengan pertumbuhan PDB.

Bersambung.......

Apakah target pertumbuhan PDB tahunan Tiongkok sebesar 4,5% bisa tercapai?

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.nottingham.edu.cn/en/people/profile.aspx?id=755ad682-f982-4f59-8529-02f3dcf28879&language=en-GB

https://www.nse.pku.edu.cn/sylm/xwsd/531578.htm

https://www.nse.pku.edu.cn/spzs/504566.htm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun